Bahasa Cirebon: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Pengaruh: Menambah referensi dari Kanisius
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Alpyyy (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: Pengembalian manual VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 1:
{{pp-vandalism|small=yes}}
{{Infobox Bahasa
| name = Bahasa Jawa Cirebon
| nativename = {{jav|ꦧꦱꦗꦮꦕꦼꦂꦧꦺꦴꦤꦤ꧀}}<br>''BasaBåså CêrbonJawa Cerbonan''
|states= * {{flag|Indonesia}}
----
|region= * {{flag|Jawa Barat}}
** [[File:Seal of the City of Cirebon.svg|15px]] [[Kota Cirebon]]<ref name=petabudayajabar/>
** [[File:Coat of arms of Cirebon Regency.svg|15px]] [[Kabupaten Cirebon]]<ref name=petabudayajabar/>
 
** [[File:Seal of Indramayu Regency.svg|15px]] [[Kabupaten Indramayu]]<ref name=ajip30/>
| speakers = 2.086.721 {{fact}} (2010)<ref name=bps>Tim Biro Pusat Statistik. 2011. Hasil Sensus 2010 - Kewarganegaraan, Suku, Bangsa, Agama, dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia. [[Jakarta]] : Biro Pusat Statistik</ref>
** [[File:LAMBANG KABUPATEN KARAWANG.svg|15px]] [[Kabupaten Karawang]]<ref name=petabudayajabar/>,<ref>Huri, Daman. 2017. Geografi Variasi Bahasa di Bagian Utara Karawang, Jawa Barat. [[Karawang]] : Universitas Singaperbangsa</ref>
| rank = 11
** [[File:Lambang Kabupaten Majalengka.svg|15px]] [[Kabupaten Majalengka]]<ref name=petabudayajabar/>
** [[File:Seal of Subang Regency.svg|15px]] [[Kabupaten Subang]]<ref name=petabudayajabar/>
** [[File:Coat of arms of Sumedang Regency.svg|15px]] [[Kabupaten Sumedang]]<ref>Nuraeni, Fitri. 2012. Pemetaan Bahasa di Kabupaten Sumedang : Sebuah Kajian Dialektometri. Depok : Universitas Indonesia</ref>
* {{flag| Jawa Tengah}}
** [[File:Seal of Brebes Regency.svg|15px]] [[Kabupaten Brebes]]<ref>Isfandani, Linda Novita. 2017. BAHASA JAWA MASYARAKAT DAERAH PERBATASAN JAWA TENGAH JAWA BARAT DI KECAMATAN LOSARI KABUPATEN BREBES : KAJIAN SOSIOLINGUISTIK. [[Semarang]] : Universitas Negeri Semarang</ref>
| speakers = 1.877.514 jiwa (penduduk [[suku Cirebon]] (2010))<br>3.086.721 jiwa (penutur bahasa Cirebon (2010))<ref name=bps>Tim Biro Pusat Statistik. 2011. Hasil Sensus 2010 - Kewarganegaraan, Suku, Bangsa, Agama, dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia. [[Jakarta]] : Biro Pusat Statistik</ref>
| rank = 11<ref name=bps/>
|familycolor= Austronesia
|fam2= [[Jawa Kuno]]
|fam2=[[Rumpun bahasa Melayu-Polinesia|Melayu-Polinesia]]{{refn|group=note|name=bahasa|Berdasarkan penjelasan dalam Wyakarana Tata Bahasa Cirebon dinyatakan bahwa [[bahasa Cirebon]] berasal dari [[bahasa Sansekerta]] dengan tidak mengabaikan kata-kata serapan yang berasal dari bahasa Arab, Cina, Portugis, Jawa dan Belanda}},<ref name=salana>Salana. 2002. Wyakarana - Tata Bahasa Cirebon. [[Bandung]] : Humaniora Utama Press</ref>
|fam3=
|fam4=
| script =
| script = {{unbulleted list|[[Rikasara Cirebon]] (historis, awalnya)|[[Carakan Cirebon]] (gabungan aksara Jawa dan Rikasara)|[[Aksara Jawa]]|[[abjad Pegon|Pegon (Arab-Jawa)]]|[[alfabet Latin]]}}
| iso1 = -
| iso2 = -
Baris 28 ⟶ 23:
|lc2=|ld2=
|lc3=|ld3=
|lc4=osikaw|ld4ld6=bahasa OsingKawi|ll6=bahasa Kawi
|glotto= cire1240
|glottorefname =CireboneseCirebon Javanese
}}
'''Bahasa Jawa Cirebon''' ({{lang-jv|ꦧꦱꦗꦮꦕꦼꦂꦧꦺꦴꦤꦤ꧀|Båså Jawa Cerbonan}}) adalah sebuah dialek bahasa jawa yang dituturkan di [[Cirebon]] Jawa Barat.
'''Bahasa Cirebon'''<ref>Pemerintah Provinsi Jawa Barat. 2003. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 5 Tahun 2003. [[Bandung]]: Pemerintah Provinsi Jawa Barat</ref><ref name=sudjana/><ref>Heriyadi, Wahyu. 2015. Bahasa dan Hukum. [[Bandung]]: Kentjana Indie Pustaka</ref> dieja oleh masyarakat setempat sebagai '''''basa Cêrbon'''''{{efn|Kata Cêrbon sendiri hanya sebatas fonologi. Secara ortografis, dalam Rikasara dan Carakan tetap ditulis "Cirebon".}} adalah bahasa yang dituturkan di pesisir utara Jawa Barat terutama mulai daerah [[Pedes, Karawang|Pedes]] hingga [[Cilamaya Kulon, Karawang|Cilamaya Kulon]] dan [[Cilamaya Wetan, Karawang|Wetan]] di [[Kabupaten Karawang]], [[Blanakan, Subang|Blanakan]], [[Pamanukan, Subang|Pamanukan]], [[Pusakanagara, Subang|Pusakanagara]], sebagian [[Ciasem, Subang|Ciasem]], dan [[Compreng, Subang|Compreng]] di [[Kabupaten Subang]], [[Ligung, Majalengka|Ligung]], [[Jatitujuh, Majalengka|Jatitujuh]], dan sebagian [[Sumberjaya, Majalengka|Sumberjaya]], [[Dawuan, Majalengka|Dawuan]], [[Kasokandel, Majalengka|Kasokandel]], [[Kertajati, Majalengka|Kertajati]], [[Palasah, Majalengka|Palasah]], [[Jatiwangi, Majalengka|Jatiwangi]]<ref name=petabudayajabar>Tim Penyusun Disparbud Prov. Jawa Barat. 2011. "Peta Budaya Provinsi Jawa Barat". Bandung: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat</ref>, [[Sukahaji, Majalengka|Sukahaji]], [[Sindang, Majalengka|Sindang]]<ref>Nurfaidah, Dedeh. 2008. "Basa Sunda Dialék Majalengka di Kacamatan Sukahaji". Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia</ref> [[Leuwimunding, Majalengka|Leuwimunding]] dan [[Sindangwangi, Majalengka|Sindangwangi]] di [[Kabupaten Majalengka]] sampai [[Kota Cirebon|Kota]] dan [[kabupaten Cirebon]] serta [[Losari, Brebes|Losari Timur]] di [[Kabupaten Brebes]] di [[Jawa Tengah|Provinsi Jawa Tengah]]<ref>[https:///www.radarcirebon.com/pangeran-losari-angkawijaya-tali-sejarah-cirebon-brebes.html Radar Cirebon - Pangeran Losari ‘Angkawijaya’ Tali Sejarah Cirebon Brebes (edisi 2014)]</ref>. Berdasarkan Sensus Penduduk 2010, bahasa Cirebon dituturkan oleh 3.086.721 jiwa penduduk Indonesia usia 5 tahun ke atas. Ia menduduki peringkat ke-11 bahasa yang paling banyak dituturkan oleh penduduk Indonesia setelah bahasa Jawa, bahasa Indonesia, bahasa Sunda, bahasa Melayu, bahasa Madura, bahasa Minangkabau, bahasa Banjar, bahasa Bugis, bahasa Bali, dan bahasa Batak<ref name=bps/>. Pengembangan bahasa Cirebon dilakukan oleh ''Lembaga Basa lan Sastra Cirebon (LBSC).'Pengembangan bahasa Cirebon dilakukan oleh ''Lembaga Basa lan Sastra Cirebon (LBSC).''
 
Berdasarkan Sensus Penduduk 2010, bahasa Jawa Cirebon dituturkan oleh 2.086.721 jiwa penduduk Indonesia usia 5 tahun ke atas. Ia menduduki peringkat ke-11{{fact}} bahasa yang paling banyak dituturkan oleh penduduk Indonesia setelah bahasa Indonesia, bahasa Jawa umum, bahasa Sunda, bahasa Melayu, bahasa Madura, bahasa Minangkabau, bahasa Banjar, bahasa Bugis, bahasa Bali, dan bahasa Batak.<ref name=bps/> Pengembangan bahasa Jawa Cirebon dilakukan oleh ''Lembaga Basa lan Sastra Cirebon (LBSC).''
[[Berkas:Reynan-Carakan-gamel.jpg|jmpl|300px|Aksara Rikasara Cirebon gaya [[Gamel, Plered, Cirebon|Gamel]] pada proposal dewan adat [[Gamel, Plered, Cirebon|Gamel]], dibagian atas tertulis dengan Rikasara Cirebon gaya [[Gamel, Plered, Cirebon|Gamel]] yang bunyinya "waringin rungkad" artinya secara harafiah adalah<br><br>Wari Ngin Rug Kad<br><br>Wari (air) pada masa lalu air itu bening = Kalam = Elmu<br>Ngin = Angin = Nafas = Kehidupan<br><br>Rungkad (Ru' Kad)<br><br>Ru' = Jiwa<br>Kad = Pekerja (Badaniya) <br><br>"Ilmu Kehidupan yang mengisi Jiwa dan Raga" yang merupakan salah satu nilai pegangan masyarakat [[Gamel, Plered, Cirebon|desa Gamel]], [[Plered, Cirebon|kecamatan Plered]], [[Kabupaten Cirebon]].]]
 
== Pengaruh ==
Pada abad ke-15-17 M, bahasa Jawa dialek Cirebon telah digunakan dalam tuturan warga pesisir utara Pulau Jawa bagian barat, di wilayah yang sekarang menjadi Kabupaten dan Kota Cirebon, yang saat itu merupakan salah satu pelabuhan utama di Pulau Jawa. Bahasa Jawa Cirebon dipengaruhi oleh [[bahasa Sunda]] karena keberadaannya yang berbatasan langsung dengan kebudayaan Sunda, khususnya kebudayaan Sunda di [[Kuningan]] dan di [[Majalengka]], bahasa Jawa Cirebon juga menyerap kosakata dari bahasa-bahasa asal [[Tiongkok]], [[Timur Tengah]], dan [[Eropa]]. Contoh kosakata serapannya antara lain: ''taocang'' ('kuncir') dari bahasa Tionghoa, ''bakda'' ('setelah') dari bahasa Arab, dan ''sonder'' ('tanpa')<ref name=sudjana>Sudjana, TD. 2005. "Kamus Bahasa Cirebon". Bandung: Humaniora Utama Press</ref> dari bahasa Belanda. Dialek Cirebon mempertahankan bentuk-bentuk kuno [[bahasa Jawa]] seperti ''ingsun'' (saya) dan ''sira'' (kamu) dalam bahasa sehari-hari.
Bahasa Cirebon sebagian besar kosakatanya dipengaruhi oleh bahasa Sansekerta, yaitu sekitar 80% sehingga bahasa Cirebon disebut sebagai bahasa Sansekerta kontemporer, kosakata serapan bahasa Sansekerta diantaranya adalah ingsun (saya) dan cemera (anjing)<ref name=kautsar1>Kautsar, Nurul Diva. 2020. 7 Fakta Bahasa Cirebon, Diadopsi dari Sansekerta dan Punya Dialek Beragam. [[Jakarta]] : Merdeka.com</ref>
 
Pada abad ke-15-17 M, bahasa Cirebon telah digunakan dalam tuturan warga pesisir utara Pulau Jawa bagian barat, di wilayah yang sekarang menjadi Kabupaten dan Kota Cirebon, yang saat itu merupakan salah satu pelabuhan utama di Pulau Jawa. Bahasa Cirebon dipengaruhi oleh [[bahasa Sunda]] karena keberadaannya yang berbatasan langsung dengan kebudayaan Sunda, khususnya kebudayaan Sunda di [[Kuningan]] dan di [[Majalengka]], bahasa Cirebon juga menyerap kosakata dari bahasa-bahasa asal [[Tiongkok]], [[Timur Tengah]], dan [[Eropa]]. Contoh kosakata serapannya antara lain: ''taocang'' ('kuncir') dari bahasa Tionghoa, ''bakda'' ('setelah') dari bahasa Arab, dan ''sonder'' ('tanpa')<ref name=sudjana>Sudjana, TD. 2005. "Kamus Bahasa Cirebon". Bandung: Humaniora Utama Press</ref> dari bahasa Belanda. Bahasa Cirebon mempertahankan bentuk-bentuk kuno seperti ''ingsun'' (saya) dan ''sira'' (kamu) dalam bahasa sehari-hari.
 
Pada masa [[Amangkurat II]] berkuasa di Mataram, bahasa Cirebon menurut Nurdin Noer tidak dipengaruhi oleh [[bahasa Jawa]]<ref name=kautsar1/>. Pada masa itu kosakata dari bahasa Sansekerta masih dipergunakan untuk percakapan sehari-hari masyarakat Cirebon<ref name=kautsar1/>.
 
Sastra Cirebonan merupakan bagian dari Sastra Pesisiran yang berkembang di sepanjang pantai utara pulau Jawa. Beberapa ahli{{Siapa}} percaya bahwa Sastra Cirebonan dalam bentuk tulisan telah ada sejak zaman Hindu Awal, dan telah mempengaruhi kebudayaan masyarakat di Jawa{{Butuh rujukan}}. Sebagai pengaruh budaya Hindu, dapat ditemui dua macam karya Sastra Cirebonan, yang disebut ''tembang gedhé'' dan ''tembang tengahan''. Setelah Cirebon menjadi pusat penyebaran agama Islam oleh ''[[walisanga]]'' sekitar abad ke-14-15 M, muncul ''tembang cilik'', yang oleh kebanyakan orang disebut ''tembang macapat''. Setelah beberapa hasil karya sastra telah selesai ditulis, banyak cerita sejarah atau legenda menyebar ke masyarakat melalui komunikasi (tatap muka).<ref>Wulandari, Sri(Penyanyi Cirebonan). 2011. "Prefix A – Change from Middle to Modern Cirebonese (A case study of Serat Catur Kandha as a midlle Cirebonese texts and Nguntal Negara as a modern Cirebonese text)". Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia</ref>
 
Pada masa lalu{{fact}}, di [[kota Cirebon]] padatnya aktivitas pelabuhan menarik banyaknya urbanisasi kelompok masyarakat dari wilayah sekitarnya termasuk dari [[Indramayu]], [[Losari]] dan [[Brebes]] yang notabene sebagiannya merupakan wilayah [[suku Sunda]] dan [[suku Jawa]] selain itu di sekitar pelabuhan Cirebon juga dapat ditemukan kelompok-kelompok masyarakat [[suku Bugis]], [[suku Madura]], pendatang China dan warga keturunan Arab yang pada akhirnya telah menjadikan wilayah ini beragam secara adat maupun bahasa, pada pola kehidupan di sekitar pelabuhan, bahasa Jawa Cirebon telah menjadi bahasa ''ater-ater'' ([[bahasa Indonesia]]: bahasa pengantar) pada pergaulan di berbagai kalangan masyarakatnya, bahkan ketika terjadi penurunan aktivitas pelabuhan Cirebon pada era modern dengan tidak lagi berhentinya kapal Pelni di pelabuhan Cirebon dan pelabuhan hanya dijadikan tempat bongkar batubara dari Kalimantan saja yang notabene menurunkan tingkat interaksi berbagai kelompok masyarakat yang ada, bahasa Cirebon tetap dan telah menjadi bahasa ''ater-ater'' yang dominan pada wilayah tersebut.<ref>Bunnell, Tim. D. Parthasarathy, Eric C. Thompson. 2012. Cleavage, Connection and Conflict in Rural, Urban and Contemporary Asia. [[Berlin]]: Springer Science & Business Media</ref>
 
Berdasarkan Sensus Penduduk 2010, bahasa Cirebon dituturkan oleh 3.086.721 jiwa penduduk Indonesia usia 5 tahun ke atas. Ia menduduki peringkat ke-11<ref name=bps/>,<ref>Gunawan, L.A.S. 2020. Filsafat Nusantara: Sebuah Pemikiran tentang Indonesia. [[Sleman]] : Kanisius</ref>bahasa yang paling banyak dituturkan oleh penduduk Indonesia setelah bahasa Indonesia, bahasa Jawa umum, bahasa Sunda, bahasa Melayu, bahasa Madura, bahasa Minangkabau, bahasa Banjar, bahasa Bugis, bahasa Bali, dan bahasa Batak.<ref name=bps/> Pengembangan bahasa Jawa Cirebon dilakukan oleh ''Lembaga Basa lan Sastra Cirebon (LBSC).''
 
== Bahasa Cirebon sebagai sebuah dialek dari Bahasa Jawa ==
 
Penelitian menggunakan [[angket]] sebagai indikator pembanding kosakata anggota tubuh dan budaya dasar ("''makan''", "''minum''", dan sebagainya) berlandaskan metode Guiter menunjukkan perbedaan kosa kata Bahasa Cirebon dengan Bahasa Jawa di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta mencapai 75%, sementara perbedaannya dengan dialek di Jawa Timur mencapai 76%.<ref name="PR">[http://newspaper.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=132798%20 Menimbang-nimbang Bahasa Cirebon](Edisi Tahun 2009) {{pranala mati}}</ref>,<ref name=noer7576>Noer, Nurdin M. 2018. Pelestarian Bahasa Cirebon Tanggung Jawab Siapa?. [[Bandung]] : Pikiran Rakyat</ref> Untuk diakui sebagai sebuah bahasa tersendiri, suatu bahasa setidaknya membutuhkan sekitar 80% perbedaan dengan bahasa terdekatnya.<ref name="PR"/>,<ref name=noer7576/>
 
Meski kajian linguistik sampai saat ini menyatakan bahasa Cirebon ”hanyalah” dialek (karena penelitian Guiter mengatakan harus berbeda sebanyak 80% dari bahasa terdekatnya), namun sampai saat ini '''Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 5 Tahun 2003''' masih tetap mengakui Cirebon sebagai bahasa dan bukan sebagai sebuah dialek. Dengan kata lain, belum ada revisi terhadap Perda tersebut. Menurut Kepala Balai Bahasa Bandung, Muh. Abdul Khak, hal itu sah-sah saja karena Perda adalah kajian politik<ref name=amaliya/>. Dalam dunia kebahasaan menurutnya, satu bahasa bisa diakui atas dasar tiga hal. Pertama, bahasa atas dasar pengakuan oleh penuturnya; kedua, atas dasar politik; dan ketiga, atas dasar linguistik.
 
Bahasa atas dasar politik, contoh lainnya bisa dilihat dari sejarah Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia yang sebenarnya berakar dari Bahasa Melayu, seharusnya dinamakan bahasa Melayu dialek Indonesia. Namun, atas dasar kepentingan politik, akhirnya bahasa Melayu yang berkembang di negara Indonesia –oleh pemerintah Indonesia– dinamakan dan diklaim sebagai bahasa Indonesia. Selain alasan politik, pengakuan Cirebon sebagai bahasa juga bisa ditinjau dari batasan wilayah geografis dalam perda itu. Abdul Khak mengatakan, Cirebon disebut sebagai dialek jika dilihat secara nasional dengan melibatkan bahasa Jawa.
 
Artinya, ketika Perda dibuat hanya dalam lingkup wilayah Jabar, Cirebon tidak memiliki pembanding kuat yaitu bahasa Jawa. Apalagi, dibandingkan dengan bahasa Melayu Betawi dan Sunda, Cirebon memang berbeda.<ref name=amaliya>Amaliya. 2010. Alasan Politiklah Sebabnya. Bandung: Pikiran Rakyat</ref>
 
== Bahasa Cirebon sebagai bahasa mandiri ==
[[Berkas:Aksara.cirebon.jpg|jmpl|ka|180px|Cacarakan Cirebon yang bersandingan dengan Rikasara Cirebon]]
 
Revisi Perda, sebenarnya memungkinkan dengan berbagai argumen linguistik. Namun, kepentingan terbesar yang dipertimbangkan dari sisi politik bisa jadi adalah penutur bahasa Cirebon, yang tidak mau disebut orang Jawa maupun orang Sunda<ref name=amaliya/><ref>[http://www.cirebonpos.com/menggali-bahasa-cirebon-asli-meski-masih-diperdebatkan/ Cirebon Pos - Menggali Bahasa Cirebon Asli, Meski Masih Diperdebatkan (edisi 2015)]</ref>. Ketua '''''Lembaga Basa lan Sastra Cirebon''''' Nurdin M. Noer mengatakan, bahasa Cirebon adalah persilangan bahasa Jawa dan Sunda. Meskipun dalam percakapan orang Cirebon masih bisa memahami sebagian bahasa Jawa, dia mengatakan kosakata bahasa Cirebon terus berkembang tidak hanya ”mengandalkan” kosa kata dari bahasa Jawa maupun Sunda.
::”Selain itu, bahasa Cirebon sudah punya banyak dialek. Contohnya saja dialek Plered, Jaware, dan Dermayon,” ujarnya.
Pakar Linguistik Chaedar Al Wasilah pun menilai, dengan melihat kondisi penutur yang demikian kuat, revisi tidak harus dilakukan. justru yang perlu dilakukan adalah melindungi bahasa Cirebon dari kepunahan.<ref name=amaliya/>
 
==== Pendekatan Lauder dalam dialektometri ====
 
Selama ini bahasa Cirebon dianggap sebagai dialek dari bahasa Jawa dikarenakan beberapa pihak yang menginginkan Cirebon tetap menjadi bagian dari budaya Jawa hanya berpegang pada penelitian model Guiter saja yang mengharuskan perbedaan antar kedua subjek bahasa sebesar 80%, namun jika menggunakan pendekatan Lauder, pendekatan ini mengkritisi jumlah persentase yang diajukan guiter yaitu sebesar 80% karena menurut Lauder, cukup 70% saja dalam kajian dialektometri bagi sesuatu untuk dikatakan sebagai "bahasa" yang Mandiri.<ref name=djantera/>
 
Lauder, sudah menggunakan metode yang lazim dan umum dilakukan dalam kajian dialektologi terhadap bahasa-bahasa di Indonesia, yaitu metode dialektometri, hanya yang menarik dari pandangannya itu ialah usulannya tentang modifikasi kategori persentase perbedaan unsur kebahasaan untuk menyebutkan suatu isolek sebagai bahasa atau dialek yang diajukan oleh Guiter, Guiter menitik beratkan perbedaan kebahasaan harus sekitar 80%<ref>Ayatrohaedi. 1985. Bahasa Sunda di daerah Cirebon. [[Jakarta]]: Balai Pustaka</ref><ref>Tim Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1976. Bahasa dan sastra, Volume 2. [[Jakarta]]: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan</ref>. Menurutnya, persentase untuk dianggap beberapa isolek sebagai bahasa yang berbeda, jika perbedannya di atas 80% terlalu tinggi untuk bahasa-bahasa di Indonesia. Karena kategori kajian guiter itu dibangun di atas data bahasa-bahasa Barat (eropa dan sejenisnya), karena itu perlu dimodifikasi. Kenyatan lain, menurutnya, ialah berdasarkan hasil penelitian berbagai bahasa daerah di Indonesia memperlihatkan perbedaan antara bahasa yang satu dengan yang lainnya hanya sekitar 65%–70% saja, di mana perbedaan kosakata antara Bahasa Cirebon dengan Bahasa Jawa adalah 75-76% yang dalam pendekatan Lauder dianggap sempurna menjadi sebuah bahasa mandiri dikarenakan menurut Lauder hanya butuh 70%<ref name=djantera>Kawi, Djantera. 2002. Peneltian,kekerabatan dan pemetaan bahasa-bahasa daerah di Indonesia: provinsi Kalimantan Timur. [[Jakarta]]:Departemen Penddikan Nasional</ref> perbedaan saja.
 
== Aksara Cirebon ==
{{split|Rikasara Cirebon}}
Bahasa Cirebon dalam perjalanannya menggunakan aksara yang dikenal dengan nama Rikasara, Carakan Cirebon, aksara Arab Pegon serta aksara [[Jawi]]<ref name=uka>Tjandrasasmita, Uka. 2009. Arkeologi Islam Nusantara. Jakarta: Gramedia</ref>. Aksara Carakan Cirebon sendiri merupakan aksara Carakan yang terpengaruh Carakam Jawa, hal ini dapat terlihat dari surat yang ditulis oleh Sultan Sepuh Djoharuddin dalam menyambut kedatangan Raffles di Cirebon. Sementara Rikasara Cirebon<ref name=prayitno>[http://regional.liputan6.com/read/2982612/makna-ukiran-unik-di-tiang-masjid-keramat-cirebon Prayitno, Panji. 2017. Makna Ukiran Unik di Tiang Masjid Keramat Cirebon. [[Jakarta]]: Liputan 6]</ref> merupakan jenis aksara yang digunakan sebelum tahun 1650-an (abad 17) di mana para ahli berpendapat bahwa Rikasara tersebut memiliki keterkaitan dengan aksara Palawa.
 
=== Aksara Rikasara Cirebon ===
 
Rikasara Cirebon yang oleh para ahli dikatakan memiliki keterkaitan dengan aksara Palawa<ref name=prayitno/> memiliki tiga cara penulisan dan beberapa gaya tulis (''Samengan'')
 
* '''Sasandisara''' (cara menulis rahasia), tujuan cara penulisan ini adalah agar tulisannya tidak bisa diketahui oleh khalayak ramai, contoh cara penulisan ini dapat ditemui pada surat yang dibawa ke Banten untuk membantu pangeran Hasanuddin
* '''Angarasara''' (cara menulis umum), cara penulisan yang biasa dilakukan oleh para ''Ajengan'' (kyai atau orang terhormat) dan bersifat umum (tidak rahasia) sehingga bisa dibaca oleh siapa saja, pada Angarasara gaya tulis atau ''Samengan'' secara garis besar dibagi menjadi beberapa yaitu, Kawatu, Layus dan Halif
* '''Bandasara''' (cara menulis rahasia dengan membalutnya dengan doa), tujuan penulisan ini sebenarnya sama dengan Sasandisara yaitu untuk hal-hal yang bersifat rahasia, hanya saja karena dibalut dengan doa pembawanya tidak sadar kalau dia sedang membawa surat penting, contohnya adalah surat yang dibawa oleh Anom Talibrata, banyak syarat-syarat yang dibalut dengan pembacaan ayat suci al-qur'an ketika membuat tulisan dengan cara Bandasara, rumitnya ''Polah Hikmah'' (aturan-aturan hikmah) yang diterapkan dalam penulisan Bandasara membuat tidak sembaragan orang dipercaya untuk menuliskannya.
 
<gallery widths="120" heights="120px" style="border: 5px solid #a86; box-shadow: 0.1em 0.1em 0.5em rgba(0,0,0,0.75); -moz-box-shadow: 0.1em 0.1em 0.5em rgba(0,0,0,0.75); -webkit-box-shadow: 0.1em 0.1em 0.5em rgba(0,0,0,0.75); border-radius: 0.5em; -moz-border-radius: 0.5em; -webkit-border-radius: 0.5em;">
Berkas:Gamel-6.jpg | ''Rikasara Cirebon'' pada Masjid Nur Karomah (sir budi rahsa), [[Gamel, Plered, Cirebon|desa Gamel]], [[Plered, Cirebon|kecamatan Plered]], [[kabupaten Cirebon]]<br>Alih aksara dan bahasa oleh Dodie Yulianto (filolog Cirebon), koreksi oleh Guntur Samudra (masyarakat Gamel)<br>Mar(a) Hadi Ngawas (dekati dengan pengawasan sungguh)<br>angmung ngewalen... (hanya mengerjakan ''walen'' (bahasa Indonesia: atap) )<br>1625 Jawa = 1113 Hijriah = 1701 Masehi
Berkas:Papan-1a-Gamel-05a.jpg | ''Rikasara Cirebon'' pada Masjid Nur Karomah (sir budi rahsa), [[Gamel, Plered, Cirebon|desa Gamel]], [[Plered, Cirebon|kecamatan Plered]], [[kabupaten Cirebon]]<br>Alih aksara oleh Guntur Samudra ( Gamel )<br>Dina Ahad Jumadil ahir (pada hari minggu bulan Jumadil Akhir)<br>Tahun Jem Akir // 82 \\ (tahun Jim Akhir 28)
Berkas:Papan-2a-Kiri-Gamel-03a2.jpg | ''Rikasara Cirebon'' pada Masjid Nur Karomah (sir budi rahsa), [[Gamel, Plered, Cirebon|desa Gamel]], [[Plered, Cirebon|kecamatan Plered]], [[kabupaten Cirebon]]<br>Papan 2a-1 (sebelah kiri)<br>Bengiye Madepis<br>Papan 2a (kiri dan kanan bagian atas) Bengiye Madepis Adinata Walen<br>Pada Malam Hari menemui masyarakat (sultan) menjelaskan cara Menata (membuat) Atap
 
(kiri dan kanan bagian tengah dan bawah) Rugoba Bahana Sinagasa Kuwasan Hulihi <br> Sebagai ungkapan rasa terima kasih atas segala upaya (''Ki'' gede Gamel) mengembalikan Singgasana dan Kekuasaan.
Berkas:Papan-2a-Kanan-Gamel-03a.jpg | ''Rikasara Cirebon'' pada Masjid Nur Karomah (sir budi rahsa), [[Gamel, Plered, Cirebon|desa Gamel]], [[Plered, Cirebon|kecamatan Plered]], [[kabupaten Cirebon]]<br>Papan 2a (sebelah kanan)<br>Adinata Walen
</gallery>
 
=== Carakan Cirebon ===
[[Berkas:Sample UDHR Djoharuddin.png|thumb|upright=3.3|Pasal 1 [[Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia]], ditulis dengan Carakan Cirebon gaya Djoharuddin (Carakan Cirebon gaya Djoharuddin adalah gaya Carakan Cirebon yang digunakan di [[kesultanan Kasepuhan]] pada masa Sultan Sepuh Djoharuddin sekitar tahun 1800-an)]]
 
Carakan Cirebon mencapai masa keemasannya pada periodisasi sastra sekitar abad ke-16 (tahun 1500-an). Kala itu sastra pesisiran berkembang pesat, seiring berpindahnya kekuasaan politik dari Majapahit ke kesultanan-kesultanan Muslim seperti Cirebon dan Demak pasca banyaknya ''ningrat-ningrat'', sastrawan dan seniman Majapahit yang menyingkir ke Bali. Sastra Pesisiran yang berkembang pada periodisasi keemasan tersebut berusaha membalutkan nilai-nilai keislaman dengan elemen-elemen kuno dari kebudayaan Majapahit<ref name=Rochkyatmo/> Sastra Pesisiran yang turut membawa carakan Cirebon pada masa keemasannya dimulai ketika pengaruh Islam mulai memasuki pulau Jawa termasuk di wilayah [[Kesultanan Cirebon]]. ada setidaknya tiga pusat utama perkembangan sastra pesisiran yaitu di Gresik, Demak dan di wilayah [[kesultanan Cirebon]] yang meliputi Cirebon hingga [[Banten]] pada masa itu. Berbeda dengan Demak yang pada masa itu menjadi rujukan bagi daerah pedalaman sekitarnya yang mayoritas dihuni oleh [[suku Jawa]](cikal bakal daerah Mataram), perkembangan Carakan dan sastra pesisiran di wilayah [[kesultanan Cirebon]] tidak sehomogen dengan apa yang terjadi di Demak, heterogenitas antara pesisir Cirebon yang multi-etnis ditambah dengan pedalaman Cirebon yang juga dihuni oleh [[suku Sunda]] yang berbeda bahasa dan pola tulisan membuat Carakan dan sastra Cirebon mengakomodir pola-pola ucap dan kebiasaan-kebiasaan sastra dari wilayah sekitarnya sehingga menyebabkan teks-teks sastra yang berasal dari wilayah [[kesultanan Cirebon]] walau ditulis dengan pola aksara carakan yang tidak jauh berbeda (Cirebon menerapkan pola aksara carakan dengan gaya satu tembok sementara Jawa menerapkan pola carakan dengan gaya dua tembok) namun teks-teks tersebut tidak dimengerti oleh pembaca dari wilayah Jawa bagian tengah<ref name=Rochkyatmo/>.
 
Carakan Cirebon menurut TD Sudjana pada awalnya berasal dari Pallawa yang menyebar di Nusantara, para aristokrat yang menggunakan Pallawa sebagai aksara ini kemudian mengembangkan pola-pola aksara di wilayah yang diperintahnya, dan kemudian menjadi aksara daerahnya masing seperti aksara Carakan Jawa, Sunda dan Aksara Carakan Cirebon, oleh karena itu Carakan Cirebon oleh budayawan Cirebon TD Sudjana dikiaskan sebagai sesuatu hal yang memiliki makna budi luhur sebagai penunjang tegaknya akhlak bangsa dan kepribadian bangsa.<ref name=Rochkyatmo>Rochkyatmo, Amir. 1996. Pelestarian dan Modernisasi Aksara Daerah: Perkembangan Metode dan Teknis Menulis Aksara Jawa. [[Jakarta]]: Direktorat Jenderal Kebudayaan</ref>
 
== Bahasa Jawa Cirebon adalah sebuah dialek dari Bahasa Jawa ==
=== Hilangnya aksara Sunda dan ''Rikasara'' Cirebon ===
Bahasa Jawa dialek Cirebon.
 
=== Bahasa Cirebon sebagai sebuah dialek bahasa Jawa ===
Pada tanggal 3 November 1705, Belanda mengeluarkan sebuah surat ketetapan agar digunakan aksara carakan Jawa sebagai aksara tulis, ketetapan ini menurut sebagian peneliti dikarenakan berkurangnya penggunaan aksara Sunda pada masyarakat setempat<ref name=seta1>Mangintrk, Timothy Seta. 2016. Parahiyangan Guardian: Pengembangan Aplikasi Game Untuk Pembelajaran Interaktif Menggunakan Aksara Bahasa Sunda Berbasis Desktop. [[Kota Bandung|Bandung]]: Universitas Widyatama</ref>. Pada wilayah kesultanan-kesultanan Cirebon surat ketetapan Belanda resmi berlaku setelah dikeluarkannya surat yang meratifikasi ketetapan Belanda tersebut oleh para penguasa Cirebon pada 9 Februari 1706<ref name=seta1/>, secara perlahan aksara Sunda dan juga Rikasara Cirebon digantikan oleh carakan Jawa, dalam sebuah naskah dari desa adat Gamel-Sarabahu di Cirebon dijelaskan bahwa hilangnya Rikasara Cirebon secara berangsur-angsur setelah dikeluarkannya surat ratifikasi kesultanan-kesultanan di Cirebon menemui titik puncaknya yang waktunya bertepatan dengan dikaburkannya sejarah Cirebon oleh Belanda yang dalam naskah peristiwa itu disebut {{cquote|"'''''... Kalpariksa jatining cirebon, Lebon pepeteng ... 8461//22//09'''''"}}<ref>Mujidiningrat, Raden Dulur Anom Rahadyan Ikhsanurud Daudi Akbar Guratpanuratrahsa Ahmad Elwangsih. 2018. Aksara Rikasara: Sebuah Peradaban yang Hilang. [[Cirebon]]: Desa Adat Gamel-Sarabahu</ref>
Penelitian menggunakan 2.400 kuesioner sebagai indikator pembanding, seperti kosakata anggota tubuh dan budaya dasar ("''makan''", "''minum''", dan sebagainya) berlandaskan metode Guiter menunjukkan perbedaan kosakata Bahasa Cirebon dengan Bahasa Jawa di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta mencapai 24%, sementara perbedaannya dengan dialek di Jawa Timur mencapai 25%. Sedangkan persamaan dengan Jawa Tengah & Yogyakarta sebesar 76%, dengan Jawa Timur berkisar 75%. Untuk diakui sebagai sebuah bahasa tersendiri, suatu bahasa setidaknya membutuhkan sekitar 80% perbedaan dengan bahasa terdekatnya.
 
== Kosakata ==
Sebagian besar kosa katakosakata asli dari bahasa Cirebon memiliki kesamaan dengan bahasa Jawa standarDialek (Surakarta/Yogyakarta)Dermayon, Tegal-Brebes maupun Bahasa Jawa Banyumasan baik secara morfologi maupun fonetik, memang bahasa Cirebon yang dipergunakan di Cirebon dengan di Indramayu itu meskipun oleh sebagian orang dikatakan sebagai bagian dari bahasa Jawa namun mempunyai perbedaan dengan “bahasa Jawa baku”baku (Surakarta-Yogyakarta)”, yaitu bahasa yang diajarkan di sekolah-sekolah yang berpegang kepada bahasa Jawa Solo. Dengan demikian, sebelum 1970-an, buku-buku pelajaran dari Solo tak dapat digunakan karena terlalu sukar bagi para murid (dan mungkin juga gurunya). Oleh karena itu, pada 1970-an, buku pelajaran itu diganti dengan buku pelajaran [[bahasa Sunda]] yang dianggap akan lebih mudah dimengerti karena para pemakai bahasa Sunda “lebih dekat”. Akan tetapi, ternyata kebijaksanaan itu pun tidak tepat sehingga muncul gerakan untuk menggantinya dengan buku dalam bahasa yang digunakan di wilayahnya, yaitu Bahasa Cirebon (pada era tahun 1970-an masih disebut sebagai bahasa Jawa dialek Cirebon).<ref>Rosidi, Ajip. 2010. "Bahasa Cirebon dan Bahasa Indramayu". [[Bandung]]: Pikiran Rakyat</ref>
 
=== Bahasa Cirebon Kuno ===
Bahasa Cirebon Kuno<ref>Irianto, Bambang. Dyah Laksmiwati. 2014. Baluarti Keraton Kacirebonan. [[Sleman]]: Dee Publish</ref> dipergunakan pada naskah naskah kuno yang ada di Cirebon dan sekitarnya, bahasa ini masih bisa dijumpai pada teks teks di periode awal terbaginya [[kesultanan Cirebon]] menjadi dua kesultanan atau sekitar pada tahun 1600-an, menurut ''Elang'' ([[bahasa Indonesia]]: pangeran) Yusuf Dendabrata salah satu kosakata yang berasal dari bahasa Cirebon Kuno adalah ''pelem'' ([[bahasa Indonesia]]: mangga). Pada budaya Cirebon sejak zaman dahulu, mangga merupakan manifestasi dari konsep ''gelem'' (hasrat/kemauan) dan mangga Cengkir adalah proyeksi dari konsep ''gelem kencenge pikir'' ([[bahasa Indonesia]]: mau kritis berfikir) di mana buah mangga Cengkir digantungkan pada ''lunjuk'' tempat penyiraman pada prosesi ''Siram Tawandari'' di ritual pernikahan adat Cirebon.
 
Berikut adalah kutipan bahasa Cirebon Kuno yang ditulis pada pustaka Negara Kertabumi<ref>Wangsakerta, Pangeran Nasiruddin. Saptadhyaksa. 1651 saka. Pustaka Negara Kertabumi. [[Cirebon]]: Kesultanan Cirebon</ref>
 
mejahhi / pratibandḍa / hurip lobha / magawé kadustan mwang pāpakarma // haywa ta sirā nginum panamadya / athawékang magawé marganing patinta / suçīlā ta sira // haywa ta sira dumadi wira mati / mwang lumūda çatrewanung wus pinaribhawa / umangnacpati / yadyapin ya çatrusang salah warak samaken mwang inupaçra yan dénnira // haywa ta sira tuhagamana ring dharmmanya yéku agaméslam lawan kuran ikang wéda ning janapada sakala bhuwana / dwājilulloh dé nira kudu mapageh dé nyānggé gwa ninya // nityasa ta sira mangastung kara ring hyang tunggal
 
bunuh, bertentangan, hidup tamak, berbuat dusta serta berbuat nista. Janganlah engkau minum minuman yang memabukkan, atau yang menciptakan jalan kematianmu, sopan santunlah engkau, janganlah engkau menjadi wiramati. Dan menyerang lagi perkataan yang telah menghina, menyalahkan diri sendiri ke dalam kematian, meskipun musuh yang salah maafkanlah dan berilah pertolongan padanya. Janganlah ia terus-menerus melakukan perbuatannya itu. Agama Islam dan Qur’an itu pengetahuan untuk seluruh umat manusia di seluruh dunia, dua kalimat Syahadat harus kau genggam erat dan pakailah (laksanakanlah) ia senantiasalah engkau berdoa kepada Tuhan yang Esa.
 
=== Perbandingan bahasa Cirebon Bagongan (bahasa rakyat) ===
Berikut merupakan perbandingan antara bahasa Jawa Cirebon dengan Dialek lainnya yang dianggap serumpun, yaitu [[bahasa Jawa Banten]],<ref name=bantenologi>{{Cite web |url=http://bantenologi.org/index.php/artikel/91-kamus-bahasa-jawa-banten |title=Bantenologi - Kamus Bahasa Jawa Banten |access-date=2015-03-04 |archive-date=2015-06-09 |archive-url=https://web.archive.org/web/20150609052801/http://bantenologi.org/index.php/artikel/91-kamus-bahasa-jawa-banten |dead-url=yes }}</ref> Bahasa Jawa dialek Dermayon, dialek Tegal dan Pemalangan serta Bahasa Jawa Baku (dialek Surakarta - Yogyakarta) dalam level ''Bagongan atau Bahasa Rakyat''.
 
=== Perbandingan bahasa Cirebon Bagongan (bahasa rakyat) ===
Baris 126 ⟶ 52:
{| class="wikitable sortable" width="100%"
! Banten Utara
! CirebonCirebonan<ref name=salana/>
! Dermayonan
! Bahasa Cirebon - Dermayu (Dermayon)
! Banyumasan
! Tegal, Brebes
Baris 162 ⟶ 88:
|-
| kita
| kita/isun
| kita/reang/isun/inyong (Cilamaya dan Subang)
| inyong/nyong
| inyong/nyong
Baris 366 ⟶ 292:
|-
|Entek
|Entok / Kasepan
|Entok / Entek
|Entong
Baris 385 ⟶ 311:
! Banten Utara
! Cirebonan<ref name=sudjana />
! Dermayonan
! Bahasa Cirebon - Dermayu (Dermayon)
! Pemalangan/Tegalan
! Sunda Priangan
Baris 391 ⟶ 317:
|-
| Kasih
| Jeneng
| Jeneng/wasta/nami/asmi/asma
| Jeneng/wasta/nami/asmi
| Jeneng/nami/asmi
| Nami
Baris 405 ⟶ 331:
|-
| Teteh
| Rara / Yayu
| Yayu /| Mbayu
| mbokayu
| Teteh
Baris 412 ⟶ 338:
|-
| Koh/iku/puniku
| Kuh/puniku
| Puniku
| Niku/Mèriku/Puniku
| Puniku/niku
| Eta
Baris 434 ⟶ 360:
|nggih
|Inggih
|Inggih/ènggeh
|Inggih/nggih
|Muhun
Baris 454 ⟶ 380:
|-
|Hampura
|Hampura / Ampura
|Nyuwun Pangapunten / Nyuwun Ngapura
|Ngampunten, Ngampura
|Hapunten
Baris 469 ⟶ 395:
|Linggar
|Kesah
|Tindak/kesah
|Kesah
|Tindak/kesah
|Angkat
Baris 510 ⟶ 436:
|-
|Salah
|Salah
|Sawon
|Sawon
|Salah
Baris 517 ⟶ 443:
|-
|Kule
|Kula / Ingsun
|Kula
|Kulå
Baris 524 ⟶ 450:
|-
|Uning
|Uning / Ertos (ngertos)
|Ngertos/Sumerep
|Ngertos/Sumerep
Baris 545 ⟶ 471:
|-
|Nire
|Sampeyan / Panjenengan
|Panjenengan
|Panjenengan
Baris 566 ⟶ 492:
|-
|Sare
|Kulem /
|Sare / Tilem
|Sare / Tilem
|Sare/Tilem
|Kulem
Baris 601 ⟶ 527:
|}
 
=== Kamus Bahasabahasa Indonesia - Cirebon ===
Berikut adalah Kamus yang berisi kosakata bahasa Cirebon Bagongan dan Bahasa Cirebon Bebasan.
Berikut adalah Kamus yang berisi kosakata bahasa Cirebon Bagongan, Bahasa Cirebon Bebasan dengan Bahasa Dermayon Ngoko (Indramayu) dan Bahasa Dermayon Krama (Indramayu) (''Masyarakat Indramayu menyebut Bahasa Bagongan dengan sebutan Bagongan atau Ngoko dan Bebasan dengan sebutan Krama atau Besiken''<ref> Sudibyo YS, Nurochman. 2011. "Bahasa Jawa Pantura Tak Terpeta, Lagu-lagunya Merambah Nusantara" : Surabaya. Kongres Bahasa Jawa </ref>) serta terjemahannya dalam Bahasa Indonesia
 
{| class="wikitable sortable"
! Cirebon Bagongan
! Cirebon Bebasan
! Dermayon Bagongan / Ngoko<ref> Tayudi. 2010. "Kamus Bahasa Indramayu" : [http://tayudicic.blogspot.com/2010/10/kamus-bahasa-indramayu.html tayudic.blogspot.com] </ref>
! Dermayon Krama / Besiken<ref> Tayudi. 2010. "Kamus Bahasa Indramayu" : [http://tayudicic.blogspot.com/2010/10/kamus-bahasa-indramayu.html tayudic.blogspot.com] </ref>
! Bahasa Indonesia
! Penjelasan
Baris 614 ⟶ 538:
|Abad
|?
|Abad
|Lestantum
|Abad
|
|-
| Abang
| Abrit
| Abang
| Abrit
Baris 628 ⟶ 548:
|Abot
|?
|Abot
|Awrat
|Berat
|
|-
|
|
|Adi
|?
|
|Adik (Secara Umum Laki-Laki dan Perempuan)
|
|-
|Nang / Enang
|Ayi
|Danang / De'mas
|Rayi
|Adik (Laki-Laki)
|
|-
|?
|?
|De'nok
|Diayu
|Adik (Perempuan
|-
| Adoh
| Tebih
| Adoh
| Tebih
| Jauh
|
|-ukun
U
| Adol
| Sadean
| Adol
| Sadean
| Dagang
|
Baris 669 ⟶ 574:
|Adu
|Aben
|Adu
|Aben
|Adu
|
|-
|Adus||Siram||Adus||Siram||Mandi||
|-
|Adhem||?||Adhem||Asrep||Sejuk||
|-
|Agama||Agami||Agama||Agami||Agama||
|-
|Aja|?|||Aja ||Sampun ||Jangan|| (Sampun teng Riku! = "Jangan Disitu!"
|-
| Akeh || Katah ||Akeh||Katah|| Banyak||
|-
|Kakang||Raka||Kakang / Kang Mas||Raka||Kakak Laki-Laki||
|-
|Aki||Ki||Pak de/ Bapa tua||Bapa De||Kakek||
|-
|Aku||Akên||Ngaku||Ngakên ||Aku (Mengaku)||ngaken (mengaku)
|-
|Alas / Luwung||Wana||Alas||Wana||Hutan||
|-
|Alih||?||Alih ||ngalih ||Pindah|| (Ingsun sampun ngalih teng Kuningan = Saya sudah pindah ke Kuningan)
|-
|KnangAmarga||Amargi||Amerga||Amergi||Akibat|| (amargi ingsun mboten uning kepripun pakemipun basa Bebasan Cirebon ingkang leres = akibatnya saya tidak tahu bagaimana peraturan bahasa Bebasan Cirebon yang benar)
|-
|Aig / Age||Aglis||Cepet / Gage / Gagian||Enggal||Segera||
|-
|Amba||Wiwir||Amba||Wiyar||Luas||
|-
| Ambir || Supadon || Ben / Ambisan || Ambisan||Biar||
|-
|Amit /Permisi||?||Amit||Nuwun Sewu /nyuwun Sewu||Permisi||
|-
| Ana || WentenWonten ||Ana||Wonten|| Ada ||
|-
|Angel||Susah||Angel||SesahaSesah||Susah||
|-
|Angon||Angen||Angon||Angen||Gembala|| Ngangon Kebo (Menggembala Kerbau)
|-
|Angot||?||Kumat||Kimat||Kambuh||
|-
|Antarane||Antawise||Antarane||Antawise||Antaranya||
|-
|Apa||Punapa||Apa ||Punapa ||Apa||
|-
|Apik||Sae||Apik||Sae||Baik||
|-
|Aran||Asmi||Aran / Jeneng||Nami / Asmi wasta/ Asma||Nama||
nami/asmi
||Nama||
|-
| Arep || Ajeng ||Arep||Ajeng / Lajeng || Akan||
|-
|ArepGarep mendhi ||Bade pundi||Arep ngêndhi / arep ngendhi ||Bade pundi / Lajeng têng Pundhi||Mau ke mana?||
|-
|Asli||?||Asli||Sesupe||Asli||
|-
|Asu||?||Asu||Segawon||Anjing||
|-
|Ati||Manah||Ati||Manah||Hati||
|-
|Aturan||Pakem|| ||Pakem||Aturan||
|-
|Awan||Siyang||Awan||Rina / Siang||Siang||
|-
|Awak||Selira / Badan||Awak||Selira / Badan||Badan||
|-
|Ayam||Sawung||Ayam||Sawung||Ayam||
|-
| Bae || Mawon ||Bae || Mawon ||Saja ||
|-
| Bagen || Sanggine || Bagen||Kêrsanipun|| Biarkan||
|-
| Bagus || Sae|| Bagus/Apik || Sae||Bagus||
|-
|Baka||Menawi||Yen/Baka||Menawa||Kalau||
|-
|Balik||Wangsul||Balik||Wangsul||Pulang||
|-
| Banyu || Toya || Banyu || Toya || Air||
|-
|Bapak ||Rama||Bapak||Rama||Bapak||
|-
| Batur || Rencang ||Kanca || Rencang ||Kawan||
|-
|Banyu||Toya||Banyu||Toya||Air||
|-
|Bari||Kaliyan||Bari/Bareng||Sesarengan/Kaliyan||Bersama||
|-
|Bawi||?||Celeng||Andhapan||Babi||
|-
|Bebek||?||Bebek||Kambangan||Bebek||
|-
|Belah||Palih||Belah||Palih||Sepalih (sebelah)|| jambalang
|-
|Beli / Ora||boten||Belih/Ora||Mboten Boten ||Tidak||
|-
| Bênêr || Lêrês || Bênêr || Lêrês || Benar||
|-
|Bendrongan||?|| || ||Main Musik|| (Main Musik Dengan Alat Seadanya disebut "Bendrongan"
|-
|Bêngên||Rumiyen||Bêngên|| Rumiyin / Sengen||Dahulu||
|-
| Bêngi || Dalu || Bêngi || Dalu || Malam||
|-
| Beras || Uwos || Beras || Uwos || Beras||
|-
|Bobad||?||Bobad || ||Bohong||
|-
| Bocah / Anak || Lare ||Anak||Lare|| Anak ||
|-
|Bokat||?||Becik|| ||Takut / Barangkali|| "aja ning ngerep nok..!!, bokat ketendang!" (jangan di depan nak!! (perempuan), Takut tertendang!)
"isun arep ngulur batur-batur nang alun-alun, bokat bae ana mengkana" (saya hendak mencari anak-anak di alun-alun, barangkali saja ada di sana)
|-
|Bonggan||?|| || ||Awas!|| Digunakan ketika kesal pada sesuatu atau Menantang
|-
|Brêsi||Rêsik||Bersih||Rêsik||Bersih||
|-
|Bubar||Bibar||Bubar||Bibar||Bubar||
|-
|Bulit||?||Licik||?||Curang||
|-
|Buri||Wingking||Buri / Guri||Wingking||Belakang|| Nang Buri, Teng Wingking (Di Belakang)
|-
|Buru-Buru||Kêsusu||Buru-Buru||Bujêng-bujêng||Tergesa-gesa||
|-
|Buwang||Bucal||Buwang||Bucal||Buang / Melemparkan||
|-
|Cangkêm||Lêsan||Cangkêm / Tutuk||Lêsan||Mulut||
|-
|?||?||Caos||Seba||Menghadap / Menemui||
|-
|Carita||?||Crita||Crios||Cerita||
|-
|Cêg||?||Cêkêl||Ngasta||Pegang||Cêgcêgan (Pegangan)
|-
| Cilik || Alit ||Cilik || Alit ||Kecil||
|-
|Coba||Cobi||Coba||Cobi||Coba||
|-
| Cungur / Irung || ? || Irung || Grana ||Hidung||
|-
|Cukur||Paras|| Cukur||Paras||Cukur||
|-
|Dadi||Dados||Dadi||Dados||Jadi||
|-
|Dagang||Sadean||Dagang||Sadean||Dagang||
|-
| Dake|| Gadah ||Deke || Gadah ||Punya (Dapat)||
|-
| Dalan||Dêrmagi||Dalan ||Marga ||Jalan||
|-
|Dandan||?||Dandan||Dandos||Berhias||
|-
|Dawuk||?|| || ||Dewasa||
|-
|Dêlêng||Ningali||Dêlêng||Ningali / Mirsani||Melihat||
|-
|Dhadha||Jaja||Dhadha||Jaja||Dada||
|-
|Damar||Pandhêm||Damar||Pandam||Lampu||
|-
|Dêmên||Tresna||Dêmên||Tresna||Cinta||
|-
|Dêmplon||?|| || ||Seksi||
|-
|Dêngkul / Tur||?||Dêngkul||Jengku|| Lutut||
|-
| Dewek||||Dewek|| Piyambêk?||Sendiri||
|-
|Di||Di||Di||Dipun||Di (Imbuhan)|| Cirebon Bebasan : "Dibarokahi", BahasaBasa Dermayon Krama : "Dipun Barokahi"
|-
|Dina||Dintên||Dina||Dintên||Hari|| (Sedinten-dinten = Sehari-hari)
|-
|Dolan||?||Dolan||?||Main||
|-
|Dom||Jarum||Dom||Jarum||Jarum||
|-
|Doyan||Purun / Kersa||Doyan||Purun / Kersa||Suka / Mau||
|-
|Duit||Yatra||Duit||Yatra||Uang||
|-
|Dulung||Ndahari||Dulang||Ndahari||Suap (Makan)||
|-
|Durung||Dêrêng||Durung||Dêrêng||Belum||
|-
| Duwe || Gadah || Duwe || Gadah ||Punya ||
|-
|Duwur||Inggil||Duwur||Inggil||Tinggi||
|-
|êling||êmut||êling||êmut|| Ingat||
|-
|êmbah||êyang||êmbah||êyang||Kakek-Nenek||
|-
|Embuh||Wikan||Embuh||Kirangan / Wikan|| Tidak Tahu||
|-
|?||?||Embun-embunan||Pasundulan||Embun-embun||
|-
|Emong||Boten||Emong||Mboten||Tidak Mau||
|-
|Enak||Eca||Enak||Eca||Enak||
|-
|êndas||?||êndas||Sirah ||Kepala||
|-
|êndhêp||êndhap||êndhêp / Cindek||êndhap||Pendek||
|-
|êndi||Pundi||êndi||Pundi||Mana||
|-
|êndog||Tigan||êndog||Tigan||Telur||
|-
|êngko||?||êngko||Ajeng||Nanti||
|-
|ênom||ênêm||ênom||ênêm / timur|| Muda||
|-
|êntêk||Têlas||êntok ||Têlas ||Habis||
|-
|Enteni||?||Enteni||Entosi||Menunggu||
|-
|Erti||Ertos||ngerti ||Ngertos||Arti ||(Ngertos = Mengerti) (Basa Iku alat Komunikasi, Umpami panjenengan ngertos ya leres! = Bahasa itu alat komunikasi kalau anda mengerti ya bagus!)
|-
|Esuk||Enjing||Esuk||Enjing||Pagi||
|-
|Etung||Etang||Etung||Etang||Hitung||
|-
|Gajah||Liman||Gajah||Liman||Gajah||
|-
|Gampang||Gampil||Gampang||Gampil||Mudah||
|-
|Ganti||Gantos||Ganti||Gantos||Ganti||
|-
|Gawa||Bakta||Gawa||Bakta|| Bawa|| mbakta (Membawa), Gawaan / bektan (Barang Bawaan)
|-
|Gawe||Damel||Gawe||Damel||Kerja||
|-
|Gedang||Pisang||Gedang||Pisang ||Pisang||
|-
|Gede||?||Gedhe||Ageng||Besar||
|-
|Gêlêm||Purun||Gêlêm||Purun||Mau||
|-
|Gelang||Binggel||Gelang||Binggel||Gelang||
|-
|Gelung||Ukel||Gelung||Ukel||Gulung||
|-
|Gemuyu||?||Gemuyu||Gemujeng||Tertawa||
|-
|Gen||Ugi||Uga ||Ugi ||Juga||
|-
|Genap||Jangkep||Genap||Jangkep||Lengkap||
|-
|Geni||Brama||Geni||Brama||Api||
|-
|Gering / Kuru /Pêyang||?||Gering||Kera||Kurus||
|-
|Getek||?||Keri||?||Geli||
|-
|Getih||Rah||Getih||Rah||Darah||
|-
|Gigir||Pêngkêran||Gigir||Pêngkêran||Punggung||
|-
| Godhong||Ron||Godhong||Ron||Daun||
|-
|Golek||?||Golek||Pados||Wayang Kayu (Golek)||
|-
|Gugah||Wungu||Gugah||Wungu||Bangun||
|-
|Gula||Gêndis||Gula||Gêndis||Gula||
|-
|Gulu||Jangga||Gulu||Jangga||Leher||
|-
|Gawean||Damelan|| Gawean||Damelan/Guneman||Pekerjaan||
|-
|Guyon||Gujêng||Guyon||Gujêng||Bercanda|| Gegujengan (Bercandaan)
|-
|Idêp||Ibing||Idep||Ibing||Bulu Mata||
|-
|Idu||Kecoh||Idu||Kecoh||Ludah||
|-
|Iga||?||Iga||Unusan||Iga||
|-
|Ijo||Ijêm||Ijo||Ijêm||Hijau||
|-
|Ilang||Ical||Ilang||Ical||Hilang||
|-
|Ilat||Lidah||Ilat||Lidah||Lidah||
|-
|Imbuh||?||Imbuh||Tanduk||Tambahan||
|-
|Inep||?||Inep||Sipeng||Bermalam||
|-
|Ingu||Ingah||Ingu||Ingah||Pelihara||
|-
|Irêng||Cêmêng||Irêng||Cêmêng|| Hitam||
|-
|Isor||Andhap||Isor||Andhap||Bawah||
|-
|Isin||Lingsem||Isin||Lingsem||Malu||
|-
|Isun||Ingsun / Kula||Reang / Kita ||Kula ||Saya||
|-
|Iwak||Ulam||Iwak||Ulam||Ikan||
|-
|Iya||Inggih||Iya / ênggeh||Inggih / Ênggeh ||Ya||
|-
|Jaga||Raksa||Jaga Menjaga||Reksa ||Jaga|| Njaga, Ngraksa (Menjaga)
|-
|Jago||Sawung||Jago||Sawung||Ayam Jago||
|-
|Jagong||Linggih||Dodok ||Linggih ||Duduk||
|-
|Jala||Jambêt||Jala||Jambêt||Jala||
|-
|Jalir||?||telembuk||?||Pelacur||
|-
|Jaluk||Pundhut||Jupuk / Jokot ||Pendhet ||Ambil||
|-
|Jamu||Jampi||Jamu||Jampi||Jamu||
|-
|Jaran||?||Jaran||Titihan||Kuda||
|-
|Jare||Cape||Jare||Criyos ||Kata (Ucap)|| Cirebonan : "Cape sinten?" (Kata (ucap) siapa?)
|-
|Jenggot||?||Jenggot||Gumbala||Jenggot||
|-
|Jêriji||?||Driji||Racikan||Jari||
|-
|Jero||Lebet||Jero||Lebet||Dalam||
|-
|Jingkat||?||Kaget||Kejot||Terkejut||
|-
|Joget||?||Joged||Beksa||Goyang||
|-
|Kabar / Warta||Wartos||Kabar / Warta||Wartos||Berita||
|-
|Kabeh||Sedaya||Kabeh||Sêdaya / Sedantên||Semua||
|-
|Kabênêran||Kalêrêsan||Kabêran||Kêlêrêsan||Kebetulan||
|-
|Kaca||||Kaca||Paningalan||Kaca||
|-
|Kae||Punika||Iku/Kaen/Kuwen||Punika|| Itu (Dekat dengan si Pembicara)||
|-
|Kali / Lêpên|| Benawi||Kali / Lêpên || Benawi ||Sungai||
|-
|Kalung||?||Kalung||Sangsangan||Kalung||
|-
|Kandha||?||Kandha||Sanjang||Bercerita||
|-
|Kanggo||Kangge||Kanggo||Kangge||Untuk||
|-
|Karang||Kawis||Karang||Kawis||Karang||
|-
|Karena||Kêrantên||Merga ||Amarga/ Keranten||Karena||
|-
|Kari||Kantun||Kari||Kantun||Sisa (Tinggal Terakhir) / Tertinggal / Terakhir|| Kantun-kantun (akhirnya)
|-
|Karo||Kaliyan||Karo||Kaliyan||Bersama||Teng bioskop kalian sinten inggih? (Di bioskop bersama siapa, ya?)
|-
|Karo||Sareng||Karo / Sareng ||Marang/Dhumateng ||Dengan|| (Garam sareng Gendhis dicampur mawon Kang! = "Garam dengan Gula dicampur aja Kang!")
|-
|Katon||Kêtingal||Katon ||Kêtingal ||Dapat dilihat||
|-
|Katok / Cangcut||Lancing||Katok||Lancing||Celana dalam||
|-
|Kaweruh||||Kaweruh||Seserepan?||Pengetahuan||
|-
|Kaya / ala-ala||Kados|| Kaya||Kados|| Seperti|| (Kados Mekoten = Sepeti Begitu / Seperti Itu)
|-
|Kayu||Kajeng||Kayu||Kajeng||Kayu||
|-
|Kebanjur||?||Kebanjur||Kelajeng||Tersiram||
|-
|Kêbo||?||Kêbo||Maesa||Kerbau||
|-
|?||?||Kêdêr||Ewed||Bingung||
|-
|Kelanjutan||?||Kelanjutan||Kelanjêngan ||Kelanjutan||
|-
|Kelapa||?||Kelapa||Kerambil||Kelapa||
|-
|?||?||Keliru||Klentu||Keliru||
|-
|Kembang||Sekar||Kembang||Sekar||Bunga||
|-
|Kêmit||?||KêmitKèmit ||PakuncenKuncên ||Jaga (Tugas Jaga)|| Kêmit Desa (Orang yang menjaga Desa)
|-
|Kêmul||Singep||Kêmul||Singep||Selimut||
|-
| Kên / Kahin / Jarit / Tapih||?||Jarit||Sinjang||Kain||
|-
|Kene||Riki||Kene / Mrêne||Riki||Sini||
|-
|Kêponakan||?||Kêponakan||Kêpênakan||Keponakan||
|-
|Kêpriben||Kêpripun||Kêpriben Kepriwe||Kadhos Pundi / Kêpripun||Bagaimana||
|-
|Kêramas||Jamas||Kramas||Jamas||Keramas||
|-
|Kêrasan / Bêtah||?||Krasan||Kraos||Betah||
|-
|Kêringet||Riwe||Kêringet||Riwe||Keringat||
|-
|Kêris||?||Keris||Duwung||Keris||
|-
|Kêrtas||Delanceng||Kertas||Dalancang||Kertas|| Cirebonan : "Daluwang" (Kertas yang terbuat dari Kulit Kayu)
|-
|Kêtara||||Ketara||Ketawis?||Jelas||
|-
|Kêtemu||Kêpanggih||Kêtemu||Kêpanggih||Bertemu||
|-
|?Kêtuwon||?||Ora Karuan||Kêtowon||Percuma / tidak dilayani dengan baik||
|-
|Kêyok||?||Kalah||Kawon||Kalah||Kekalahan (Cirebon : Kasoran)
|-
|KienKie||Puniki / Kih||ênya /kie / Kien / Kih ||Puniki / Niki ||Ini||
|-
|Kijing||Sekaran||Kijing||Sekaran||Gilang Makam||
|-
|Kira||Kinten||Kira||Kinten||Kira (Perkiraan)||Kinten-Kinten (Kira-Kira)
|-
|Kirim||?||Kirim||Kintun||Kirim||
|-
|Klambi||Rasukan||Kêlambi||Rasukan||Pakaian||
|-
|Kongkon||Kengken||Kongkon||Kengken||Suruh||
|-
|Kuburan|| Pasarean ||Kuburan|| Pasarean ||Kuburan||
|-
|Kudu||Kedah||Kudu / Mesti ||KedahMesthi||Harus||
|-
|Kuku||?||Kuku||Kenaka||Kuku||
|-
|Kulon||Kulen||Kulon||Kulen / Kulwan||Barat||
|-
|Kumat||||Kumat||Kimat?||Kumat||
|-
|?||||Kumpul||Kêmpal?||Kumpul||
|-
|KunaKuno||Kina||Kuna||Kina / Kawi||Kuno||
|-
|Kuning||Jener||Kuning||Jenar||Kuning||
|-
|Kuping||Talinga||Kuping||Talingan||Telinga||
|-
|Kurang||Kirang||Kurang||Kirang||Kurang||
|-
|Kuwasa||?||Kuwasa||Kuwaos||Kuasa||
|-
|?||?||Kuwatir||Kuwaos||Khawatir||
|-
|Kuwayang||?||Kebayang|| Kewayang||Terbayang||
|-
|Kuwe||Kuh / Puniku||Kuwen||Kuh / Puniku||Itu|| (Jauh dari si pembicara)
|-
|Lahiran||?||Bayian / Lairan / Mbrojol||?||Melahirkan||
|-
| Lain || Dudu / Sanes || Dudu ||Sanes ||Bukan||
|-
|Laka||Botên wêntên||Langka / Laka / Ora ana ||Mbotên wêntên / Mboten Wontên ||Tidak Ada||
|-
|Laki|| ? ||Laki||JalihJali||Suami||
|-
|Lama||Dangu||Lawas / Suwe|| Lami / Dangu || Lama||
|-
|Lamun||Bilih||Lamon / Yen||Bilih ||Seandainya||
|-
|Lamun||?||Lamona||Umpami||Umpama||
|-
|Lanang||Jali / Jaler||Lanang ||Jaler ||Laki-laki||
|-
|Larang||Hawis|| Larang ||Awis ||Mahal||
|-
|Lenga|| ||Lenga||Lisa||Minyak||
|-
|Lenga Latung||?||Lenga Lantung||Lisa Lantunglatung||Minyak tanah||
|-
|Lêwih||Langkung||Luwih||Langkung ||Lebih||
|-
|Lima||Gangsal||Lima||Gangsal||Lima||
|-
|Lunga|| ? ||Lunga / Melaku / Miyang ||Kesah||Pergi||
|-
|Lupa||Lêpat||Klalen / Ora Kelingan||Kesupen||Lupa||
|-
|Luru||?||Luruh||Ngilari||Cari||
|-
|Luru||Nggulati||Luru / Goleti ||Nggelati ||Cari||
|-
|Mabok||Mêndhêm||êndhêm||Mêndhêm||Mabuk||
|-
|Maca||?||Maca||Maos||Baca||
|-
|Manfaat / Faedah||Guna||Manfaat / Faedah /Meguna ||Gina||Manfaat||
|-
|Mangan||Dahar||Mangan||Maem ||Makan||
|-
|Mangkat||?||Mangkat / Miyang ||Tindak / Tumindak||Berangkat||
|-
|Maning||?||Maning / Mênêh ||Malih ||Lagi||
|-
|Manjing||?||Mlêbu / Manjing||Mlebet||Masuk||
|-
|Mata||?||Mata||Soca||Mata||
|-
|Mati||Pejah||Modhar / Mati||Pejoh||Mati||
|-
|Mayid||Laywan||Jisim||Layon||Jenazah||
|-
|Melu||?||Melu||Milet||Ikut||
|-
|Mencleng||?||Nganclêng||Nganclêng ||Lompat||
|-
|Mêngana||Mrika||Mêngana / Mana / Mrana||Mêrika||Kesana||
|-
|Mênê||?||Mrêne / Mênê||MêrikiMriki||Kesini||
|-
|Mêngkonon||?||Mêngkonon / Mêngkono||Mèngkontên/MêkotênMêngkotên||Begitu||
|-
|Mêtu||Medal||Mêtu / Mbudal || Mbêdhal||Keluar||
|-
| Mlaku || ? ||Mlaku||Mlampah ||Berjalan ||
|-
|Mlayu||?||Mêlayu ||Mêlajeng Mlajeng||Lari||
|-
|Mungkin||?||Sokat||Sokat ||Mungkin||
|-
|Nang / Ning||Teng||Ning|| Teng / Ing||Di (Tempat)||
|-
|Nang Arep||?||Ning Arep ||Ing LajengTeng Ajeng||Di Depan||
|-
|Nang Isor||Teng Andap||Ning Isor ||Teng Andap / Ing Andap ||Di Bawah||
|-
|Nang kana ||Teng Riku|| Ning Kono || Teng Kono / Ing Kono ||Di situ||
|-
|Nang Mendhi||Teng Pundi||Ning êndi ||Teng Pundi / Ing Pundi ||Dimana||
|-
|Nini||?||Nini||Bude||Nenek||
|-
|Ngaji||?||Ngaji||Ngaos||Mengaji||
|-
|Nginum||Ngombe||Nginung / Ngombeh || ||Minum||
|-
|Nguyu||?||Nguyu ||Nyeni||Kencing||
|-
|Olih||?||Olih||Angsal ||Mendapat||
|-
|Omong||Gunêm||Catur||Ngendika / Gunêm||Bicara||
|-
|Pada||?||Pada||Sami||Sama||
|-
|Pada bae||?||Pada bae||Sami mawon ||Sama saja||
|-
|Pancal||?|| || ||Tendang||
|-
|Papat||?||Papat||Sêkawan||Empat||
|-
|Parêk||?||Parêk / Cêdhak||Cakêt ||Dekat||
|-
|Pasar||Pêkên||Pasar||Pêken||Pasar||
|-
|Pate||Padem||Paten||Padêm||Padam||
|-
|Pati||?||Nemen / Pati||Patos||Terlalu||Beli Pati Doyan (Tidak Terlalu Suka)
|-
|Payung||?||Payung||Pajeng||Payung||
|-
|Pêrabot||Pêranti||Abah||Pirantos||Perabotan||
|-
|Pêrcaya||Pêrcantên||Pêrcaya ||Pêrcayanipun||Percaya||
|-
|Lawang||Kontên||Lawang||Kontên||Pintu|| Lawang arep (Pintu Depan), Lawang Gada (Pintu Gerbang)keramas
|-
|Pira||?||Pira||Pintên||Berapa||
|-
|Piring||?||Ajang||Ambeng||Piring||
|-
|Polah||?||Akeh polah|| Sêlêwa||oleh / laku|| akeh polah (banyak perlakuan, banyak tingkah)
|-
|Punten||Hampura|| Sêpurane / Ngapurane ||Nyuwun Pangapuntên ||Maaf||
|-
|Purun||?||Arep / Purun ||Lajeng ||Mau||Panjenengan purun?(kamu mau?)
|-
|Putih||Pethak||Putih ||Pethak||Putih||
|-
|Rabi / Kurên||Istri||Bojo||Sekurên||Istri||Sekurên = Sejodoh
|-
|Rada||Rabi||Rada||?||Agak||Rada Manis (agak manis)
|-
|Rewel||?||Rewel||?||Cerewet||
|-
|Ro / Rua||Kalih||Loro||Kalih||Dua||
|-
|Rungu||Pireng||Ngêrungu||Mireng / Midhanget||Dengar|| Ngrungu, Mireng (Mendengar)
|-
|Sabên||?||Sabên||Unggal||Setiap||
|-
|Salah||?||Salah||Sawon||Salah||
|-
|Sambut||Sambêt||Nyelang ||Sambat ||Pinjam||
|-
|Sapa||?||Sapa||SintenSintên||Siapa|| (Kaliyan Sinten? "Sama Siapa?")
|-
|Sawah||?||Sawah||Sabin||Sawah||
|-
|Sedang||Siweg||Nglakoni ||Siweg||Sedang (Melakukan)|| (Siweg Punapa? "Sedang Apa")
|-
|Sega||Sêkul||Sega||Sêkul||Nasi||
|-
|Sejen||Liya||Sejên||Liya||Lain|| (Mangga diterasken Liya-liya ae = "Silahkan diteruskan lain-lainnya")
|-
|Sekien||Sêniki|| Sekiên || Sêniki ||Sekarang||
|-
|Sekiki||Benjing||Sukiki / Sêsuk / Mbesuk||Benjing ||Besok||
|-
|Senajan / Ari||Menawi||Senajan||Menawa /Menawi||Walau||
|-
|Seneng||Bungah||Seneng / Berag||Bingah / Bungah||Senang||
|-
|Setitik||Sakedik||Setitik||Sêkedik ||Sedikit||
|-
|Siji||Tunggal||Siji||Sêtunggal ||Satu||
|-
|Sira||Panjenengan||Slira / Sira / Sampêyan ||Panjênêngan Sampeyan||Anda||
|-
|Sira||Panjênêngan|| Kowe / Slira || Sampeyan / Panjênêngan ||Kamu||
|-
|Srog||Mangga||mangga||Sumangga||SilahkanSilakan Ambil|| Cirebonan : "Ya Asrog (Silahkan Ambil)"
|-
| Suwe ||?|| Suwe || Lami || Lama ||
|-
|Ya||Mangga||êndhang / Mangga ||Sumangga||SilahkanSilakan|| Cirebon : "Ya Asrog (Silahkan Ambil)"
|-
|Taken||Dangu||Takon||Taken / Dangu||Tanya||Andangu (Bertanya)
|-
|Tamu||?||Tamu||Sema||Tamu||
|-
|Tanduk||Singat||Tanduk||Singat||Tanduk||
|-
|Teka||Dugi||Teka||Dugi||Tiba||
|-
|Telu||?||Telu||Tiba||Tiga||
|-
|Terus||Teras||Teruskan||
|?||?||Panggon||Panggen||Tempat||
|-
|Tua||Sepuh||Tua||
|Terus||Teras||Nutugna||Nêrusêna ||Teruskan||
|-
|Tuku||Tumbas||Beli||
|?||?||Genah||Tilari||Tinggal||
|-
|TuaTur||SepuhTunten||Tua||Sepuh||TuaSelanjutnya||
|-
|Turu||Kilem / Tilem / Kulem||Tidur||
|Tuku||?||Tuku||Tumbas||Beli||
|-
|Umah||Griya||Rumah||
|Tur||Tunten||Bacut||Lajeng||Selanjutnya||
|-
|Untap||?||Durhaka||
|Turu||Kilem / Tilem / Kulem ||Turu ||Sare / Tilem ||Tidur||
|-
|Upai||Sukani||Beri|| Ngupai, Nyukani (Memberi)
|Umah||Griya||Umah||Griya||Rumah||
|-
|Urip||Gesang||Hidup||
|Untap||?||Dêlagdag||Nguntap ||Durhaka||
|-
| Uwis || Sampun ||Sudah ||
|Upai||?||ngupai / Upai||Sukani||Beri|| Ngupai, Nyukani (Memberi)
|-
|Wadon||Istri||Perempuan||
|Urip||?|| Urip ||Gesang||Hidup||
|-
|Waktu||Sela||Waktu||
|Uwis || Sampun ||Uwis / Pêragat|| Sampun ||Sudah ||
|-
|Wanci||Wayah||Saat||
|Wadon||Istri||Wadon||Wanoja | Istri||Perempuan||
|-
|Wareg||Tuwuk||Kenyang||
|Waktu||Sela||Waktu / Sela Wektu ||Waktos / Wentos||Waktu||
|-
|Wong||Tiyang||Orang||
|Wanci||Wayah||Wanci ||Wayah||Saat||
|-
|Wulan||Sasi||Bulan||
|Wareg||Tuwuk||Wareg ||Tuwuk||Kenyang||
|-
|?||Kajaba||?||Kecuali||
|Wong||Tiyang||Uwong / Menungsa ||Tiyang||Orang||
|-
|Wulan?||SasiLan||Wulan||Sasi||BulanDan||
|-
|?||KajabaJentik||?||Kajaba||KecualiKelingking||
|-
|?||Leb||Tutup||"Dileb = Ditutup" (Penggunaan Pada "Pintu")
|?||Lan||Lan / Ambi|| Marang / Dhumateng ||Dan||
|-
|?||Maksad||Maksud|| (Maksadipun = Maksudnya)
|?||Jentik||Jentik||Jentik ||Kelingking||
|-
|?||Wiraos||Bicara||
|?||Leb|| ||Ditutup ||Dileb||"Dileb = Ditutup" (Penggunaan Pada "Pintu")
|-
|Belajar||Sinau / Ginau||Belajar||
|?||Maksad||Maksude||Maksadipun||Maksud|| (Maksadipun = Maksudnya)
|-
|?||Kah||Itu || (dekat dari si pembicara)
|?||Wiraos||Ngomong ||Wiraos||Bicara||
|-
|?||Waras||Sehat||
|Belajar||Sinau / Ginau||Belajar||Sinau / Genau / Ginau||Belajar||
|-
|?||Bethek||Menanak Nasi||
|?||Kah||Iku||Meriku||Itu || (dekat dari si pembicara)
|-
|?||WarasSerat||Bregas||Waras||SehatSerabut / Serat||
|-
|?||?||Bantal||
|?||Bethek||Adang||Bethak||Menanak Nasi||
|-
|?||Serat||Jungkat||Serat||Serabut / Serat||
|-
|?||?||Kengulu||Kajang||Bantal||
|}
<br />
 
== RagamBahasa dialekJawa BahasaDi Cirebon ==
 
Menurut Bapak Nurdin M. Noer Ketua Lembaga Basa lan Sastra Cirebon, Bahasa Cirebon memiliki setidaknya ada beberapa dialek, yakni Bahasa Cirebon{{fact}} atau yang dikenal Bahasa Cirebon dialek Jawareh (Jawa Sawareh) atau Bahasa Jawa Separuh (Kosa Kata Jawa dan Sunda).
 
Untuk wilayah Gegesik (Cirebon Barat wilayah Utara) sebenarnya bahasa penduduk Gegesik menggunakan Bahasa Dermayon atau pengaruh dari [[Indramayu]] wangsa Kesultanan Demak pada 1526 Masehi. Sedangkan menurut Bapak Sugeng selaku penyurvei asal Sleman, Daerah Istimewah Yogyakarta pada tahun 2004.
 
Bahasa Dermayon adalah bahasa Induk dari Bahasa Jawa Cirebon.
Sejarahnya Bahasa Jawa masuk ke Cirebon pada pertengahan abad ke 16 Masehi terutama pada era kepemimpinan Sultan Trenggono, yang mana pada saat Prajurit Perang Kesultanan Demak paling banyak dari daerah Dermayon [[Indramayu]] di Migrasi ke [[Cirebon]], [[Karawang]], [[Banten]] dan [[Lampung]].
 
Sedangkan jika di lihat dari sejarah lewat catatan naskah Kuno yang disimpan di daerah [[Tukdana]], [[Indramayu]] yang sekarang di simpan di Sleman, Daerah Istimewah Yogyakarta.
Menurut Bapak Nurdin M. Noer Ketua Lembaga Basa lan Sastra Cirebon, Bahasa Cirebon memiliki setidaknya ada beberapa dialek, yakni Bahasa Cirebon dialek Dermayon atau yang dikenal sebagai Bahasa Indramayuan, Bahasa Cirebon dialek Jawareh (Jawa Sawareh) atau Bahasa Jawa Separuh, Bahasa Cirebon dialek Plered dan dialek Gegesik (Cirebon Barat wilayah Utara){{fact}}. Sedangkan menurut Dini Zahrotud Diniyah, bahasa Cirebon yang dituturkan di Kota Cirebon memiliki beberapa dialek, diantaranya Bahasa Cirebon dialek Arjawinangun, Bahasa Cirebon dialek Dermayon, Bahasa Cirebon dialek Campuran, dan Bahasa Cirebon dialek Kuningan <ref name=":0">{{Cite journal|last=Diniyah|first=Dini Zahrotud|year=2016|title=VISUALISASI SPASIAL BAHASA DAN DIALEK DI KOTA CIREBON JAWA BARAT|url=http://lib.geo.ugm.ac.id/ojs/index.php/jbi/article/viewFile/854/827|journal=Jurnal Bumi Indonesia|volume=5|issue=4|pages=|doi=}}</ref>. Sebesar 59% masyarakat Kota Cirebon menggunakan Bahasa Cirebon dialek Arjawinangun, sebanyak 16% menggunakan Bahasa Cirebon dialek Campuran, sebanyak 6% menggunakan Bahasa Cirebon dialek Dermayon dan dialek Kuningan. Dari 47 penutur bahasa Cirebon, 32 diantaranya adalah pengguna dialek Arjawinangun. Selebihnya sebanyak 15 orang adalah penutur dialek Dermayon, Campuran dan Kuningan.
Daerah [[Indramayu]] adalah wilayah dari [[Kerajaan Majapahit]] yang sekaligus berpenduduk Jawa, tapi tidak meliputi Cirebon. Pada wangsa [[Sunan Gunung Jati]] daerah [[Cirebon]] masih berpenduduk Sunda dan oleh sebab itu masuknya Demak ke [[Cirebon]] atas dasar Politik Sultan Trenggono yang bertujuan menduduki wilayah-wilayah Kadhipaten yang ada di daerah Pasundan [[Jawa Barat]] wangsa Kesultanan Demak.
Jadi tidak bisa dikatakan dengan mudah karena catatan sejarah yang lurus dari pada pembuatan sejarah yang imajinatif (Karangan).
 
Bahasa Cirebon belum bisa diakui sebagai bahasa Induk, dikarenakan bahasa Jawa Cirebon bukan akar dari setiap daerah seperti [[Majalengka]], [[Kuningan]], [[Subang]], [[Brebes]], [[Indramayu]] dan [[Karawang]].
Hendrik Blink dalam bukunya yang berjudul ''Nederlandsch Oost- en West-Indië, geographisch, ethnographisch en economisch beschreven'' menjelaskan bahwa Bahasa Cirebon yang ketika itu disebut sebagai ''Cheribonsch Javansch" menguasai wilayah penuturan yang sangat luas bahkan hingga jauh ke timur, sedangkan Hendrik Blink mengkategorikan wilayah Indrmayu sebagai wilayah percampuran bahasa dimana wilayah Indrmayu diapit oleh wilayah bahasa Sunda dan bahasa Cirebon<ref name=blink>Blink, Hendrik. 1905. Nederlandsch Oost- en West-Indië, geographisch, ethnographisch en economisch beschreven 1852. [[Leiden]] : BRILL</ref>
 
bahasa Cirebon yang dituturkan di Kota Cirebon memiliki beberapa dialek, diantaranya Bahasa Jawa Dermayon dialek Arjawinangun dan Dialek Plered. Bahasa Cirebon dialek Campuran.<ref name=":0">{{Cite journal|last=Diniyah|first=Dini Zahrotud|year=2016|title=VISUALISASI SPASIAL BAHASA DAN DIALEK DI KOTA CIREBON JAWA BARAT|url=http://lib.geo.ugm.ac.id/ojs/index.php/jbi/article/viewFile/854/827|journal=Jurnal Bumi Indonesia|volume=5|issue=4|pages=|doi=}}</ref> Peneliti
 
=== Bahasa Cirebon dialek Indramayu (Dermayon) ===
 
Hendrik Blink mengkategorikan wilayah Indrmayu sebagai wilayah percampuran bahasa dimana wilayah Indramayu diapit oleh wilayah bahasa Sunda dan bahasa Cirebon<ref name=blink/>, berkenaan dengan perbedaan kosakata diantara Bahasa Cirebon dengan dialek Indramayu menurut Ajip Rosidi (seorang budayawan Cirebon) perbedaan tersebut tidak mencapai 30% sehingga dalam kajian kebahasaan sebenarnya ragam Bahasa Cirebon yang ada di Indramayu belum bisa dikatakan sebagai sebuah dialek<ref name=ajip30>Rosidi, Ajip. 2011. Badak Sunda dan Harimau Sunda: Kegagalan Pelajaran Bahasa. [[Jakarta]] : Dunia Pustaka Jaya</ref>.
 
=== Bahasa Cirebon dialek Jawareh (Jawa Sawareh) ===
 
Dialek Jawareh atau disebut juga sebagai Jawa Sawareh (separuh) merupakan dialek dari Bahasa Cirebon{{fact}} yang berada disekitar perbatasan Kabupaten Cirebon dengan Brebes. Contohnya bagian utara yakni di Kecamatan Losari bagian utara dan Gebang bagian utara, ataumerupakan gabungan dari separuh Bahasa Jawa Cirebon dan separuh bahasa Jawa Tegal. Sedangkan sekitar Perbatasan dengan Kabupaten MajalengkaBrebes bagian selatan seperti di Kecamatan Losari bagian selatan dan Kuningan.Kecamatan DialekCiledug, Jawarehdan inisekitar perbatasan Majalengka dan Kuningan merupakan gabungan dari Bahasa Jawa Cirebon yang tercampur separuhdengan Bahasa JawaSunda. danDialek separuhJawareh bahasa Sunda.<ref name=nieza>Nieza. "Jalan-Jalan Ke Cirebon Sega Jamblang Sampai Batik Trusmian": PT Gramedia Pustaka Utama</ref>
 
=== Bahasa Cirebon dialek Arjawinagun ===
 
Dialek Arjawinangun merupakan dialek yang dituturkan oleh masyarakat Cirebon di daerah sekitar Desa Arjawinangun, Kecamatan Arjawinangun, Kabupaten Cirebon. Dialek ini cenderung masih asli dan tidak terpengaruh bahasa lain meskipun tidak bisa dikategorikan sebagai bahasa Cirebon yang baku. Dialek ini juga merupakan dialek yang paling banyak digunakan oleh masyarakat di Kota Cirebon.<ref name=":0" />
 
=== Bahasa Jawa Cirebon dialek Plered, Panguragan dan Cirebon Lor (Cirebon Barat dan Utara) ===
 
Dialek Plered dan Lor merupakan dialek Bahasa Cirebon yang digunakan di wilayah sebelah barat dan utara [[Kabupaten Cirebon]], serta [[Krangkeng, Indramayu]]. Dialek ini dikenal dengan cirinya yaitu penggunaan huruf "o" yang kental, misalkan pada Bahasa Cirebon standar menggunakan kata "Sira", dialek Kabupaten Cirebon bagian Barat dan Utara ([[Kapetakan, Cirebon|Kapetakan]],[[Suranenggala, Cirebon|Suranenggala]]) dan [[Krangkeng, Indramayu]] ini menggunakan kata "Siro" untuk mengartikan "Kamu", kata "Apa" menjadi "Apo", Ora menjadi "Oro", Gawa (membawa) menjadi "Gawo", Sapa menjadi "Sapo", dan Jendela menjadi "Jendelo". Penutur dialek yang menempati kawasan barat dan Utara [[Kabupaten Cirebon]] ini lebih mengekspresikan dirinya dengan sebutan '''''"Wong Cirebon"''''', berbeda dengan Penduduk Kota Cirebon yang menggunakan Bahasa Cirebon standar (Sira) yang menyebut diri mereka sebagai '''''"Tiang Grage"''''', walaupun antara "Wong Cirebon" dan "Tiang Grage" memiliki arti yang sama, yaitu "Orang Cirebon"<ref name=nieza />
 
==== Parikan Cirebon dialek Plered (Pantun Cirebon) ====
Baris 1.398 ⟶ 1.308:
Berbalas pantun atau Parikan dalam Bahasa Cirebon dialek Plered antara Widudung Hamdan, Sipo dan Wahyu Pawaka
 
'''Widudung Hamdan :'''
<br />Uwoh srikayo di paih tawas...
<br />Sambel trasi enak di pangan..
Baris 1.406 ⟶ 1.316:
''<br />maso iyo, digawo-gawo menggawe''
 
'''Sipo :'''
<br />Angon wedus ning jagat dermayu
<br />Pengen adus mung sayang langko banyu
Baris 1.416 ⟶ 1.326:
<br />Daripado rabi bli ngengumbo..
 
'''Wahyu Pawaka :'''
<br />Isuk-isuk tuku srabi...
<br />Tukue bari ngajarngejer layangan...
<br />Usuk-isuk ngobrol rabi...
<br />Gawe kesirian wong bujangan...
Baris 1.430 ⟶ 1.340:
<br />''adaaaaauuw...''
 
'''Wahyu Pawaka :'''
<br />Uler gendon ngereketi pelem...
<br />Olih berkat olih apem...
Baris 1.449 ⟶ 1.359:
<br />''akaka...''
 
=== Bahasa Cirebon dialek Gegesik (Cirebon Barat wilayah Utara) ===
 
Dialek Gegesik merupakan dialek yang digunakan di wilayah Cirebon Barat wilayah Utara disekitar Kecamatan Gegesik, Bahasa Cirebon dialek Gegesik sering digunakan dalam bahasa pengantar Pewayangan oleh Dalang dari Cirebon dan kemungkinan dialek ini lebih halus ketimbang dialeknya "wong cirebon" sendiri.<ref>Noer, Nurdin M. "Wayang Kulit Di Mata Matthew Isaac Cohen": Pikiran Rakyat</ref>
 
=== Perbandingan Dialek Bahasa Cirebon ===
 
{| class="wikitable sortable"
|-
! Bahasa Cirebon Baku
!Dialek Arjawinangun!! Dialek Indramayu !! Dialek Plered !!Dialek Gegesik!!Dialek Pekaleran*!!Indonesia
|-
|Ana (Bagongan)
|Ana||Ana||Ano||Ana||Ana||Ada
|-
|Apa (Bagongan)
|Apa||Apa||Apo||Apa||Apa||Apa
|-
|Bapak (Bagongan)
|Bapa/Mama||Bapak||Mama||Bapa / Mama||Bapak ||Bapak
|-
|Bli (Bagongan)
|Bli|| Ora |Bli||Bli / Oro||Bli/ora||Tidak
|Tidak
|-
|Dulang (Bagongan)
|Dulang||Dulang||Dulang||Muluk||Suap||Suap (Makan)
|-
|Elok (Bagongan)
|Lok|| Sokat|| Lok||Sok||Ilok ||Pernah
|-
|Isun (Bagongan)
|Isun/Kita||Reang||Isun/Kito||Isun / Kita||Nyong / Kita||Saya
|-
|Kula (Bebasan)
|Kula||Kula||Kulo||Kula||Kula||Saya
|-
|Lagi apa? (Bagongan)
|Lagi apa?||Lagi apa?||Lagi apo?||Lagi Apa||Lagi Apa||Sedang apa?
|-
|Laka (Bagongan)
|Laka/Langka||Laka||Langko||Laka||Laka / langka ||Tidak ada
|-
|Mamang (Bagongan)
|Mamang||Mamang||Mang|| Mang ||Mamang ||Paman
|-
|Salah (Bagongan)
|Salah||Salah||Salo|| Salah||Salah ||Salah
|-
|Sewang (Bagongan)
|Sewong||Sewong||Sewong||-||Sewang / Ewang ||Seorang (Masing-masing)
|-
|Sokiki (Bagongan)
|Kiki/Sokiki
| -
|Kiki/Sokiki
|Mengke
| -
|Besok
|}
 
* Dialek Pekaleran digunakan di wilayah Kabupaten Majalengka wilayah Utara, oleh karenanya disebut Pekaleran (Sebelah Utara), wilayah utama penggunanya ada di Kecamatan Kertajati, Jatitujuh, Ligung, Sumberjaya, sementara wilayah sekitarnya seperti Kecamatan Leuwimunding, Palasah, Jatiwangi, Dawuan, Kasokandel, Sukahaji dan Sindang merupakan wilayah percampuran antara Bahasa Sunda dialek Majalengka dengan Bahasa Cirebon dan Banyumasan yang dikenal dengan Bahasa Jawareh (Jawa Sewareh) atau Jawa Setengah.{{fact}}
 
[== Tata Bahasa Cirebon (Wyakarana Basa Cirebon)<ref name=salana/> ==
 
=== Kata Ganti (Purusa) ===
Baris 1.718 ⟶ 1.573:
[[Kategori:Cirebon]]
[[Kategori:Bahasa di Jawa]]
[[Kategori:Bahasa Jawa]]