Ibnu Taimiyah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ibensis (bicara | kontrib)
Membalikkan revisi 17626516 oleh 114.124.201.74 (bicara)
Tag: Pembatalan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Baris 31:
 
== Biografi ==
Ia berasal dari keluarga religius. Ayahnya Syihabuddin bin Taimiyah adalah seorang syaikhsyekh, hakim, dan khatib. Kakeknya Majduddin Abul Birkan Abdussalam bin Abdullah bin Taimiyah al Harrani adalah seorang ulama yang menguasai fiqihfikih, haditshadis, tafsir, ilmu ushul dan penghafal Al Qur'an (''hafidz''hafiz).
 
Ibnu Taimiyah lahir di zaman ketika [[Baghdad]] merupakan pusat kekuasaan dan budaya [[Islam]] pada masa [[Dinasti Abbasiyah]]. Ketika berusia enam tahun (tahun 667 H/[[1268]]M), Ibnu Taimiyah dibawa ayahnya ke [[Damaskus]] disebabkan serbuan tentara Mongol atas Irak.<ref name=ghaddah>{{aut|Ghaddah, Abdul Fattah Abu}} (2001). ''Ulama yang Tidak Menikah''. hlm.103{{spaced ndash}}16. [[Jakarta]]: Pustaka Azzam.</ref><ref name="ahmad">{{aut|Ahmad, Jamil}} (Oktober 2009). ''Seratus Muslim Terkemuka''. hlm.125{{spaced nash}}27. [[Jakarta]]: Pustaka Firdaus. ISBN 979-541-172-1.</ref>
 
=== Perkembangan dan hasrat keilmuan ===
Semenjak kecil sudah terlihat tanda-tanda kecerdasannya. Begitu tiba di [[Damaskus]], ia segera menghafalkan Al-Qur’an dan mencari berbagai cabang ilmu pada para ulama, hafizhhafiz dan ahli haditshadis negeri itu. Kecerdasan serta kekuatan otaknya membuat para tokoh ulama tersebut tercengang. Ketika umurnya belum mencapai belasan tahun, ia sudah menguasai ilmu ushuluddin dan mendalami bidang-bidang tafsir, haditshadis, dan bahasa Arab. Ia telah mengkaji Musnad Imam Ahmad sampai beberapa kali, kemudian Kutubu Sittah dan Mu’jam At-Thabarani Al-Kabir.
 
Suatu kali ketika ia masih kanak-kanak, pernah ada seorang ulama besar dari [[Aleppo]], [[Suriah]] yang sengaja datang ke Damaskus khusus untuk melihat Ibnu Taimiyah yang kecerdasannya menjadi buah bibir. Setelah bertemu, ia memberikan tes dengan cara menyampaikan belasan matan haditshadis sekaligus. Ternyata Ibnu Taimiyah mampu menghafalkannya secara cepat dan tepat. Begitu pula ketika disampaikan kepadanya beberapa sanad, iapunia pun dengan tepat pula mampu mengucapkan ulang dan menghafalnya, sehingga ulama tersebut berkata: "Jika anak ini hidup, niscaya ia kelak mempunyai kedudukan besar, sebab belum pernah ada seorang bocah sepertinya".
 
Sejak kecil ia hidup dan dibesarkan di tengah-tengah para ulama sehingga mempunyai kesempatan untuk membaca sepuas-puasnya kitab-kitab yang bermanfaat. Ia menggunakan seluruh waktunya untuk belajar dan belajar dan menggali ilmu, terutama tentang Al-Qur'an dan SunnahSunah Nabi.
 
=== Kepribadiannya ===
Dia adalah orang yang kuat pendiriannya dan teguh berpijak pada garis-garis yang telah ditentukan Allah, mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Ia pernah berkata: ”Jika dibenakku sedang berfikirberpikir suatu masalah, sedangkan hal itu merupakan masalah yang muskil bagiku, maka aku akan beristighfar seribu kali atau lebih atau kurang. Sampai dadaku menjadi lapang dan masalah itu terpecahkan. Hal itu aku lakukan baik di pasar, di masjid atau di madrasah. Semuanya tidak menghalangiku untuk berdzikir dan beristighfar hingga terpenuhi cita-citaku.”
 
=== Menjadi jenderal ===
Baris 49:
 
=== Pendidikan dan karyanya ===
Di Damaskus ia belajar pada banyak guru, dan memperoleh berbagai macam ilmu diantaranya ilmu hitung ([[matematika]]), khat (ilmu tulis menulis [[Bahasa Arab|Arab]]), nahwu, ushul fiqihfikih. Ia dikaruniai kemampuan mudah hafal dan sukar lupa. Hingga dalam usia muda, ia telah hafal [[Al-Qur'an]]. Kemampuannya dalam menuntut ilmu mulai terlihat pada usia 17 tahun. Dan usia 19, ia telah memberi fatwa dalam masalah masalah keagamaan.
 
Ibnu TaymiyyahTaimiyah amat menguasai ilmu [[ilmu rijalul hadits|''rijalul hadits'']] (perawi haditshadis) yang berguna dalam menelusuri [[Haditshadis]] dari periwayat atau pembawanya dan ''Fununul hadits'' (macam-macam haditshadis) baik yang lemah, cacat atau shahihsahih. Ia memahami semua haditshadis yang termuat dalam [[Kutubus Sittah]] dan [[Al-Musnad]]. Dalam mengemukakan ayat-ayat sebagai [[hujjahhujah]] (dalil), ia memiliki kehebatan yang luar biasa, sehingga mampu mengemukakan kesalahan dan kelemahan para mufassirmufasir atau ahli tafsir. Tiap malam ia menulis tafsir, fiqhfikih, ilmu 'ushul sambil mengomentari para filusuf filsuf. Sehari semalam ia mampu menulis empat buah ''kurrosah'' (buku kecil) yang memuat berbagai pendapatnya dalam bidang syari'ahsyariat. [[Ibnul Wardi]] menuturkan dalam [[Tarikh Ibnul Wardi]] bahwa karangannya mencapai lima ratus judul.
Karya-karyanya yang terkenal adalah Majmu' Fatawa yang berisi masalah fatwa fatwa dalam agama [[Islam]]