Jaringan silaturahmi
Jaringan silaturahmi [1][2](bahasa Inggris: hospitality exchange network) adalah komunitas atau jejaring sosial yang bertujuan untuk memberikan akomodasi kepada wisatawan atau petualang, umumnya di rumah penduduk lokal.[3][4][5] Konsep jaringan pertukaran tempat untuk menginap sudah ada sejak tahun 1949 dimulai oleh organisasi bernama Servas yang didirikan oleh Bob Luitweiler,[5] menggunakan buletin dan telepon, dan pada tahun 1990-an organisasi-organisasi jaringan silaturahmi mulai beralih menggunakan Internet. Kini, situs web jejaring sosial jaringan silaturahmi terbesar adalah CouchSurfing, Hospitality Club dan BeWelcome [6]
Sejarah
suntingOrganisasi jaringan silaturahmi pertama yang diakui oleh dunia internasional, terdaftar sebagai salah satu organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa, adalah Servas, yang didirikan oleh Bob Luitweiler pada tahun 1949,[5] sebagai organisasi nirlaba yang pada waktu itu hanya bergantung pada pergerakan anggota sukarelawan dengan membawa misi perdamaian dunia. Kemudian pada tahun 1965 John Wilcock mulai mengumpulkan banyak data dari para tuan rumah saat ia menginap di rumah mereka dalam perjalanannya, mendirikan Traveler's Directory. Ia kemudian mengajak para wisatawan lain yang ditemuinya agar membuka penginapan bagi sesama petualang sebagai tuan rumah. Pada tahun 1988, Joy Lily membentuk organisasi silaturahmi bernama Hospitality Exchange.
Pada tahun 2000 Hospitality Club didirikan oleh Veit Kühne, sebagai salah satu jaringan silahturahmi pertama yang menggunakan media Internet. Pada tahun 2004, Casey Fenton mendirikan situs CouchSurfing.[7] CouchSurfing kini dianggap sebagai salah satu organisasi yang membuat konsep jaringan silahturahmi populer di masyarakat luas (mainstream).[5] [8]
Manfaat
suntingKeuntungan terbesar menggunakan jaringan silaturahmi adalah pertukaran kebudayaan.[3][4] Bagi para petualang pengguna organisasi jaringan silatuahmi, setiap perjalanan mengantarkan mereka mengenal lebih jauh dan mengalami langsung cara hidup masyarakat lokal, dan sebaliknya pula dirasakan dampak positif bagi masyarakat lokal itu sendiri.
Jaringan silaturahmi menjadi salah satu cara berpetualang yang sangat membantu secara ekonomi, karena para petualang dapat menemukan tempat tinggal secara murah bahkan cuma-cuma ditempat yang mereka kunjungi.[4][9]
Pranala luar
suntingReferensi
sunting- ^ Messwati, Elok Dyah (Rabu, 6 April 2011). "Ke Eropa dengan Hemat tetap Nikmat". Kompas Extra.
- ^ Mubarak, Zulham (Kamis, 25 Maret 2010). "Nancy Margaretha, 'Duta Besar' Komunitas Backpacker Dunia untuk Indonesia". Jawa Pos News Network (JPNN). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-10-23.
- ^ a b Stellin, Susan (9 Juli 2006). "Practical Traveler: Hospitality Exchange Services". The New York Times.
- ^ a b c Sayre, Carolyn (20 Maret 2008). "Where the Hospitality Is Priceless". Time. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-03-03.
- ^ a b c d Howard, Sally (8 April 2007). "The Top 5 couchsurfing websites". Times Online.
- ^ Baker, Vicky (11 April 2008). "Going local". Guardian News.
- ^ Streit, Valerie (19 Januari 2009). "Hosts make it work for inauguration". CNN.
- ^ Rinaldi, Ingki (10 December 2009). "Menjalin Persahabatan di Atas Sofa". KOMPAS.
- ^ "Beer for breakfast? Couchsurfing's cultural confusions". The Age. 31 Desember 2008.[pranala nonaktif permanen]