Hikayat Panca Tanderan

(Dialihkan dari Hikayat Pandja Tanderan)

Hikayat Panca Tanderan, atau kadang kala dieja sebagai Hikayat Panja Tanderan, adalah sebuah hikayat dalam bahasa Melayu yang dikarang oleh Abdullah bin Abdulkadir Munsyi. Hikayat ini diterjemahkannya dari bahasa Tamil pada tahun 1835 dan merupakan sebuah gubahan Pancatantra (Pañcatantra) dalam bahasa Melayu, seperti bisa dilihat dari nama judul hikayat ini.

Abdullah bin Abdulkadir Munsyi sendiri adalah seorang Muslim, tetapi ia juga seorang keturunan Tamil dan masih fasih berbahasa nenek moyangnya.

Isi cerita mirip dengan hikayat Kalila dan Damina, tetapi versi ini lebih dekat kepada aslinya dalam bahasa Sanskerta karena gubahan ini merupakan terjemahan dari sebuah versi dalam bahasa Tamil dan bukan dari bahasa Arab. Versi dalam bahasa Tamil ini dekat induknya karena berasal dari lingkup budaya Hindu yang masih sama dengan lingkup budaya yang menghasilkan Pañcatantra.

Dari hikayat ini, ada satu naskah yang tersimpan di Perpustakaan Nasional dan selesai ditulis di Malaka pada tanggal 12 Oktober 1835.

Di negeri Padalipurwan, tanah Hindustan, memerintahlah seorang raja bernama Sukadarma. Ia memiliki empat orang putra yang sangat dungu-dungu dan tidak mau menurut nasihat orang tua. Maka sangat masygullah hati Sri Paduka dan berdukacitalah dia akan kelakuan mereka.

Maka pada suatu hari, tatkala Sri Paduka dihadap oleh para menteri dan pembesar kerajaan semuanya, adalah seorang brahmana bernama Sumasingha yang sanggup untuk mendidik putra-putranya. Maka sangat bersukacitalah Sri Baginda Sukadarma akan tawarannya. Maka dihantarkanlah sang brahmana segala anugerah dan kurnia kerajaan.

Syahdan mengajarlah sang brahmana keempat putra dungu tersebut. Namun sebagai seorang bijaksana, mereka tidak diwajibkan belajar ilmu pengetahuan biasa. Akan tetapi diapun bercerita. Ceritanya adalah lima (panca) cerita yang dibagi-bagi menurut ilmunya (tandera, tantra) dan disisipi cerita-cerita hewan dalam sebuah cerita bingkai.

Judul lima buku ini adalah:

Maka setelah para putra habis diberi pengajaran, mereka semua menjadi pandai dan sang brahmana diberi segala anugerah dan kurnia mulia oleh Sri Paduka.

Lihat pula

sunting