Kajeng Kliwon adalah upacara memberikan korban suci sebagai persembahan kepada Sanghyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) beserta seluruh manifestasinya.[1] Persembahan itu dilakukan dengan kepercayaan bahwa sang dewa akan melindungi segenap manusia dan memberi kesejahteraan bagi yang mengikuti upacara.[1] Upacara ini boleh dilaksanakan setiap 15 hari. Ada hari Kajeng Kliwon khusus yang disebut Pemelastali atau Watugunung Runtuh.[2] Kajeng Kliwon merupakan hari pemujaan terhadap Sanghyang Siwa, karena diyakini pada hari itu Sanghyang Siwa sedang bersemedi.[2] Upacara Kajeng Kliwon termasuk dalam upacara Dewa Yadnya.[1] Masyarakat Hindu di Bali percaya bahwa upacara Kajeng Kliwon begitu suci sehingga dianggap keramat.[1] Pada saat Kajeng Kliwon, sesajian diberikan kepada Sang Hyang Dhurga Dewi.[1] Sesajian tersebut berupa nasi kepel lima warna, yakni nasi merah, nasi kuning, nasi hitam, nasi cokelat dan nasi putih.[1] Selain nasi lima warna, beberapa bawang putih dan tuak atau arak berem juga diberikan sebagai sesaji.[2] Sesajian tersebut diberikan dengan harapan rumah tangga dan anggota keluarga mendapatkan keselamatan.[2] Selain itu, sesajian tersebut juga merupakan ungkapan rasa terima kasih atas segala yang telah diberikan Sang Hyang Widhi.[1]

Referensi sunting

  1. ^ a b c d e f g "Upacara Kajeng Kliwon yang Kramat". bali.panduanwisata.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-03-21. Diakses tanggal 12 Juni 2014.22.00. 
  2. ^ a b c d "Kajeng Kliwon". wisatadewata.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-06-26. Diakses tanggal 12 Juni 2014.