Jabal an-Nuur (disebut juga Jabal an-Nur atau Jabal Nur), atau diartikan dalam bahasa Arab جبل النور sebagai "Gunung Cahaya", adalah sebuah gunung dekat kota Mekkah di Hejaz, Arab Saudi[1] Gunung ini menjadi salah satu tempat yang paling istimewa dan sering dikunjungi di kota Mekkah. Di gunung ini terdapat sebuah goa kecil berukuran 1,75 hasta yang dikenal sebagai Ghar Hira atau Gua Hira.[2] Gunung ini memiliki tinggi 640 meter. Gunung ini juga dipercaya umat Muslim sebagai tempat di mana Nabi Islam Muhammad menerima wahyu pertama dari Allah melalui Malaikat Jibril.

Jabal an-Nur
Jabal an-Nur di Mekkah.
Titik tertinggi
Ketinggian642 m (2.106 ft)
Geografi
Map of Saudi Arabia Showing the location of Jabal al-Nour
Map of Saudi Arabia Showing the location of Jabal al-Nour
Jabal al-Nour
Location of Jabal al-Nour in Saudi Arabia
LetakMekkah, Arab Saudi

Sejarah sunting

Ketika mengunjungi Makkah atau melaksanakan ibadah haji dan umrah, Jabal Nur adalah tempat yang familiar bagi kaum Muslimin. Tempat ini menjadi saksi atas munajat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Jabal Nur memiliki ketinggian sekitar 624 meter di atas permukaan laut dengan batuan yang terjal melapisi permukaannya, dan kemiringannya mencapai sekitar 60 derajat. Puncak Jabal Nur setinggi sekitar 200 meter dengan bentuk puncak yang tajam, dan diperlukan sekitar setengah jam untuk mendekatinya.[3]

Dari puncak Jabal Nur, pengunjung dapat menikmati pemandangan indah kota Makkah dari ketinggian, termasuk Masjidil Haram yang terlihat jelas tanpa ada gangguan dari gedung-gedung tinggi. Untuk mengunjungi Jabal Nur, perjalanan harus dilakukan ke arah utara dari kota Makkah, dengan jarak sekitar 5 km dari Masjidil Haram.[3]

Nama Jabal Nur berasal dari arti "gunung yang bercahaya". Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sering mengunjungi Jabal Nur, terutama di dalam Gua Hira, tempat beliau menyendiri dan merenungkan dari keramaian kota Makkah. Gua Hira adalah tempat di mana malaikat Jibril datang kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, menyampaikan wahyu pertama dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Setelah wahyu pertama turun, melalui serangkaian peristiwa panjang, Muhammad diangkat sebagai nabi dan rasul hingga Isra dan Mi’raj.[4]

Wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di Gua Hira menjadi titik awal cahaya Islam yang terus bersinar hingga saat ini. Beliau, dengan wahyu-Nya, mampu mengatasi kegelapan dan kesesatan yang melanda bumi pada masa itu dan bahkan hingga akhir zaman. Pemilihan nama Jabal Nur atau Gunung Cahaya untuk tempat yang biasa digunakan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk merenung dan menerima wahyu tersebut tidaklah mengherankan mengingat peran vital Gua Hira dalam sejarah Islam.[4]

Alasan Rasulullah memilih berkhalwat di Gua Hira, Jabal Nur, dapat dipahami dari kecenderungannya sejak kecil untuk menyendiri. Beliau tidak suka bergaul ramai-ramai dan hal ini berlanjut hingga dewasa. Saat mencapai usia 40 tahun, keinginan Rasulullah untuk menjauh dari keramaian semakin kuat, dan Gua Hira di Jabal Nur menjadi tempat ideal untuk berkhalwat.[3]

Akses ke Gua Hira memerlukan perjalanan mendaki gunung selama sekitar satu jam. Gua tersebut mampu menampung empat hingga lima orang, memiliki kondisi gelap karena sedikit cahaya matahari yang dapat masuk. Dengan tinggi yang sebatas berdiri, jika tidak ada bangunan tinggi di Masjidil Haram, pengunjung dapat melihat Ka’bah dari mulut gua bagian belakang.[3]

Penamaan sunting

 
Pintu masuk gua hira

Sejak Muhammad menyatakan bahwa dirinya menerima wahyu pertama berupa surah pertama dalam Alquran, gunung ini dinamakan "Jabal-al-Nur". "Jabal" dalam bahasa Arab berarti gunung dan "Nuur" atau "Nur" berarti cahaya atau penerangan. Sejak saat itu, nama Jabal an-Nur atau Jabal Nur menjadi nama untuk gunung itu hingga sekarang.[5] diketahui peristiwa itu terjadi pada Senin malam pada tanggal 21 Ramadan atau 10 Agustus 610 M. atau pada saat Muhammad berusia 40 tahun, 6 bulan dan 12 hari i.e., 39 tahun Gregorian, 3 bulan dan 22 hari.[6]

Lihat pula sunting

Referensi sunting

  1. ^ "Jabal al-Nour (The Mountain Of Ghar Hira (Cave of Hira)". 16 September 2015. 
  2. ^ Mubārakfūrī, Ṣafī -R. Ar-Raheeq Al-Mak̲h̲tūm = The Sealed Nectar: biography of the noble prophet. Riyadh, Saudi Arabia, 2002. Print.
  3. ^ a b c d Aaron (2023-11-17). "Sejarah Lengkap Jabal Nur » Nabawi Mulia - Umroh jogja dan Haji Khusus Jogja" (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-02-29. 
  4. ^ a b "Jabal Nur, Titik Awal Nabi Muhammad SAW Diangkat Jadi Nabi Terakhir - Indonesiainside.id". 2022-06-03. Diakses tanggal 2024-02-29. 
  5. ^ Weir, T.H.; Watt, W. Montgomery. "Ḥirāʾ." Encyclopaedia of Islam, Second Edition. Edited by: P. Bearman, Th. Bianquis, C.E. Bosworth, E. van Donzel, W.P. Heinrichs. Brill Online, 2013. Reference. Augustana College. 07 October 2013 <http://referenceworks.brillonline.com/entries/encyclopaedia-of-islam-2/hira-SIM_2890
  6. ^ Mubārakfūrī, Ṣafī -R. When the Moon Split: a biography of Prophet Muhammad. Riyadh. 1998.

Pranala luar sunting