Jaranan Dor
Jaranan Dor Adalah kesenian Kuda Lumping yang berkembang di Jawa Timur, di Sebut Dor karena menggunakan perangkat alat musik Jidor bukan Gong pada umumnya, Jaranan Dor dapat ditemukan di Jombang dan Malang, Jawa Timur meskipun memiliki perbedaan karakteristik pada keduanya.
Jaranan Dor Jombang
suntingJaranan Dor Jombang adalah kesenian Kuda Lumping yang berkembang di Jombang, namun lebih dikenal dengan sebutan Jepaplok Dor yang diambil dari nama topeng reog lawas (Singo barong bermahkota merak). Kesenian Jaranan Dor di Jombang telah ada sejak tahun 1835 yang dibawa oleh Wiroguno yang merupakan mantan prajurit Diponegoro dari Ponorogo, Wiroguno yang pernah merasakan pendidikan di Pondok Gebang Tinatar seusai perang mengembara ke Jombang untuk mengamalkan apa yang didapatkan di Pesantren, serta memberikan pesan kepada orang-orang untuk tidak menurut ke Belanda. Setiba di Jombang, Wiroguno kesulitan mengajak warga sekitar untuk belajar agama Islam yang kala itu sebagian masih percaya dengan hal ghaib.[1]
Maka dari itu Wiroguno menampilkan kesenian Reog yang seperti di Ponorogo pada kala itu, sehingga membuat warga tertarik belajar agama islam dan tidak patuh terhadap Belanda yang sangat banyak di Jombang. karena warga lebih suka dengan topeng singo barong, maka lebih dikenal dengan nama Jepaplok hingga saat ini.[2]
Dalam pertunjukan Jaranan Dor Jombang ini masih terdapat persiapan dengan menyiapkan berbagai sesajen dan kesurupan, sedangkan kostum yang digunakan terlihat simpel dan klasik.
Peralatan kesenian jaranan dor jombang meliputi :
- Topeng Jepaplok (Singo Barong bermahkota merak)
- Topeng Ganongan, Pentul, Potro, gendruwon
- Topeng macanan
- kuda lumping
- Bomoh warok berpakaian serba hitam
- alat musik kendang, jidor, terbang, dan slompret reog.
Dari segi bentuk topeng reog jepaplok yang ada di jombang memiliki persamaan dengan topeng reog barongan di kudus dan demak, yang memiliki mahkota merak. hal itu dikarekanan kesenian Jaranan Dor/Jepaplok Dor jombang, Barongan Kudus, Barongan Demak masih memiliki akar sejarah dari Ponorogo
Jaranan Dor Malang
suntingJaranan Dor Malang adalah kesenian Kuda Lumping yang berkembang di Malang dan Batu dengan ciri khas penari kuda lumping mengenakan pakaian sederhana yakni kaos lorek dan celana longgar dengan menari berputar-putar, kesenian ini memiliki nama lain Jaranan Kidalan, karena jaranan ini dikaitkan dengan candi kidal di malang sebagai identitas kuda lumping di malang.
keberadaan Jaranan Dor di Malang karena sering dilakukannya pertunjukan Jaranan Thek dari Ponorogo pada masa kolonial Belanda untuk mengisi kegiatan berbagai pasar malam. Setelah Indonesia merdeka disusul banyaknya perantau dari Ponorogo, Tulungagung dan Blitar yang mempertunjukan kesenian kuda lumping dari masing-masing daerah, Dalam Catatan Belanda Jaranan Thek dari Ponorogo sering mengisi acara pasar malam di Malang sejak era kolonial, sehingga dibuatlah kesenian baru pada masa itu yang sederhana yakni Jaranan Dor Malangan .[3]
pertunjukan jaranan dor di malang diiringi kendang, jidor, angklung reog gumbeng berjumlah banyak, sedangkan kostum yang dipakai hanya berpakaian kaos lorek bergaris Ponorogoan dan celana komprang Ponoragan saja tanpa mengunnakan kostum penari kuda lumping yang terlihat mewah seperti umumnya. sering kali pemain kuda lumping dan barongan mengalami kesurupan yang disebut kalap, hingga melakukan berbagai atraksi yang akan di sembuhkan oleh pawang berpakaian Warok.[4]
Dalam pertunjukan Jaranan Dor di Malang tidak menyajikan cerita atau sendratari, yang ditampilkan sebatas tari dan kesurupan saja.
Peralatan kesenian jaranan dor malang meliputi :
- Topeng Jepaplok (Singo Barong) tanpa kain
- kuda lumping
- celeng (babi)
- Pawang bomoh (bopo) berpakaian warok serba hitam membawa pecut
- alat musik kendang, jidor, terbang, kentongan dan angklung reog gumbeng
Referensi
sunting- ^ "Jaranan dor jombang". Man 3 tulungagung.
- ^ Mahmud, Ahmad (2000). Buku pintar pendidikan kebudayaan jombang. Jombang: Unkown.
- ^ "Jaranan dor malang". Ngalam. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-09-22. Diakses tanggal 2021-03-24.
- ^ Kuda lumping di jawa timur. Jakarta: Dasa pustaka. 1991.