Jasa ekosistem atau layanan ekosistem (bahasa Inggris: ecosystem service) adalah keseluruhan manfaat yang diberikan oleh ekosistem kepada kehidupan manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Meskipun topik ini telah diperbincangkan sejak lama, tetapi istilah jasa ekosistem menjadi populer setelah Perserikatan Bangsa-Bangsa meluncurkan program Penilaian Ekosistem Milenium (MA) pada awal dasawarsa 2000-an.[1][2]

Rawa gambut dataran tinggi di Wales yang menjadi sumber Sungai Severn. Rawa yang sehat menyerap karbon, menahan air sehingga mengurangi risiko banjir, dan memasok air bersih dengan lebih baik daripada habitat yang terdegradasi.

Jasa ekosistem terbagi menjadi empat, yaitu jasa penyediaan, jasa pengaturan, jasa budaya, dan jasa pendukung. Jasa penyediaan meliputi produk-produk yang disediakan oleh ekosistem yang dapat digunakan oleh manusia, seperti bahan pangan, bahan baku industri, dan sumber daya genetik. Jasa pengaturan meliputi proses-proses yang mengatur keberlangsungan kehidupan, seperti pengaturan iklim, pemeliharaan kualitas air dan udara, serta penyerbukan tumbuhan. Jasa budaya atau jasa kultural meliputi unsur-unsur yang bermanfaat bagi kondisi mental dan spiritual manusia, misalnya pemanfaatan ekosistem untuk pendidikan, rekreasi, serta pengayaan nilai-nilai spiritual dan estetika. Sementara itu, jasa pendukung meliputi unsur-unsur yang mendukung terlaksananya ketiga jasa ekosistem lainnya, seperti daur nutrien, pembentukan tanah, dan pemeliharaan keanekaragaman hayati.[3][4]

Contoh ekosistem

sunting

Beberapa jasa penyediaan salah satunya yaitu pesisir laut, pesisir laut memiliki potensi menyimpan kekayaan spesies dan menyediakan berbagai layanan dan jasa ekosistem. Ekosistem utama pesisir yaitu terdiri dari mangrove, lamun, dan terumbu karang.

Mangrove

sunting

Mangrove merupakan ekosistem paling produktif yang dapat memberikan banyak manfaat berupa jasa ekosistem untuk menunjang keberlanjutan hidup (sustainable living) masyarakat pesisir. Beberapa jasa ekosistem mangrove, sebagai pengatur (regulation service) yaitu: pelindung wilayah pesisir dari bencana, penyimpan karbon (C) dan mitigasi perubahan iklim; sebagai penyedia (provisioning service) yaitu menghasilkan sumber pangan dan obat-obatan (medicine)[5].

Lamun merupakan komponen penting dalam penyusun kesatuan ekosistem pesisir. Ekosistem lamun memiliki jasa ekosistem yang cukup beragam. yaitu terkait jasa pendukung (supporting service) dan penyedia daerah asuhan (nursery ground), tempat mencari makan (feeding ground), dan sirkulasi nutrien[6].

Terumbu karang

sunting

Terumbu karang merupakan sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis dengan sejenis tumbuhan alga yang disebut zooxanthellae yang merupakan salah satu komponen ekosistem pesisir. Ekosistem terumbu karang memberikan jasa ekosistem berupa habitat biota untuk berkembang biak, tempat berlindung, serta penghalang gelombang besar yang menuju ke pesisir[7].

Referensi

sunting
  1. ^ "Millennium Ecosystem Assessment". Millennium Ecosystem Assessment. Diakses tanggal 6 Agustus 2023. 
  2. ^ Lugo, Ezequiel (2008). "Ecosystem Services, the Millennium Ecosystem Assessment, and the Conceptual Difference Between Benefits Provided by Ecosystems and Benefits Provided by People". Journal of Land Use & Environmental Law. 23 (2): 243–261. ISSN 0892-4880. 
  3. ^ Pearce, Reagan (3 Januari 2023). "What are Ecosystem Services?". Earth. Diakses tanggal 6 Agustus 2023. 
  4. ^ "Ecosystem Services & Biodiversity (ESB)". Food and Agriculture Organization of the United Nations. Diakses tanggal 6 Agustus 2023. 
  5. ^ Rahardi, Suhardi, Wira, Rizal (2016). "Keanekaragaman Hayati dan Jasa Ekosistem Ekosistem Mangrove di Indonesia" (PDF). Prosiding Symbion (Symposium on Biology Education): 499–510. 
  6. ^ Wahyudin, Kusumastanto, Adrianto, Wardiatno, Yudi, Tridoyo, Luky, Yusli (2016). "Jasa Ekosistem Lamun Bagi Kesejahteraan Manusia". Omni-Akuatika. 12 (3): 29–46. 
  7. ^ Siregar, Oktaviani, Fauzi, Reflis, Utama, Sri Haniarti, Sefri, Rizki, Satria (2023). "Manfaat Ekonomi Kelangsungan Ekosistem Terumbu Karang di Perairan Pulau Enggano Provinsi Bengkulu: Sebuah Telaah Pustaka". INSOLOGI: Jurnal Sains dan Teknologi. 2 (6): 1117–1123. doi:10.55123/insologi.v2i6.2846.