Hilmi Aminuddin

Ulama dan politisi Indonesia

K.H. Hilmi Aminuddin, Lc. (27 Desember 1947 – 30 Juni 2020) merupakan pendiri gerakan dakwah atau yang pada era 1980 hingga 1990-an dikenal dengan sebutan harakah tarbiyah. Ia pernah menjabat sebagai Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS).[1]

Pada usia enam tahun, Hilmi memulai pendidikannya dengan mendaftar di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur. Selulusnya dari sana, dia berkelana ke sejumlah pesantren di Jawa. Pada tahun 1973, Hilmi memutuskan untuk berangkat ke Arab Saudi dan belajar di Fakultas Syariah Universitas Islam Madinah. Selama enam tahun menuntut ilmu di universitas tersebut, Hilmi kerap berkumpul dengan Yusuf Supendi yang juga merupakan tokoh perintis PKS. Kala itu Yusuf sedang berkuliah di Universitas Islam Imam Muhammad bin Saud, Riyadh.[1]

Sekitar tahun 1978, Hilmi lulus kuliah dan pulang ke Indonesia. Sepulangnya dari Arab Saudi, Hilmi memulai kariernya dengan berdakwah. Tapi karena Hilmi tidak memiliki Pondok Pesantren seperti kebanyakan ulama di Indonesia saat itu, Hilmi pun berdakwah dari masjid ke masjid, atau dari satu kelompok pengajian ke kelompok pengajian lainnya. Pada tahun 1998, Hilmi bersama beberapa rekannya mendirikan Partai Keadilan dan pada tahun 2002, partai tersebut berganti nama menjadi Partai Keadilan Sejahtera agar bisa ikut pemilihan umum dua tahun berikutnya.[1]

Karena baru didirikan dan hanya mendapatkan 7 kursi di parlemen, atau 1,5 persen maka peranan PKS saat itu belum begitu kelihatan dan lebih fokus ke dalam partai. Pada tahun 2005, Hilmi ditunjuk menggantikan Rahmat Abdullah yang meninggal dunia untuk menjadi Musyawarah Majelis Syuro I yang merupakan lembaga tertinggi di PKS.[1]

Saat itu, Hilmi Aminuddin terpilih melalui mekanisme voting tertutup dengan mendapatkan 29 suara dari 50 anggota Majelis Syuro. Dia mengungguli tiga calon lainnya yakni Salim Segaf Al-Jufri (12 suara), Surahman Hidayat (8 suara) dan Abdul Hasib Hasan (1 suara).[1]

Pada tahun 2010, Hilmi kembali terpilih menjadi ketua Majelis Syuro dalam Pemilihan Raya (Pemira) Majelis Syuro PKS. Mekanisme Pemira untuk memilih angota majelis syuro yang baru ini selayaknya pemilu. Jumlah anggota MS yang dipilih ada 99 orang. Dalam pemira ini, PKS telah membentuk panitia prapemira yang akan menyeleksi sekitar 1.000 anggota ahli PKS menjadi 195 calon nama.[1]

Penyeleksian tersebut berdasarkan syarat yang telah ditetapkan oleh AD/ART. Dari 195 nama ini akan dipilih 65 nama terbanyak. Setelah diambil sumpahnya, mereka yang terpilih ini akan menunjuk 32 nama sebagai anggota ahli majelis syuro. Sedangkan dua anggota lainnya adalah anggota tetap majelis syuro yaitu Hilmi Aminuddin dan Salim Segaf Al-Jufri.[1]

Hilmi Aminuddin meninggal dunia pada hari Selasa, 30 Juni 2020 pukul 14.24 WIB di ruangan Berlian Timur Rumah Sakit Santosa Central, Jalan Gardujati, Kota Bandung.[2] Almarhum dimakamkan di Kampung Pager Manah RT 07/01 Desa Pager Wangi, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB) dengan prosedur protokol kesehatan Covid-19.

Juru Bicara Gugus Tugas Penanganan Percepatan (GTPP) Covid-19 KBB, Agus Ganjar Hidayat mengatakan protokol pemakaman Covid-19 diterapkan lantaran Hilmi terkonfirmasi positif COVID-19 berdasarkan hasil tes usap.[3]

Pendidikan sunting

  • Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur
  • Fakultas Syariah Universitas Islam di Madinah, Arab Saudi (1973)

Rujukan sunting