Kalender Kapadokia

salah satu metode penentuan tanggal

Kalender Kapadokia adalah penanggalan surya yang diturunkan dari kalender Zoroaster. Kalender ini dinamakan setelah daerah bersejarah Kapadokia di Anatolia (kini bagian dari Turki). Kalender ini memiliki 12 bulan yang masing-masing terdiri atas 30 hari dan lima hari interkalasi, pada tahun 550 hingga 330 SM, ketika Kapadokia di bawah kekuasaan Kekaisaran Akhemeniyah. Kalender Kapadokia sangat mirip dengan kalender Zoroaster, yang dapat dilihat dalam nama dan tata penanggalannya dalam bahasa Avesta dan urutan bulan-bulannya. Kalender Kapadokia mencerminkan pengaruh budaya Iran di wilayah tersebut. Bukti yang masih ada dari kalender tersebut berasal dari Abad Kuno Akhir melalui catatan para ahli perbintangan Yunani, yang pada saat itu telah disesuaikan dengan Kalender Julius.

Peta Kapadokia di Anatolia.

Penjelasan

sunting

Kalender Kapadokia ternyata dirancang pada saat Kapadokia berupa kesatrapan Akhemeniyah.[1] Kalender ini dinamai menurut daerah di mana kalender itu digunakan. Namun, tidak ada kesepakatan tentang tanggal mulai yang tepat. Menurut sejarawan bernama Josef Marquart, penanggalan dimulai pada tahun 490 SM, sedangkan menurut filolog bernama Jacques Duchesne-Guillemin, penanggalan dimulai antara tahun 490 hingga 480 SM.[2] Kapadokia merupakan kalender surya memiliki 360 hari yang dibagi menjadi 12 bulan, yang diikuti oleh lima hari interkalasi.[3]

Kalender ini tersebut secara umum merupakan tiruan dari Kalender Zoroaster;[4] karena bangsa Persia adalah kelompok politik yang berkuasa di Kapadokia pada saat itu, kalender ini menjadi penanggalan utama wilayah tersebut dan bertahan hingga akhir Kerajaan Kapadokia.[5] Meskipun perjalanan waktu dan perbedaan dialek lokal mengakibatkan perbedaan kecil dalam ejaan, nama-nama bulan dalam kalender Kapadokia hampir serupa dengan kalender Zoroaster (Avesta).[5] Namun, secara kebahasaan, penamaan bulan lebih mirip ke bahasa Persia Pertengahan ketimbang bahasa Avesta.[5] Sedangkan tata penanggalan lebih mirip ke Avesta.[5]

Kalender Kapadokia merupakan salah satu bukti kuat peninggalan kepercayaan dan bangsa penutur Iran di Anatolia.[6] Menurut pakar Iranologi bernama Mary Boyce, kalender Kapadokia, bersama dengan kalender Persia Pertengahan, Partia, Sogdi, Khwarezmia, Baktria, dan Armenia Kuno, semuanya diturunkan dari Kalender Akhemeniyah yang telah diperkenalkan oleh bangsa Persia pada masa Akhemeniyah awal berdasarkan kepercayaan Zoroastrianisme.[7] Seiring waktu, perubahan bahasa lokal menghasilkan bentuk setempat yang berbeda.[7] Selain itu, bentuk umum kalender-kalender tersebut hampir sama.[7] Kalender Kapadokia bertahan melalui naskah-naskah perbintangan Yunani Kuno pada Abad Kuno Akhir dan masih dikenal hingga akhir abad ke-4 M.[8]

Nama bulan

sunting

Berikut merupakan nama-nama bulan dalam Kalender Kapadokia.[9]

Bulan Kapadokia Avesta Muda Persia Pertengahan Awal Persia Pertengahan (Pahlavi) Persia Modern
1 [Ar]artana[a] Fravašinąm Fravartīn Frawardīn Farvardīn
2 Artegeste (Artēye<s>tē) Ašahe vahištahe Artvahišt Ardwahišt Ordībehešt
3 Aratata Haurvatātō Harvatāt Xordā̌d Ḵordad
4 Teiri (Teirei) Tištryahe Tīr Tīr Tīr
5 Amartata Amərətātō Amurtāt Amurdā̌d Mordād
6 Sathriore (Xathriorē) Khšathrahe vairyehe Šahrevar Šahrewar Šahrīvar
7 Mithre (Mithpē) Mithrahe Mihr Mihr Mehr
8 *Apomenapa Āpa̧m Āpān Ābān Ābān
9 Athra Āthrō Atur Ādur Āḏar
10 Dathusa (Dathousa) Dathušō Dadv Day Dey
11 Osmana[b] Vaŋhə̄uš manaŋhō Vahuman Wahman Bahman
12 Sondara (Sondara[mat]) Spəntayå ārmatōiš Spendārmat Spandarmad Esfand

Menurut Boyce dan sejarawan Frantz Grenet, kesesuaian penggunaan antar-kalender yang diadopsi oleh pemeluk Zoroastrianisme di Kapadokia "umumnya seragam".[12] Mereka menambahkan bahwa satu-satunya perbedaan terletak pada penggantian Teiri (Teirei) untuk Tištrya dalam bahasa Avesta, sebuah perubahan yang dilaporkan tersebar luas di banyak masyarakat Zoroastrianisme, dan "pengabdian delapan bulan" untuk Apąm Napāt ("putra perairan") ketimbang Apąm ("perairan"), yang sepadan dengan Waruna dalam Agama India Kuno.[12] Boyce dan Grenet menulis bahwa "pengabdian bulan" tersebut merupakan keunikan dari Kalender Kapadokia, yang berarti mungkin ada perdebatan di antara pemeluk Zoroastrianisme di Kapadokia mengenai pengangkatan Anahita yang lebih tinggi daripada Waruna.[12] Boyce dan Grenet menambahkan bahwa fenomena ini menunjukkan bahwa bahkan di bawah pemerintahan kuat yang diciptakan oleh pemimpin Akhemeniyah di wilayah yang dikenal dengan pengaruh agama Persia yang kuat, para imam Persia lokal diduga memegang beberapa kedaulatan imam kecil.[13]

Penyesuaian dari Kalender Julius

sunting

Meskipun kalender Kapadokia berasal dari masa Akhemeniyah, bukti yang ada hanya berasal dari Abad Kuno Akhir, ketika kalender tersebut telah disesuaikan dengan Kaleder Julius.[14] Sejarawan Sacha Stern menyatakan bahwa kalender Kapadokia mungkin telah disesuaikan dengan kalender Julian pada tahun 44 SM.[15] Kapadokia mungkin kalender pertama di Timur Romawi yang "terjulianisasi",[c] bahkan sebelum Kalender Mesir.[16] Bahkan setelah "julianisasi" kalender pada masa kekuasaan Romawi, tanggal Tahun Baru Kapadokia masih lebih sesuai dengan Tahun Baru Zoroaster, dan tata penanggalan masih didasarkan pada kalender Persia asli yang terdiri dari 12 bulan yang masing-masing terdiri atas 30 hari diikuti oleh lima hari interkalasi .[17]

Catatan

sunting
  1. ^ Istilah Kapadokia yang berkaitan dengan "fravashi dari ashavan", yaitu Fravašinąm (Avesta Muda), Fravartīn (Persia Pertengahan Awal), Frawardīn (Persia Pertengahan Pahlavi), dan Farvardīn (Persia Modern).[10]
  2. ^ Terjemahan Vohu Manah dari bahasa Kapadokia, yaitu Vaŋhə̄uš manaŋhō (Avesta Baru), Vahuman (Persia Pertengahan Awal), Wahman (Persia Pertengahan Pahlavi), dan Bahman (Persia Modern).[11]
  3. ^ Untuk Kalender Kapadokia, penanggalan ini melibatkan penambahan hari interkalasi di tahun kabisat Kalender Julius.[16]

Referensi

sunting

Catatan kaki

sunting
  1. ^ Boyce 2009; de Jong 1997, hlm. 144; Stern 2012, hlm. 181-182, 269; Skjærvø 2018, hlm. 594
  2. ^ Panaino, Abdollahy & Balland 1990, hlm. 658-677.
  3. ^ Stern 2012, hlm. 181-182, 269; de Jong 1997, hlm. 144; Panaino, Abdollahy & Balland 1990, hlm. 658-677.
  4. ^ Panaino, Abdollahy & Balland 1990, hlm. 658-677; de Jong 1997, hlm. 144; Stern 2012, hlm. 181-182, 269.
  5. ^ a b c d Boyce & Grenet 1991, hlm. 279.
  6. ^ de Jong 1997, hlm. 144.
  7. ^ a b c Boyce 2009.
  8. ^ Panaino, Abdollahy & Balland 1990, hlm. 658-677; Boyce & Grenet 1991, hlm. 279; de Jong 1997, hlm. 144.
  9. ^ Panaino, Abdollahy & Balland 1990, hlm. 658-677; Boyce & Grenet 1991, hlm. 279-280.
  10. ^ Rose 2011, hlm. 36.
  11. ^ de Jong 1997, hlm. 266.
  12. ^ a b c Boyce & Grenet 1991, hlm. 280.
  13. ^ Boyce & Grenet 1991, hlm. 280-281; Weiskopf 1990, hlm. 780–786; Boyce 2001, hlm. 85.
  14. ^ de Jong 1997, hlm. 144; Stern 2012, hlm. 181-182, 269-271.
  15. ^ Stern 2012, hlm. 181-182, 269-271.
  16. ^ a b Stern 2012, hlm. 269.
  17. ^ Stern 2012, hlm. 182.

Daftar pustaka

sunting