Hujan Tarigan

sunting

Hujan Tarigan lahir di Medan pada September 1983. Merupakan sastrawan kontemporer yang berpengaruh dalam sastra Indonesia melalui beberapa aspek penting.

Karya-karya Hujan Tarigan sering kali mencerminkan kreativitas yang tinggi dan eksperimen bentuk sastra. Dia dikenal dengan penggunaan bahasa yang kaya dan imajinatif, yang menginspirasi penulis lain untuk mengeksplorasi berbagai gaya dan teknik dalam penulisan.

Karya-karya Hujan mencakup berbagai tema, seperti cinta, kemanusiaan, dan realitas sosial, yang beresonansi dengan banyak pembaca. Temanya yang universal membantu menjadikan sastra lebih relevan dan accessible bagi berbagai kalangan.

Hujan Tarigan sering mendorong penulis muda untuk mengeksplorasi suara dan identitas mereka sendiri, menciptakan ruang bagi generasi baru untuk berpartisipasi dalam dunia sastra.

Melalui berbagai karya, Hujan berkontribusi dalam mendiskusikan dan memelihara budaya lokal, serta identitas Indonesia. Keterkaitan dengan budaya lokal sering menjadi elemen penting dalam karya-karyanya.

Hujan Tarigan juga aktif dalam komunitas sastra, berperan dalam berbagai acara dan diskusi, yang berkontribusi terhadap perkembangan sastra di Indonesia.

Secara keseluruhan, pengaruh Hujan Tarigan dapat dilihat dalam kesadaran dan penghargaan yang lebih besar terhadap sastra Indonesia serta semangat kreatif yang terus berkembang.

Hujan Tarigan merupakan pengarang dari dua buku kumpulan cerpen. 1. Cerita Orang Kalah yang terbit pada 2013 oleh Penerbit Booknesia 2. Perempuan Pembunuh Dajjal yang terbit pada 2016 oleh Panitia Peringatan Hari Pers Nasional 2016.

Selain menulis prosa dan puisi, Hujan Tarigan juga menulis Naskah Drama saduran Niccolo Machavelli berjudul "Ketika Iblis Menikahi Seorang Perempuan". Ketika naskah drama saduran tersebut dipublikasikan lewat media blog, Hujan menggunakan credit tittle "T.Arief" yang merupakan nama lain saat Hujan bertugas sebagai jurnalis.

Hujan Tarigan adalah nama lain dari T. Arief yang kesehariannya bertugas sebagai peliput berita. Identitas yang berbeda itu digunakan untuk membedakan penulisan karya jurnalistik dengan penulisan fiksi berupa prosa, puisi ataupun naskah drama dan naskah film. Tercatat, Hujan pernah meliput untuk sejumlah media nasional.