Jakarta Hati
Jakarta Hati merupakan film Indonesia yang dirilis pada 8 November 2012. Film ini disutradarai oleh Salman Aristo serta dibintangi antara lain oleh Slamet Rahardjo, Andhika Pratama, Roy Marten, Dwi Sasono, Agni Pratistha, Dion Wiyoko, Shahnaz Haque, Framly Nainggolan, Surya Saputra, dan Asmirandah.
Jakarta Hati | |
---|---|
Sutradara | Salman Aristo |
Produser | Lavesh M Samtani Manoj K Samtani |
Ditulis oleh | Salman Aristo |
Pemeran | Slamet Rahardjo Andhika Pratama Roy Marten Dwi Sasono Agni Pratistha Dion Wiyoko Shahnaz Haque Framly Nainggolan Surya Saputra Asmirandah Bastian Steel |
Distributor | 13 Entertainment |
Tanggal rilis | 8 November 2012 |
Durasi | ... menit |
Negara | Indonesia |
Segmen film
suntingMasih Ada
suntingPlot Seorang laki-laki paruh baya memakai safari sedang marah-marah dengan supirnya. Di sebuah rumah mewah dengan parkir luas. Mobilnya rusak. Mobil lain dipakai istrinya ke salon sejak subuh. Ada gathering. Mobil anaknya belum kembali dari semalam. Sementara dia harus sampai ke Senayan, sebelum jam 11 siang. Karena berbagai alasan, dia berganti-ganti kendaraan untuk sampai ke tujuannya tepat waktu.
Kisah perjalanan seorang anggota dewan di padatnya Jakarta, di antara keluh kesah warga tentang kotanya: di tangannya ada tas berisi dokumen yang dibutuhkan teman-temannya sesama anggota untuk menghapus jejak korupsi dan fakta seorang anak kecil yang dipukuli karena mencuri akibat lapar.[1]
Kabar Baik
suntingPlot Di sebuah kantor polisi, seorang polisi muda sedang berhadapan dengan laki-laki paruh baya yang masih tampak gagah. Mereka sedang mengisi berkas BAP. Kasus penipuan laki-laki itu melibatkan banyak perempuan. Soal arisan berantai.
Laki-laki itu adalah ayah dari si polisi. Sudah lima tahun lenyap. Ibunya masih terus berharapdan menunggu karena cinta. Sementara laki-laki ini mengatakan kalau si polisi sekarang sudah memiliki adik berumur 5 tahun yang hari ini berulang tahun. Si polisi ragu. Ayahnya ini tukang kibul kelas kakap. Si polisi terbentur dilema.[1]
Hadiah
suntingPlot Seorang penulis sedang sibuk ditelepon temannya untuk mengambil sebuah proyek. Menulis film komedi seks kacangan. Si penulis memang sedang kronis kondisi keuangannya. Rp. 50 ribu baru saja dipakai untuk memberi pulsa elektronik yang belum juga masuk. Sementara sisa setengahnya untuk hidup hari ini. Sang teman yang berniat membantu itu terus mendesak agar si penulis menelepon langsung produsernya.
Anak laki-lakinya, 8 tahun, merengek ingin datang ke ulang tahun teman sebangkunya di dekat rumah. Akhirnya mereka pergi ke mal terdekat, membeli kado versi palsu sandal karet mahal dan pulang jalan kaki karena menghemat ongkos. Kertas kado pun juga tak dibeli. Sampai di tempat, si penulis baru tahu kalau ini pesta anak orang kaya. Dia harus menerima tatapan sinis para orang tua yang datang dengan kondisi wangi dan kinclong.[1]
Dalam Gelap
suntingPlot Lepas maghrib, mendadak satu area di kawasan Jakarta mati lampu. Sepertinya terkena giliran pemadaman. Pasangan suami istri muda pun terkena imbasnya. Mereka jadi harus saling bicara satu sama lain.
Biasanya, kalau lampu menyala, mereka sibuk sendiri-sendiri. Satunya baca novel, satunya nonton televisi. Atau kegiatannya lainnya. Masing-masing. Sekarang dalam gelap, hubungan mereka yang sudah kering itu mendadak dipertaruhkan: ekspektasi, perselingkuhan yang tadinya dalam keadaan terang saling didiamkan, dan lainnya.[1]
Orang Lain
suntingPlot Seorang laki-laki, pertengahan 30-an, sedang menggoyangkan gelas alkoholnya di meja bar sebuah pub kecil. Lalu dia tersenyum tipis mencelupkan cincin kawinnya ke dalam gelas. Dari gelas itu dia melihat ada perempuan cantik awal 20-an mendekat. Perempuan itu membuka percakapan, “Istri anda selingkuh dengan pacar saya.”
Selanjutnya mereka berdua menyisiri malam Jakarta. Mempertanyakan siapa yang telah menjadi orang lain dalam hubungan yang cedera itu. Mereka atau pasangan mereka yang berselingkuh? Menjelang subuh mereka pun mencoba memutuskan itu semua.[1]
Darling Fatimah
suntingPlot Di Pasar Senen, seorang perempuan keturunan Pakistan bermulut bawel sedang melayani para pembelinya. Cantik di ujung usia 40-an-nya. Lantas datang pemuda keturunan Cina umur 20-an, seorang broker pemesanan kue.
Keduanya bertengkar dengan lontaran kosakata yang terasa kasar bagi telinga Jakarta yang lebih sopan. Tapi, yang mereka bicarakan kehangatan cinta. Keduanya sedang membahas hubungan mereka. Mulai dari cemburu, keinginan kuat menikah, bagaimana menangani calon ipar dan lainnya. Sampai pada satu titik keputusan yang diambil.[1]
Referensi
suntingPranala luar
sunting- Ulasan di Film Indonesia
- Ulasan di Cineplex Diarsipkan 2012-10-18 di Wayback Machine.