Industrial Bank of Japan
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. (November 2015) |
Industrial Bank of Japan, Limited atau biasa disingkat menjadi IBJ, dulu adalah salah satu bank terbesar di dunia selama paruh kedua abad ke-20. Bank ini dulu berkantor pusat di Tokyo, Jepang.
Perusahaan swasta | |
Industri | Jasa keuangan |
Penerus | Digabung ke dalam Mizuho Financial Group (2001) |
Didirikan | 1902 |
Kantor pusat | 1-3-3 Marunouchi |
Tokoh kunci | Masao Nishimura |
Situs web | Situs web resmi |
Pada tahun 2002, bank ini digabung dengan Dai-Ichi Kangyo Bank dan Fuji Bank untuk membentuk Mizuho Financial Group.[1][2]
Sejarah
suntingIBJ didirikan sebagai sebuah bank publik sesuai Undang-Undang Bank Industri Jepang tahun 1902. Pada saat itu, Jepang sedang mengalami revolusi industri, sehingga muncul permintaan yang besar terhadap modal investasi jangka panjang. IBJ mengumpulkan dana dengan cara menerbitkan surat utang.
IBJ juga bertindak sebagai trustee untuk penerbitan surat utang korporat, salah satunya penerbitan surat utang dari perusahaan perkeretaapian besar asal Jepang pada tahun 1906 di London, yang jumlahnya mencapai 1 juta poundsterling. Kegiatan bank ini pun berkontribusi membangun pasar sekuritas domestik Jepang dan meningkatkan eksposur dari pemodal asal Jepang di pasar internasional.
Kombinasi antara bisnis perbankan investasi dan korporat dengan eksposur ke kegiatan trust pun menjadi keunikan bank ini. Pada undang-undang pendirian bank ini, untuk pertama kalinya, frase "trust" atau “shintaku” (信託 ) muncul dalam statuta di Jepang, yakni pada kalimat, "Bisnis trust terkait dengan obligasi pemerintah daerah, obligasi korporat, dan ekuitas".
Pada tahun 1918, dilakukan revisi terhadap Undang-Undang Bank Industri Jepang, sehingga memungkinkan bank ini untuk berbisnis di bidang penjaminan emisi dan menawarkan ekuitas. Pada saat itu, IBJ telah dapat menjalankan bisnis-bisnis yang kini umum dijalankan oleh bank investasi. Bank ini pun berkembang pesat berkat permintaan yang diciptakan oleh Perang Dunia I dan ledakan ekonomi yang kemudian mengikuti.
Setelah itu, Jepang mengalami cukup banyak musibah, yakni gempa bumi besar Kantō, krisis keuangan Shōwa, dan akhirnya, Perang Dunia II serta pemulihan pasca perang.
Pada tahun 1950, IBJ menjadi bank swasta dan kemudian menyesuaikan dengan aturan pada Undang-Undang Bank Jangka Panjang tahun 1952. Namun, undang-undang tersebut disusun sesuai kebijakan kompartementalisasi jasa keuangan dari pasukan pendudukan, sehingga IBJ dipaksa keluar dari sebagian besar bisnis perbankan investasinya dan kembali ke bisnis pinjaman jangka panjang dengan cara menerbitkan surat utang.
Selama pertumbuhan pesat ekonomi Jepang pada dekade 1960-an, IBJ terutama aktif mendanai produksi baja, pengapalan, pembuatan kapal, dan pembuatan mobil. Pasca krisis minyak pertama, pertumbuhan ekonomi melambat seiring dengan makin matangnya ekonomi Jepang, sehingga IBJ mulai mengembangkan basis nasabahnya, serta mulai berekspansi ke luar Jepang.
Di Jepang, penjualan surat utang bank ke lembaga keuangan besar dan bank regional mengarah pada hubungan yang makin kuat di antara mereka. Hubungan kuat tersebut juga didukung oleh fakta bahwa IBJ tidak memiliki afiliasi dengan keiretsu manapun, sehingga secara umum IBJ menjadi bank kedua bagi anggota keiretsu manapun.
Lihat juga
suntingReferensi
sunting- ^ Benton E. Gup (2004). Too Big to Fail: Policies and Practices in Government Bailouts. Greenwood Publishing Group. hlm. 261. ISBN 978-1-56720-621-0.
- ^ William D. Hoover (March 18, 2011). Historical Dictionary of Postwar Japan. Scarecrow Press. hlm. 33. ISBN 978-0-8108-7539-5.