Sartono (guru)
Sartono (29 Mei 1936 – 1 November 2015)[1] adalah seorang mantan guru seni musik yayasan swasta di Kota Madiun, Jawa Timur, yang dikenal dengan prestasinya dalam menciptakan lagu "Hymne Guru, Pahlawan Tanpa Tanda Jasa" pada tahun 1980-an. Sebuah lagu wajib yang kini selalu dinyanyikan di sekolah-sekolah baik tingkat SD hingga SMA di Indonesia.[2]
Kehidupan Pribadi
suntingSartono tetap hidup sederhana di rumahnya yang berdinding kayu di Jalan Halmahera Nomor 98 Kelurahan Oro-Oro Ombo, Kecamatan Kartoharjo, Kota Madiun. Ia tinggal bersama istrinya, Damiyati, yang juga pensiunan guru SD setempat dan tidak memiliki keturunan.
Karier musik
suntingSartono mempelajari musik secara otodidak tanpa mengenyam pendidikan tinggi tentang musik. Pada tahun 1978, Sartono adalah satu-satunya guru seni musik yang bisa membaca not balok di wilayah Madiun. Karena keterbatasan alat musik yang ia miliki, lagu "Hymne Guru" ia ciptakan dengan bersiul sambil menorehkannya ke dalam catatan kertas.[2]
Sartono memulai kariernya sebagai guru seni musik pada tahun 1978. Ia adalah guru di sebuah yayasan swasta yang mengajar di SMP Katolik Santo Bernardus, Kota Madiun. Sartono sendiri purnatugas dari sekolah tersebut pada tahun 2002.
Walaupun penghasilannya dari pekerjaannya sebagai guru pas-pasan, kecintaannya pada musik membuat Sartono menciptakan beberapa buah lagu. Bertepatan dengan momentum Hari Pendidikan Nasional pada tahun 1980, Sartono mengikuti lomba mencipta lagu tentang pendidikan. Dari ratusan peserta, lagu "Hymne Guru, Pahlawan Tanpa Tanda Jasa" ciptaannya, berhasil menjadi pemenang. Selain mendapatkan sejumlah uang sebagai pemenang, Sartono bersama sejumlah guru teladan lainnya di seluruh Indonesia dikirim ke Jepang untuk studi banding.
Penghargaan
suntingSelain lagu "Hymne Guru", Sartono juga menghasilkan delapan buah lagu bertema pendidikan lainnya. Perhatiannya yang demikian serius dalam dunia pendidikan dan pengabdiannya sebagai guru membuahkan penghargaan dari Menteri Pendidikan Nasional RI Yahya Muhaimin dan Dirjen Pendidikan Soedardji Darmodihardjo untuk jasanya dalam menciptakan lagu "Hymne Guru". Tahun 2011, pada peringatan Hari Pahlawan 10 November dan Dies Natalis Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) di Surabaya, Sartono menerima penghargaan ITS bidang Seni dan Budaya untuk jasanya sebagai pencipta lagu Hymne Guru.
Sartono pernah diminta khusus oleh TNI Angkatan Darat ke Aceh pascabencana Tsunami pada tahun 2004 untuk menghibur dan memberi semangat para guru di Aceh.
Komponis musik klasik kontemporer terkemuka Ananda Sukarlan telah menciptakan karya Variations on Sartono's Himne Guru untuk kuartet flute, clarinet, cello dan piano tahun 2023.
Kematian
suntingSartono meninggal dunia pada 1 November 2015, sekitar pukul 12.50 WIB. Sartono mengembuskan napas terakhir saat dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Madiun, Jawa Timur, karena mengalami komplikasi di antaranya gejala stroke, sakit jantung, kencing manis, dan penyumbatan darah di otak.[1]
Lirik lagu Hymne Guru
suntingHymne Guru adalah lagu Indonesia yang ditulis oleh Sartono.
Terpujilah,
Wahai engkau ibu bapak guru
Namamu akan selalu hidup
Dalam sanubariku
Semua baktimu akan kuukir
Didalam hatiku
Sebagai prasasti terimakasihku
Tuk pengabdianmuEngkau sebagai pelita dalam kegelapan
Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan
Engkau patriot pahlawan bangsa tanpa tanda jasa
(Engkau patriot pahlawan bangsa pembangun insan cendekia)
Referensi
sunting- ^ a b Sartono, Pencipta Hymne Guru Tutup Usia
- ^ a b "Tak Benar Pencipta Hymne Guru Sedang Lara Diarsipkan 2011-09-24 di Wayback Machine., kompas.com, diakses 20 September 2011.