Itik pulang petang

ukiran Minangkabau

Itik pulang petang (bahasa Minang: itiak pulang patang) adalah motif atau ragam hias yang identik dengan Minangkabau. Bentuknya berupa itik yang disamarkan (stilsasi) dan berpola pengulangan berderet. Motif ini terutama diterapkan pada ukiran kayu di bangunan tradisional Minangkabau dan kain songket.

Itik pulang petang

Bentuk dan makna

sunting
Penggunaan motif itik pulang petang pada sisi bawah jendela rumah gadang (atas) dan sebuah bangunan di Universitas Andalas (bawah)

Itik pulang petang termasuk dalam kategori motif Minangkabau yang diambil dari bentuk alam, yakni hewan, dan dibuat dengan teknik stilasi. Bentuk tersebut disusun membentuk pola seperti deretan itik. Filosofinya adalah keserasian dan keteraturan yang dicontohkan oleh itik. Itik selalu berombongan ketika berangkat mencari makan maupun ketika pulang pada petang hari. Rombongan itik berjalan beriringan tanpa saling mendahului.[1][2][3][4][5][6]

Seperti pada motif Minangkabau lainnya, bentuk itik dalam motif ini tidak diungkapkan secara naturalis atau realistik. Hal tersebut diduga dipengaruhi oleh seni rupa Islam yang menghindari penggambaran makhluk hidup, terutama manusia dan hewan. Banyak motif Minangkabau yang berbeda antara tampilan dengan namanya, bahkan terkadang sulit dikenali bentuk asalnya.[7]

Pemakaian

sunting

Motif itik pulang petang merupakan bagian dari ornamen bangunan tradisional Minangkabau, terutama rumah gadang. Motif ini dipahatkan pada kayu dan menjadi penghias dinding rumah gadang pada bidang-bidang kecil,[8] seperti di sisi bawah jendela.

Selain ukiran kayu, itik pulang patang digunakan pula sebagai corak motif pada songket.

Di Sumatera Utara, pola ini digunakan di Museum Deli Serdang.

Variasi

sunting

Variasi dari motif itik pulang petang dikenal pula di rumpun Melayu, yakni itik sekawan. Motif itik menyerupai huruf "S" yang bersambung. Di bagian tengah, diberi variasi berupa daun-daunan, bunga, dan sebagainya.[9]

Galeri

sunting

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ "Ragam Hias Minangkabau". epnri.indonesiaheritage.org. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-11-17. Diakses tanggal 2019-10-06. 
  2. ^ Joansa, Yurino (2015). Nama, Penempatan dan Makna Ukiran Tradisional Minangkabau Rumah Gadang Sicamin Kabupaten Agam. Padang: Universitas Negeri Padang. 
  3. ^ A.A, Navis (1984). Alam Takambang Jadi Guru. Jakarta: PT Grafiti Pers. 
  4. ^ Damayanti, Resky Annisa (1 Feb 2017). "PENGARUH ISLAM PADA BENTUK ORNAMEN UKIRAN 'ITIK PULANG PATANG' SUMATERA BARAT". Jurnal Dimensi Seni Rupa dan Desain. 13 (2): 141–152. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-12-03. Diakses tanggal 2020-04-14 – via www.trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id. 
  5. ^ Fitriza, Rozi (16 Mei 2019). "Ethnomathematics Pada Ornamen Rumah Gadang Minangkabau". Math Educa Journal. 2 (2). doi:10.15548/mej.v2i2.187 – via ejournal.uinib.ac.id. 
  6. ^ "PENGARUH MOTIF HIAS TRADISI MEGALITIK PADA MOTIF SONGKET MINANGKABAU - PDF Download Gratis". docplayer.info. 
  7. ^ http://publikasi.mercubuana.ac.id/index.php/narada/article/download/2857/2380
  8. ^ Hasni Siat, dkk (1998). Ukiran Tradisional Minangkabau. Padang: Bagian Proyek Pembinaan Permuseuman Sumatera Barat. hlm. 42. 
  9. ^ https://media.neliti.com/media/publications/32123-ID-representasi-makna-simbol-ragam-hias-pada-rumah-lontiok-kabupaten-kampar-riauana.pdf