Ikan laut atau Ikan air asin adalah spesies ikan yang hidup di dalam air laut. Berbeda dengan ikan air tawar yang menghendaki lingkungan hidup dengan kadar garam yang lebih rendah daripada kadar garam dalam cairan tubuhnya, ikan laut dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang memiliki kadar garam yang lebih tinggi dibandingkan dengan kadar garam dalam cairan tubuhnya. Ikan laut mempunyai cairan tubuh berkadar garam lebih rendah dibandingkan kadar garam di lingkungannya.

Ikan pelagis

sunting

Ikan pelagis merupakan jenis ikan yang hidup hanya di permukaan laut. Pergerakan ikan-ikan pelagis sangat aktif dan dapat melakukan perpindahan dalam jarak yang jauh. Ikan-ikan pelagis membentuk gerombolan dalam skala besar. Beberapa jenis ikan pelagis memiliki nilai ekonomis yang tinggi, antara lain layang, selar kuning, lemuru, ikan kembung, tenggiri dan tuna.[1]

Ikan laut dalam

sunting

Ikan-ikan yang hidup di laut dalam memiliki tubuh yang berukuran kecil. Namun, bagian rahangnya berukuran besar dan dapat terbuka lebar. Ikan laut dalam juga dapat mencerna semua jenis makanan karena memiliki perut yang lentur. Makanan dari ikan-ikan laut dalam adalah sesamanya ikan laut dalam dan bangkai. Perilaku memangsa ini disebabkan oleh pasokan makanan yang sangat sedikit. Lingkungan hidup ikan-ikan laut dalam sangat gelap dan dingin.[2]

Habitat

sunting

Beberapa jenis ikan laut menjadikan ekosistem estuari sebagai habitat untuk melakukan perkawinan.[3]

Perilaku

sunting

Meminum air laut

sunting

Ikan laut berbeda dengan ikan air tawar yang tidak memiliki kebiasaan meminum air. Pada ikan laut yang hidup di lingkungan hipertonik, jumlah air yang berada di lingkungannya sangat sedikit. Karena itu, ikan laut meminum air laut untuk memenuhi kebutuhan metabolisme pada tubuhnya. Air ini diperoleh dari hasil ekstrasi air laut yang mengandung larutan garam.[4]

Komposisi kimia

sunting

Komposisi kimia pada ikan laut menjadi salah satu pemberi cita rasa pada daging ikan. Tingkatan cita rasa ini lebih kompleks dibandingkan dengan ikan air tawar. Selain komposisi kimia, cita rasa ikan laut dipengaruhi oleh reaksi metabolisme dan habitat yang menjadi lingkungan hidupnya.[5] Ikan laut memiliki rasio asam lemak omega-3 dan asam lemak omega-6 sebesar 5:15. Rasio asam lemak omega ini merupakan salah satu pembeda antara ikan laut dengan ikan air tawar.[6]

Budidaya

sunting

Ikan laut yang dibudidayakan dalam kolam jaring apung di laut, dapat mengalami kematian akibat kelimpahan plankton. Penyebabnya adalah kekurangan oksigen.[7]

Konsumsi

sunting

Omega-3 di dalam ikan laut jumlahnya berlimpah dan bermanfaat bagi pengurangan risiko penyakit kardiovaskular.[8]

Pengawetan

sunting

Dalam jumlah pasokan yang melimpah, ikan laut harus diawetkan. Tujuannya untuk mencegah kerugian akibat pembusukan ikan. Pengawetan ikan laut juga mempertahankan harga jualnya.[9]

Rujukan

sunting
  1. ^ Kurnia, Ida (Desember 2017). Listianingsih, D. M., dan Adhari,, A., ed. Aspek Nasional dan Internasional Pemanfaatan Surplus Perikanan di Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika. hlm. 169–170. ISBN 978-979-007-766-9. 
  2. ^ Farndon, J., dan Kirkwood, J. (Februari 2003). Olivia, Femi, ed. Ensiklopedia Mini Hewan. Diterjemahkan oleh Permata, Edia. Penerbit Erlangga. hlm. 44. 
  3. ^ Widodo, D., dkk. (September 2021). Watrianthos, Ronal, ed. Ekologi dan Ilmu Lingkungan. Yayasan Kita Menulis. hlm. 26. ISBN 978-623-342-211-6. 
  4. ^ Fried, G. H., dan Hademenos, G. J. (2005). Safitri, Amalia, ed. Biologi. Diterjemahkan oleh Tyas, Damaring (edisi ke-2). Penerbit Erlangga. hlm. 205. 
  5. ^ Tim Dosen Fakultas Pertanian UGM (2021). Deviyanti, Jesicca, ed. Teknologi Tepat Guna: 75 th Fakultas Pertanian UGM Mengabdi. Yogyakarta: Lily Publisher. hlm. 285. ISBN 978-623-7267-79-9. 
  6. ^ Suprayitno, E., dkk. Biokimia Produk Perikanan. Universitas Brawijaya Press. hlm. 94. 
  7. ^ Kordi K., M. G. H., dan Tamsil, A. (2010). Suyantoro, Fl. Sigit, ed. Pembenihan Ikan Laut Ekonomis Secara Buatan:. Yogyakarta: Lily Publisher. hlm. 156–157. ISBN 978-979-29-1382-8. 
  8. ^ Lingga, Lanny (2012). Bebas Hipertensi Tanpa Obat. Jakarta: AgroMedia Pustaka. hlm. 95. ISBN 979-006-436-5. 
  9. ^ Yasa Boga (2010). Koleksi 120 Resep Masakan Ikan dan Hasil Laut Lainnya. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. hlm. 18. ISBN 978-602-03-3006-8.