Iberamsyah Barbary

(Dialihkan dari Iberamsyah barbary)

Iberamsyah Barbary (lahir 2 Januari 1948) adalah sastrawan berkebangsaan Indonesia. Namanya dikenal sejak tahun 1970-an melalui karya-karyanya berupa cerita pendek dan puisi yang diterbitkan di berbagai media massa. Dalam data kesenian daerah Kalimantan Selatan, Proyek Pusat Pengembangan Kesenian Kalsel Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1975/1976, namanya juga masuk dalam periodisasi kesusastraan Kalimantan Selatan angkatan 1970.[1][2][3]

Latar belakang

sunting

Iberamsyah Barbary lahir di Kandangan, Kalimantan Selatan, 2 Januari 1948. Dia adalah ensiunan pegawai BUMN yang mengawali debutnya sebagai penyair sejak tahun 1963. Pada masa tahun 70-an, karya puisinya banyak diterbitkan Harian Lokal seperti Banjarmasin Post, Gawi Manuntung dan Dinamika Berita. Dalam data-data Kesenian Daerah Kalsel proyek Pusat Pengembangan Kesenian Kalsel Depdikbud 1975/1976 ia dimasukkan dalam priodesasi kesastraan Kalsel angkatan 70. Sejumlah kumpulan sajak telah ia terbitkan diantaranya antologi puisi Serumpun Ayat-ayat Tuhan, diterbitkan oleh Kelompok Studi Sastra Banjarbaru (KSSB) (2012), kumpulan sajak Asmaul Husna: Membuka Jalan Menggenggam Cinta, diterbitkan oleh Kelompok Studi Sastra Banjarbaru (KSSB) (2012), Balahindang Sakumpul Sapalimbaian (kitab Puisi dalam bahasa Banjar dan Indonesia) (2013), dan kumpulan cerita pendek Insya-Allah, Jalan itu Ada, Imelda! yang di luncurkan pada juni 2014 di Aula Palimasan, gedung Banjarmasin Post. Buku ini merupakan kumpulan cerpen pertamanya.

Pada Juli 2014, ia kembali meluncurkan buku gurindam setebal 320 halaman dengan judul Banjar Negeri Harum 1001 Gurindam, di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Gurindam itu sendiri merupakan bentuk puisi lama yang terdiri dari dua bait, tiap bait terdiri dari 2 baris kalimat dengan rima yang sama, yang merupakan satu kesatuan yang utuh. Gurindam ini dibawa oleh orang Hindu atau pengaruh sastra Hindu. Gurindam berasal dari bahasa Tamil (India) yaitu kirindam yang berarti mula-mula amsal, perumpamaan.

Gurindam selama ini hanya dikenal di Riau. Di budaya Banjar, sastra lisan tidak ada Gurindam. Hanya mengenal syair, pantun, mantra, cacapakian, dan lamut. Oleh karena itu, dirinyalah orang pertama Banjar yang menulis Gurindam. Namun ada perbedaan antara Gurindam yang pernah ditulis Raja Ali Haji dengan gurindam tulisanya, Gurindam Raja Ali Haji ditulis dalam bahasa Melayu lama, sementara ia menulis Gurindam dengan dua bahasa yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Selain itu Gurindam karyanya juga berisi bukan hanya tauhid dan akidah, tapi juga bicara politik hingga sejarah negeri Banjar.

Sebagai sastrawan, ia juga dikenal aktif dengan tampil dalam sejumlah kegiatan sastra di antaranya Kongres Komunitas Sastra Indonesia (KSI II) 2012 di Wisma Argamulya, Bogor, Jawa Barat. Tampil dalam acara Tadarus Puisi dan Silaturahmi Sastra (TPSS) 2013 di Panggung Bundar Mingguraya, Banjarbaru, Kalimantan Selatan, tampil dalam Tadarus puisi dan Sahur Bersama di Panggung Hari Puisi Indonesia, Taman Ismail Marzuki, Jakarta (2013). Di bidang organisasi kesenian, Iberamsyah Barbary merupakan ketua Yayasan Kamar Sastra Nusantara.

  • Antologi Puisi Serumpun Ayat-ayat Tuhan (2012)
  • Kumpulan sajak Asmaul Husna: Membuka Jalan Menggenggam Cinta (2012)
  • Balahindang Sakumpul Sapalimbaian (kitab Puisi dalam bahasa Banjar dan Indonesia, 2013)
  • Kumpulan Cerpen ‘Insya-Allah, Jalan itu Ada, Imelda!’ (2014)
  • Buku Gurindam berjudul ‘Banjar Negeri Harum 1001 Gurindam, (2015)[4]

Referensi

sunting
  1. ^ Situs resmi Taman Ismail Marzuki Diarsipkan 2015-04-19 di Wayback Machine., diakses 20 April 2015
  2. ^ Tribun News Banjarmasin, diakses 20 April 2015
  3. ^ Kesultanan Banjar, diakses 20 April 2015
  4. ^ Barbary, Iberamsyah (1 Maret 2015). Bayu Novri Lianto, ed. 1001 Gurindam. Indonesia: EnterMedia. ISBN 9797807835.  ISBN 9789797807832