Kajar, Dawe, Kudus
Kajar | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Jawa Tengah | ||||
Kabupaten | Kudus | ||||
Kecamatan | Dawe | ||||
Kode pos | 59353 | ||||
Kode Kemendagri | 33.19.09.2014 | ||||
Luas | ... km² | ||||
Jumlah penduduk | ... jiwa | ||||
Kepadatan | ... jiwa/km² | ||||
|
ASAL USUL DESA KAJAR
suntingGunung Muria merupakan salah satu dari sekian gunung yang ada di Tanah Jawa. Umumnya masyarakat Jawa, masyarakat sekitar lereng Gunung Muria pun percaya adanya mitos di sekitar mereka. Dari sekian banyak daerah di lereng Gunung Muria salah satunya adalah Desa Kajar. Desa Kajar terletak di kecamatan Dawe Kabupaten Kudus. Desa Kajar berbatasan dengan Desa Colo di sebelah utara, Desa Lau di sebelah selatan, Desa Piji dan Desa Ternadi di sebelah barat serta Desa Kuwukan dan Desa Cranggang di sebelah timur. Masyarakat Desa Kajar juga tidak lepas dari mitos terkait asal-usul nama desa mereka. Ada beberapa versi yang menyebutkan asal usul Desa Kajar, :
- Masyarakat Desa Kajar percaya bahwa asal usul nama Kajar berasal dari bahasa Arab Hajar yang artinya Batu (Watu). Pemberian nama Kajar diyakini bahwa dulu daerah Kajar merupakan lereng gunung yang merupakan hutan belantara dimana terdapat banyak sekali batu besar. Masyarakat Desa Kajar meyakini bahwa nama kajar diberikan oleh Sunan Gunung Muria (Raden Umar Said) yang pada waktu itu kebetulan sedang melintas di daerah hutan belantara yang terdapat banyak sekali batu - batu besar. Kemudian Raden Umar Said memberi nama daerah tersebut dengan nama Hajar yang artinya batu, seiring berjalannya waktu nama Hajar berubah menjadi Kajar. (Sumber : Folklore Lisan masyarakat Kajar)
- Selain versi yang disebutkan di atas, sebagian masyarakat Kajar juga mempercayai bahwa nama Kajar bukanlah dari sekumpulan batu besar yang di ambil dari bahasa Arab Hajar. Pemberian nama Kajar bermula dari kisah perjalanan Sunan Gunung Muria (Raden Umar Said) yang melakukan perjalanan guna menentukan tempat untuk membangun masjid. Mulanya Kanjeng Sunan melakukan perjalanan untuk menentukan daerah yang tepat guna mendirikan masjid, Ketika sampai pada suatu tempat beliau membuat sepasang watu lumpang dan alu untuk memasak. Tempat pembuatan watu lumpang dan alu tersebut sampai sekarang dikenal dengan daerah "Tlumpang" berasal dari kata watu lumpang. Sunan Muria beserta rombongan kemudian melanjutkan perjalanan, sesampainya di suatu tempat yang dirasa sudah cocok Sunan Muria beserta rombongan berhenti dan istirahat untuk memasak nasi. Sunan Muria kemudian menanak nasi di kuwali kecil, sebagian rombongan pergi sambil berkata "wah...nek ngenteni yo tengesah, lha wong masake neng kuali cilik yo mesti ora uman (wah..kalau nunggu ya sia-sia, masak nasi kok di kendil kecil ya nggak kebagian". kebetulan Kanjeng Sunan mendengar pembicaraan rombongan tadi. Kanjeng Sunan kemudian bersabda "wong kajar...pangananmu suk ki tunggak (orang kajar...besok makanmu itu tunggak -bagian dasar/paling bawah dari pohon-)". Kebetulan rombongan yang tidak sabar tadi adalah orang-orang yang bertempat tinggal di daerah sekitar watu lumpang. Sejak saat itu daerah sekitar watu lumpang di sebut daerah Kajar. Setelah Kanjeng Sunan selesai menanak nasi, ternyata kerbau Kanjeng Sunan beranjak dan berjalan ke tempat yang lebih tinggi, Kanjeng Sunan bersabda "mbangun mesjide ojo neng kene, nggone kurang duwur (membangun masjidnya jangan di sini, tempatnya kurang tinggi)". Masakan Kanjeng Sunan pun ditinggal begitu saja. Kanjeng Sunan terus mengikuti kerbau tadi berhenti, hingga tibalah di suatu tempat yang sampai saat ini terkenal dengan masjid Sunan Gunung Muria. Masyarakat Kajar percaya bahwa watu ketan (tempatnya berada di sebelah utara Bumi Perkemahan Kajar, di bawah Taqim Art Studio) adalah masakan yang ditinggal oleh Kanjeng Sunan saat akan mendirikan masjid. Watu ketan dan watu lumpang keberadaanya pun masih bisa dilihat sampai saat ini.(Sumber : Mbah wi -Sanawi- dan De Su -Subekan-) Sumber :https://jatisoro.blogspot.com/2013/09/sejarah-dan-asal-usul-desa-kajar-kec.html
DAFTAR KEPALA DESA
suntingBerikut adalah daftar Kepala Desa Kajar dari masa ke masa
No | Nama Kepala Desa | Masa Jabatan | Sebutan |
---|---|---|---|
1 | Kowitruno | 1916 - 1939 | Petinggi |
2 | Kahono | 1939 - 1973 | Petinggi |
3 | Widargo | 1973 - 1975 | PJ Kepala Desa |
4 | Ruslan | 1975 - 1997 | Kepala Desa |
5 | Mardianto | 1997 - 2007 | Kepala Desa |
6 | Edwin Sri Hartomo | 2007 - 2013 | Kepala Desa |
7 | Vickes Yudha Burnawan | 2013 - 2019 | Kepala Desa |
8 | Bambang Totok Subianto | 2019 - 2027 | Kepala Desa |
DAFTAR SEKRETARIS DESA
suntingDaftar Sekretaris Desa dari masa ke masa
No | Nama | Masa Jabatan | sebutan |
---|---|---|---|
1 | Kahono | 1936 - 1939 | Carik |
2 | Sugondo | Carik | |
3 | Juremi | 1978 - 1997 | carik |
4 | Jamasri | 1997 - 2024 | PJS Sekdes |
5 | Jundan Muhammad Abda'u | 2024 | Sekdes |
WISATA DESA KAJAR
suntingTemplat:POTENSI Desa kajar merupakan desa yang sudah layak menjadi desa wisata. Keadaan geografis, sosial dan cuaca khas pegunungan adalah nilai jual utama dari desa kajar. Banyak objek wisata yang bisa di jelajahi:
- rumah makan keboen ibu
- hutan pinus bumi perkemahan kajar
- puri kajar
- taman sardi
- the hills vaganza
MAKANAN KHAS DESA KAJAR
suntingTemplat:KULINER Sektor Kuliner terbukti mampu meningkatkan taraf ekonomi warga Desa kajar. Banyak kuliner yang bisa d jadikan oleh oleh khas desa kajar, antara lain:
- Bubuk Kopi cap cangkir mas.
- Gethuk Kajar yang merupakan makana khas Desa kajar.
- Penthol kojek kajar
- Sempolan khas Kajar
- Kolak telo godang
Selain oleh - oleh khas desa kajar, juga terdapat warung - warung tradisional yang melegenda dan jadi pusat sosial bagi warga kajar, diantarany:
- warung sego lodeh di sekitaran dukuh jatisoro, terkenal akan nasi lodeh dan kopi saat fajar
- warung mbak sri, terkenal akan meniran dan gorengan saat pagi hari
- warung mak kustini, terkenal akan pecel, rujak pecel dan bakwannya
- warung mak kanti watulumpang
- dan banyak warung getuk kopi untuk skedar ngobrol santai saat sore hari
PRANALA LUAR
sunting- (Indonesia) Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 050-145 Tahun 2022 tentang Pemberian dan Pemutakhiran Kode, Data Wilayah Administrasi Pemerintahan, dan Pulau tahun 2021
- (Indonesia) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan
- (Indonesia) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan