Inuman, Kuantan Singingi
Inuman adalah sebuah Kecamatan di Kabupaten Kuantan Singingi, Riau, Indonesia. Kecamatan ini dijuluki juga sebagai "Nagori Nan Tuo" di daerah Rantau Kuantan. Lebuh Lurus menjadi desa yang paling luas dengan ukuran wilayah 49,0 km2.[1]
Inuman | |
---|---|
Negara | Indonesia |
Provinsi | Riau |
Kabupaten | Kuantan Singingi |
Populasi | |
• Total | 16,701 jiwa |
Kode pos | 29569 |
Kode Kemendagri | 14.09.11 |
Kode BPS | 1401061 |
Luas | 453,01 km² |
Kepadatan | 36,87 jiwa/km² |
Desa/kelurahan | 14 |
Eksistensi Inuman sebagai wilayah hunian telah ada sejak beberapa abad silam. Misalnya di era penyebaran dakwah Syekh Imam Saleh pada abad ke-17 M. Inuman disebutkan telah berpenghuni tepatnya di daerah Koto Galuguak (Koto Galuguar) atau sekitar Koto Inuman dan dekat Kampung Baru Koto saat ini.
Sejarah
suntingInuman pada mulanya bernama Koto Tandun dan pusat pemukiman masyarakatnya berada di Sibuayo, yakni daerah perbatasan antara Cerenti dan Inuman di masa kini. Ketika terjadi penaklukan dari Aceh, masyarakat di Koto Tandun berpindah ke Koto Galuguak (Koto Galuguar).[2]
Asal usul nama Koto Galuguak, merujuk kepada nama suku yang bermukim di Koto Tandun. Ketika pindah akibat adanya serangan Aceh, maka nama pemukiman baru yang mereka tempati diberi sesuai dengan nama suku tersebut.
Disebutkan pada abad ke-13, Adityawarman mengirimkan lima orang Datuk ke Kuantan terkait urusan pemerintahan. Salah satunya adalah Datuk Dano Sikaro (Sekaro) yang berkedudukan di Inuman. Kedatangan para datuk ini lantas mendapat protes dari penghulu yang ada di Kuantan karena hukum adat ketika itu sudah berjalan baik. Maka posisi Datuk Dano Sikaro pun ditetapkan hanya sebagai duta Minangkabau saja dari Pagaruyung.[3]
Pada perkembangan berikutnya, Inuman termasuk ke dalam Tigo Koto di Hilir sebagai bagian Distrik Kuantan pada awal abad ke-20. Hal ini terjadi ketika Pemerintah Kolonial Belanda berhasil menaklukkan Kuantan. Pemimpin Tigo Koto di Hilir yang ditunjuk oleh Pemerintah Kolonial Belanda bergelar Datuk Dano Sikaro (Sekaro) sebagai urang godang yang berkedudukan di Inuman. Wilayah kepemimpinannya meliputi Pangean, Baserah dan Inuman itu sendiri.[4]
Ikon Kebudayaan
suntingKecamatan Inuman mempunyai beberapa ikon kebudayaan, di antaranya adalah:
Masjid Jami' Koto Tuo Inuman
suntingMasjid ini merupakan salah satu masjid usang atau yang tertua di Kuantan Singingi. Lokasinya terletak di Desa Koto Inuman. Interior masjid masih dijaga keasliannya. Terdapat satu tiang soko penyanggah utama dan 16 tiang dengan ukuran yang lebih kecil di sekitarnya.
Pemakaman Syekh Imam Saleh
suntingPemakaman ini terletak di Bukit Limpato atau sebelum Pasar Inuman saat ini. Syekh Imam Saleh dikenal sebagai orang pertama yang menyebarkan Islam di wilayah Inuman sekitar abad ke-17. Ia merupakan murid Syekh Abdurrauf As-Singkili atau Syekh Abdurrauf Ali Fansuri yang bermukim di negeri Aceh.
Ia disebut teman seangkatan Syekh Burhanuddin Ulakan, seorang ulama dan penyebar Islam di Minangkabau. Selain makam Syekh Imam Saleh, di pemakaman ini juga terdapat makam murid-muridnya dan para tongku/tuangku yang pernah hidup di Inuman.
Pantai Pulau Batu
suntingMerupakan lanskap berbatu dan berpasir yang terletak di Desa Pulau Busuk, Inuman. Tempat ini mahsyur dikenal sebagai tempat pelaksanaan shalat hari Raya oleh masyarakat sekitar. Selain karena bentang lahannya yang cukup luas, Pantai Pulau Batu juga berdampingan dengan Sungai Kuantan yang merupakan salah satu sumber air tawar terbesar di Kabupaten Kuantan Singingi.
Referensi
sunting- ^ BPS Kabupaten Kuantan Singingi, Kecamatan Inuman dalam Angka 2023, hal. 5.
- ^ Kontribusi Informasi Buya Jafri Mi'in, Tokoh Masyarakat Inuman dan pernah menjadi Ketua MUI Kecamatan Inuman sekitar tahun 2020.
- ^ Ivan Taniputera, Ensiklopedi Kerajaan-Kerajaan Nusantara: Hikayat dan Sejarah, Cetakan I, (Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2017), hal. 533.
- ^ UU Hamidy, "Masyarakat Adat Kuantan Singingi", Cetakan Pertama, (Pekanbaru: UIR Press, 2000), hal. 21-22