Kepaksian Sekala Brak

kerajaan di Asia Tenggara
(Dialihkan dari Istana Gedung Dalom)
Ini adalah versi stabil, terperiksa pada tanggal 3 November 2024.

Kepaksian Sekala Brak adalah kerajaan yang mengalami dua era yaitu Animisme Hindu-Budha (keratuan) dan Islam (Kesultanan) bercorak Islam di wilayah Kabupaten Lampung Barat, Lampung yang berdiri sekitar abad ke-13.[1][2]. Kepaksian ini terletak di dataran tinggi Sekala Brak, di kaki Gunung Pesagi, kerajaan ini merupakan cikal bakal suku Lampung. Penelitian menunjukkan bahwa Paksi Pak Sekala Brak merupakan asal-usul etnis Lampung[3].

Kepaksian Pak Sekala Brak

1201
Bendera Kepaksian Sekala Brak
Bendera
{{{coat_alt}}}
  • Lambang
Ibu kotaLiwa, Lampung Barat
Bahasa resmiLampung Saibatin
Agama
Islam (resmi)
PemerintahanMonarki Kesultanan
Sultan (Yang Dipertuankan) 
• 1989-sekarang
Edward syah Pernong
Perdana Menteri (Kepaksian) 
• 1989-sekarang
Ike Edwin
Sejarah 
• Didirikan
1201
Sekarang bagian dariKabupaten Lampung Barat,Lampung
Sunting kotak info
Sunting kotak info • Lihat • Bicara
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Sejarah

sunting

Sebelumnya wilayah penduduk Lampung semula bercorak Hindu yang diperkirakan peradaban masyarakat telah ada pada abad ke-3—abad ke 7 yang didirikan oleh Suku Tumi. Pada tahun 535 M, terjadi ledakan besar Gunung Krakatau purba yang menyebabkan hancurnya kebudayaan Pasemah dan Salakanegara [4]. Pada saat itu terjadi langit yang gelap, suhu lingkungan menurun dan terbentuknya selat Sunda. Setelah itu peradaban ada kembali sekitar tahun 600 M dengan berdirinya Kerajaan Tulang Bawang yang telah tercatat pada catatan asing.

  • Pada abad ke 7, wilayah ini dikuasai oleh Sriwijaya dibuktikan dengan adanya prasasti Sriwijaya yang ditemukan di Lampung.
  • Pada abad ke-16, kerajaan ini mulai mengadopsi agama Islam yang dibawa oleh empat utusan Kerajaan Pagaruyung.[6][7] lalu Mendirikan Kepaksian Sekala Brak, dan akhirnya terbagi menjadi 4 wilayah kepaksian.
  • Pada abad ke 18, wilayah ini ditaklukkan oleh VOC.

Kepaksian Sekala Brak masih mewariskan keturunan sampai sekarang yang berusaha melestarikan adat dan budaya Sekala Brak kendati sudah tidak memiliki wewenang secara politik lagi[8].

Etimologi dan Sejarah Etnis Lampung

sunting

Bangsa Lampung berasal dari Kerajaan Sekala Brak di dataran Belalau, Lampung Barat. Dari sini, mereka menyebar melalui aliran sungai-sungai besar. Nama "Lampung" berasal dari "Anjak Lambung," yang berarti "berasal dari ketinggian," merujuk pada pemukiman awal di Sekala Brak.

Teori Etimologi Sekala Brak

sunting
  1. Sakala Bhra: Titisan dewa.
  2. Segara Brak: Genangan air luas (Danau Ranau).
  3. Sekala Brak: Tumbuhan sekala yang banyak terdapat di Gunung Pesagi.[9]

Pendapat Sejarawan dan Catatan Sejarah

sunting

Sejarawan seperti Groenevelt dan L.C. Westenenk sepakat bahwa Sekala Brak adalah asal-usul etnis Lampung. Dalam The History of Sumatra (1779), William Marsden mencatat bahwa orang Lampung berasal dari dataran tinggi dekat Danau Ranau dan Gunung Pesagi. Catatan Tiongkok kuno menyebut Kerajaan Kendali, yang dikaitkan dengan Sekala Brak, sudah ada sejak abad ke-3.

Perdagangan dan Hubungan Internasional

sunting

Sekala Brak menjalin hubungan dagang dengan kerajaan-kerajaan Nusantara, India, dan Cina. Dinasti Liang (502-556 M) mencatat Sekala Brak sebagai penghasil barang-barang seperti kain, pinang, kapur barus, dan damar.

Peninggalan dan Warisan Budaya

sunting

Warisan budaya Sekala Brak ditemukan dalam warahan (cerita lisan), tambo (catatan kayu), dan situs-situs bersejarah di Gunung Pesagi. Batu Kepampang di Kenali digunakan untuk ritual persembahan pada masa Hindu-Buddha.

Berdirinya Kepaksian Sekala Brak

sunting

Berdirinya Kepaksian Sekala Brak diceritakan dalam Tambo bahwa para pendirinya berasal dari Kerajaan Pagaruyung, mirip dengan beberapa kerajaan lain di Nusantara yang mengalami dua era: era Hindu-Buddha dan era Kesultanan Islam. Para pendiri Kepaksian Sekala Brak adalah empat Umpu yang mendirikan Paksi Pak, yang berarti "Empat Serangkai" atau "Empat Sepakat diantaranya:[10]

1. Umpu Bejalan Di Way

2. Umpu Belunguh 

3. Umpu Nyerupa  

4. Umpu Pernong

Para Umpu ini juga didampingi oleh seorang wanita bernama Si Bulan, yang kemudian turut membantu dalam pembagian wilayah kekuasaan di Sekala Brak. Kedatangan Umpu Belunguh menandai dimulainya era Islam di Sekala Brak setelah ia berhasil memerangi Sekerumong. Peristiwa ini menyebabkan perubahan besar di wilayah tersebut, dengan sebagian penduduk non-Muslim melarikan diri ke pesisir Krui dan wilayah lain[11].

Sementara itu, wilayah yang awalnya diberikan kepada Si Bulan akhirnya digabungkan ke Paksi Buay Pernong. Pembentukan kepaksian ini merupakan cikal bakal tatanan pemerintahan tradisional yang masih berpengaruh dalam masyarakat Lampung hingga sekarang.

Falsafah dan Pedoman Hidup

sunting

Tandani Ulun Lampung Wat Piil-Pusanggiri Mulia Hina Sehitung Wat Liom Rega Diri Juluk-Adok Ram Pegung, Nemui-Nyimah Muari Nengah-Nyampur Mak Ngungkung, Sakai-Sambayan Gawi.

Falsafah Hidup Ulun Lampung tersebut diilustrasikan dengan lima bunga penghias Sigor pada lambang Provinsi Lampung. Menurut kitab Kuntara Raja Niti, Ulun Lampung haruslah memiliki Lima Falsafah Hidup:

  1. Piil-Pusanggiri (malu melakukan pekerjaan hina menurut agama serta memiliki harga diri),
  2. Juluk-Adok (mempunyai kepribadian sesuai dengan gelar adat yang disandangnya),
  3. Nemui-Nyimah (saling mengunjungi untuk bersilaturahmi, selalu mempererat persaudaraan serta ramah menerima tamu),
  4. Nengah-Nyampur (aktif dalam pergaulan bermasyarakat dan tidak individualistis),
  5. Sakai-Sambayan (gotong-royong dan saling membantu dengan anggota masyarakat lainnya).

Tujuh Pedoman Hidup Ulun Lampung:

  1. Berani menghadapi tantangan: mak nyerai ki mak karai, mak nyedor ki mak bador.
  2. Teguh pendirian: ratong banjir mak kisir, ratong barak mak kirak.
  3. Tekun dalam meraih cita-cita: asal mak lesa tilah ya pegai, asal mak jera tilah ya kelai.
  4. Memahami anggota masyarakat yang kehendaknya tidak sama: pak huma pak sapu, pak jelma pak semapu, sepuluh pandai sebelas ngulih-ulih, sepuluh tawai sebelas milih-pilih.
  5. Hasil yang kita peroleh tergantung usaha yang kita lakukan: wat andah wat padah, repa ulah riya ulih.
  6. Mengutamakan persatuan dan kekompakan: dang langkang dang nyapang, mari pekon mak ranggang, dang pungah dang lucah, mari pekon mak belah.
  7. Arif dan bijaksana dalam memecahkan masalah: wayni dang rubok, iwani dapok.

Galeri

sunting
 
Sultan Kepaksian Sekala Brak dari masing masing Paksi
 
Istana Gedung Dalom Kepaksian Sekala brak
 
Penobatan Sultan Sekala Brak

Referensi

sunting
  1. ^ https://arrahim.id/alvina/jejak-islam-di-tanah-sang-bumi-ruwai-jurai-lampung/
  2. ^ https://metropolis.co.id/2018/08/14/4-umpu-sekala-brak-lampung-anak-raja-pagaruyung-minangkabau/
  3. ^ "Kepaksian Sekala Brak | Ensiklopedia | Civitasbook.com". civitasbook.com. Diakses tanggal 2024-10-12. 
  4. ^ Abdurrachman, M., Widiyantoro, S., Priadi, B., dan Ismail, T. (2018). Geochemistry and Structure of Krakatoa Volcano in the Sunda Strait, Indonesia. Geosciences, 8(4), 111.https://www.mdpi.com/2076-3263/8/4/111
  5. ^ Kitab Negara Kertagama | Perpustakaan Balai Arkeologi D.I.Y. http://perpusbalarjogja.kemdikbud.go.id/index.php?p=show_detail&id=222&keywords=
  6. ^ "4 Umpu Sekala Brak Lampung 'Anak Raja Pagaruyung Minangkabau'". Metropolis.co.id. 14 Agustus 2018. Diakses tanggal 2022-08-25. 
  7. ^ developer, lampost co (2018-12-18). "Sekala Brak Menjawab Sejarah". lampost.co. Diakses tanggal 2021-04-11. 
  8. ^ Raditya, Iswara N. "Mengenal Kerajaan Sekala Brak sebagai Leluhur Lampung". tirto.id. Diakses tanggal 2021-04-10. 
  9. ^ Drs Irfan Anshory adoq Batin Kesuma Ningrat Penyimbang Sukabanjar Marga Gunung Alip, Keratuan Semaka Lampung, Lampung
  10. ^ "Batin Budaya Poerba". batinbudayapoerba.blogspot.com. Diakses tanggal 2024-10-12. 
  11. ^ Diandra Natakembahang, Adoq Batin Budaya Poerba Lamban Bandung, Negeri Ratu Kembahang Paksi Bejalan Di Way, Paksi Pak Sekala Brak Lampung

Pranala luar

sunting

' ' '