Kampanye Jawa 1806–1807

kampanye militer di Hindia Belanda

Kampanye Jawa 1806–1807 adalah sebuah kampanye kecil pada Peperangan era Napoleon oleh pasukan Angkatan Laut Inggris melawan pasukan angkatan laut Kerajaan Belanda, sebuah negara klien dari Kekaisaran Prancis, yang berpusat di pulau Jawa, Hindia Belanda. Bertujuan menghilangkan segala macam ancaman terhadap konvoi dagang Inggris yang berlayar melalui Selat Malaka.

Kampanye Jawa 1806–1807
Bagian dari Peperangan era Napoleon

Penaklukan Maria Riggersbergen, 18 Oktober 1806
Thomas Whitcombe, 1817
TanggalJuni 1806 – Desember 1807
LokasiJawa, Hindia Belanda
Hasil Kemenangan Inggris
Pihak terlibat
Britania Raya Kerajaan Hollandia
Tokoh dan pemimpin
Laksamana Muda Sir Edward Pellew Laksamana Muda Hartsink

Laksamana Muda Sir Edward Pellew pada awal 1806 memutuskan bahwa angkatan laut Belanda yang berpusat di Jawa, yang meliputi beberapa ship of the line dan tiga fregat, harus dikalahkan untuk mengukuhkan kekuasaan Inggris pada daerah tersebut. Dikarenakan kurangnya angkatan bersenjata untuk penyerangan ke koloni Belanda, Pellew mengisolasi dan memblokade pasukan Belanda yang berbasis di Batavia dalam persiapan penyerbuan secara khusus yang menyasar ke kapal Belanda dengan angkatan bersenjata utamanya.

Walaupun rencananya tertunda oleh kurangnya sumberdaya dan karena Pemberontakan Vellore di India, Pellew mengirimkan fregat HMS Greyhound ke Laut Jawa pada Juli 1806. Greyhound mencegat dan mengalahkan konvoi Belanda keluar dari pantai Sulawesi.

Pada 25 Juli dan 3 bulan kemudian fregat HMS Caroline berhasil menangkap fregat Belanda Maria Riggersbergen di pintu masuk pelabuhan Batavia. Setelah kesuksesan ini, Pellew berhasil membawa pasukan utamanya memegang kendali atas pulau tersebut dan pada November 1806 ia meluncurkan serangan besar di Batavia, menghancurkan fregat yang tersisa dan sejumlah kapal perang kecil dari angkatan Belanda. Ship of the line Belanda berhasil melarikan diri sebelum serangan Pellew ke pelabuhan Gresik dekat Surabaya, dan walaupun mereka tahu dan dalam keadaan perbaikan yang masih buruk Pellew terpaksa memimpin operasi keduanya ke Jawa pada Oktober 1807, memegang kendali pelabuhan dan mengalahkan sisa angkatan laut Belanda di timur.

Kemenangan tersebut memberikan kekuasaan Inggris atas para pesaing Eropa di Samudera Pasifik timur dan Samudera Hindia barat, mengizinkan jalan perdagangan bebas bagi Inggris melalui daerah tersebut dan Inggris juga bisa fokus pada satu sisa ancaman bagi konvoi dagang mereka di Samudera Hindia: kepulauan Prancis Île Bonaparte dan Isle de France (saat ini Mauritius).

Latar belakang

Pada awal 1806, kendali atas Samudera Hindia saat Peperangan era Napoleon pecah. Kekaisaran Prancis dan negara kliennya Kerajaan Belanda menguasai benteng laut yang hebat di daerahnya, mulai dari kapal perang mereka yang bisa beroperasi terhadap kepentingan Inggris. Kepulauan Prancis Île Bonaparte dan Isle de France berkuasa atas Samudera Hindia timur, lokasi mereka mengizinkan para penyerang berlayar dalam jalur dagang Inggris dan menyerang konvoi yang terisolasi, sementara koloni Belanda di Tanjung Harapan dan Vereenigde Oost-indische Compagnie (VOC) mengendalikan titik masuk ke samudera dari timur dan barat dengan angkatan laut mereka sendiri.[1][2] Inggris, yang bermarkas di India memberi mereka kendali atas Samudera Hindia Utara, sehingga bisa mendapat suplai dan bala bantuan dari Eropa dengan lebih mudah dari lawan-lawan mereka, Angkatan Laut Kerajaan Inggris sudah dominan di perairan Eropa, akan tetapi angkatan bersenjata Inggris di daerahnya sendiri masih kurang untuk membuat dampak besar pada daerah kekuasaan Prancis dan Belanda.[3] Kendali atas Samudera Hindia penting bagi usaha perang Inggris, karena ekonomi Inggris sangat bergantung pada perdagangan atas saham Perusahaan Hindia Timur Britania dan dengan pelabuhan lain di timur, terutama di Cina.[4]

Pada tahun 1803 saat pecahnya Perang Era Napoleon, angkatan laut Prancis di bawah kuasa Laksamana Muda Charles Linois telah beroperasi di Samudera Hindia terhadap perdagangan Inggris, yang pada awalnya berbasis di Isle de France.[5]

Sasaran utama Linois antara lain Armada Cina, konvoi tahunan kapal dagang East Indiamen dan beberapa "country ship" yang berlayar dari Kanton pada awal tahun dan melalui Samudera Hindia ke Tanjung Harapan, lalu menuju utara ke Eropa. Pada 1804, konvoi ini bernilai £8 juta dan melibatkian 29 kapal yang—karena berita mendadak atas pecahnya perang—secara sepenuhnya lalai perlindungan dari Angkatan Laut Kerajaan Inggris saat langkah awal perjalanannya mengarungi Laut Cina Selatan.[6] Meski Linois pada saat itu tidak sadar akan kelemahan pertahanan konvoinya, ia tahu betapa penting dan berharganya serta tekadnya demi menghentikannya, dengan memakai Batavia di pulau Jawa sebagai markas utamanya. Secara hebat, Linois gagal mengalahkan konvoi, mundur setelah perang kecil pembuka ketika Peperangan Pulo Aura terjadi, tetapi betapa pentingnya Batavia sebagai pusat melawan armada Inggris sudah pasti.[7]

Komandan Inggris di Samudera Hindia, Laksamana Muda Peter Rainier, disibukkan dengan melindungi para pedagang yang berlayar keluar India sepanjang 1804 dan 1805 demi bisa berangkat (secara berisiko) ke Laut Jawa. Penerusnya, Laksamana Muda Sir Edward Pellew teralih perhatiannya oleh operasi berkelanjutan angkatan laut Linois dan menyerang dengan fregat yang berpusat di Isle de France demi mengambil tindakan apa saja terhadap Belanda sebelum muson pada akhir 1805, yaitu ketika ancaman yang disebabkan oleh angin topan mencegah operasi kelautan besar manapun.

Namun pada awal 1806, keberangkatan Linois ke Samudera Atlantik mengizinkan Pellew beserta pasukannya di Madras demi penetapan operasi penyerangan atas pelabuhan lawan.[8] Selain ancaman dari pasukan Prancis, Belanda menetapkan angkatan bersenjata mereka sendiri di Jawa, di bawah Laksamana Muda Hartsinck di Batavia. Pasukan ini—yang terdiri dari empat ship of the line, tiga fregat dan sejumlah kapal perang yang lebih kecil—awalnya ditugaskan dengan operasi anti bajak laut, tetapi keberadaan mereka yang begitu dekat dengan Selat Malaka adalah sumber kecemasan komando Inggris di India.[8]

Pengawasan Fregat

Usaha Pellew meluncurkan pasukan besar pada 1806—pada awalnya direncanakan untuk melawan Isle de France, bekerjasama dengan Laksamana Muda Sir Thomas Troubridge sebelum sasarannya berubah jadi Jawa—tertunda oleh pengalihan tugas Angkatan Laut Kerajaan untuk memadamkan Pemberontakan Vellore.[8] Juga, Pellew mengirimkan beberapa fregat ke Laut Jawa untuk mengawasi daerah tersebut, menyerang perkapalan Belanda dan melaporkan keadaan skuadron Belanda yang menetap di Batavia. Kapal-kapal pertama yang berangkat antara lain fregat 32 meriam HMS Greyhound di bawah pimpinan Kapten Edward Elphinstone dan "brig" dengan 18 meriam di bawah Komandan Edward Troubridge, anak dari Laksamana Troubridge.[9] Elphinstone awalnya berlayar melalui Kepulauan Maluku pada bulan Juni dan Juli dengan beberapa keberhasilan, dan pada 25 Juli ia menemukan empat kapal Belanda berlayar melalui Selat Selayar. Waspada akan angkatan laut yang lebih besar, Elphinstone mengamati kapal-kapal Belanda pada malam hari dan di pagi hari tanggal 26 Juli ia mengidentifikasi kapal-kapal tersebut: 1 fregat, 1 korvet, 2 kapal dagang, termasuk satu East Indiaman besar. Dengan respons kepada kapal-kapal Inggris, komandan Belanda N. L. Aalbers membentuk konvoinya menjadi formasi perang, berharap bisa mencegah Elphinstone mengambil keuntungan.[10] Inggris tidak mundur dan Greyhound menyerang fregat Belanda Pallas secara langsung ketika Harrier melewati antara fregat dan kapal dagang di barisan berikutnya, menyapu mereka bersama. Dalam 40 menit, Pallas menyerah dan Harrier berhasil mengejar dan menangkap kedua kapal dagang tersebut ketika korvet Belanda kabur ke pantai Sulawesi, menghindari pengejaran.[11]

Di belakang kesuksesan Elphinstone, fregat kedua masuk lautan Belanda, HMS Caroline di bawah Kapten Peter Rainier (keponakan Laksamana Rainier) berlayar di atas Laut Jawa sepanjang bulan Oktober. Di sana Rainer menemukan kapal "ship of the line" Belanda tengah berlayar ke timur dari Batavia,[12] kecuali Shrikverwekker, yang telah karam di Kepulauan Seribu pada 18 Mei dengan matinya dua awak.[13] Ia juga paham bahwa fregat Belanda Phoenix sedang menjalani perbaikan di pelabuhan terbuka di Pulau Onrust dekat pelabuhan Belanda. Berlayar dengan maksud menginvestigasi, Caroline tiba dari pelabuhan pada 18 Oktober, tetapi menemui dua brig Belanda yang membunyikan alarm, membiarkan Phoenix masuk ke pelabuhan utama.[14] Tanpa gentar, Rainier, berlayar ke pangkalan laut Batavia dan ia menemukan sejumlah kapal perang kecil dan fregat Maria Riggersbergen di sana. Kapal-kapal yang lebih kecil saling menepi daripada melawan kapal Inggris yang lebih besar, tetapi Kapten Claas Jager di Maria Riggersbergen menyerang Caroline. Dalam pertarungan sepanjang 30 menit, kapal Belanda dikalahkan dan ditangkap, Rainier mengirim para narapidana ke tepi pantai dan melepas fregat tersebut, yang di kemudian hari dinamai HMS Java.[15]

Penyerbuan Batavia

Terdorong oleh keberhasilan fregatnya di Laut Jawa, Pellew mengerahkan angkatan bersenjata yang hebat pada awal musim gugur 1806, termasuk empat ship of the line, dua fregat dan satu frig dan mereka berhasil menghabisi angkatan laut Belanda sisanya.[16] Sesampainya di Selat Sunda pada 23 November, Pellew melewati pelabuhan Bantam dan pada 27 November sampai di Batavia, membagi armadanya menjadi kapal-kapal yang lebih kecil berlayar merapat ke pantai dan ship of the line miliknya tetap di laut dalam di luar kanal menuju ke pelabuhan. Satu korvet tertangkap, dan pasukan Belanda sisanya ia serang secara tiba-tiba, sehingga Belanda salah menyangka armada Pellew itu pasukan Prancis.[14] Pada waktu itu kesalahan mereka terlihat, pelabuhan telah terblokir dan karenanya Kapten Vander Sande mengarahkan Phoenix ke pantai, diikuti oleh enam kapal perang lain dan 22 kapal dagang.[17]

Bertekad mengalahkan kapal-kapal Belanda, Laksamana Pellew memerintahkan kapal-kapal pasukannya merapat ke fregat HMS Terpsichore dikomando oleh anaknya, Kapten Fleetwood Pellew. Sekelompok pelaut dan Marinir Kerajaan lalu berangkat menuju kapal-kapal Belanda yang terdampar, di bawah perlindungan jarak jauh fregat dan menjadi diserang battery Belanda dari garis pantai.[16] Naik ke Phoenix, telah diketahui bahwa Vander Sande telah mempercepat laju kapalnya, menjadikan Phoenix tak berguna. Menguasai senjata api kapal karam tersebut, Kapten Pellew mulai menembak pada kapal yang masih merapat di dermaga, begitu juga kapal-kapalnya datang dan para pelautnya saling menaiki mereka satu sama lain, secara keseluruhan, dalam operasi tersebut satu orang meninggal dan empat orang terluka.[18] Setelah merampas kapal-kapal, kapal yang tidak bisa diperbaiki ia bakar, Kapten Pellew menunggu sampai kapal-kapal Belanda sisanya hancur sebelum membakar habis kapal Phoenix yang sedang karam tersebut, lalu ia akan kembali ke kapalnya. Totalnya, satu fregat, tujuh kapal perang yang lebih kecil dan 20 kapal dagang hancur, sedang satu kapal perang kecil dan dua kapal dagang tertangkap.[12] Dengan selesainya misinya, Laksamana Pellew memerintahkan kapal-kapalnya menyebar dan kembali ke dermaga bersahabat untuk musim dingin.[19]

Griessie (Gresik)

Ketika musim angin ribut musim dingin berakhir pada musim semi 1807, Laksamana Pellew membentuk skuadronnya di berbagai operasi mulai dari Laut Merah sampai Laut China Selatan.[19] Tanpa angkatan bersenjata yang dibutuhkan untuk operasi lebih lanjut menghadapi sisa pasukan Belanda, Pellew terpaksa membatasi operasinya di Pulau Jawa untuk pengawasan fregat, mengirim HMS Caroline dan Psyche (di bawah Fleetwood Pellew) untuk meyakinkan tempat pasti ship of the line Belanda.[20] Pada 29 Agustus, fregat-fregat tersebut sampai di Panka pada titik paling timur Jawa dan besoknya ia menangkap satu kapal dagang dari Batavia yang ternyata ship of the line Belanda merapat di Griessie (Gresik) dekat Surabaya dan telah memburuk di luar perbaikan. Dengan selesainya misi, fregat-fregat itu terpisah untuk menyerbu pengiriman barang Belanda, Psyche berlayar ke barat sepanjang pantai sampai Pellew sampai di pelabuhan Semarang.[21]

Mengamati kedua kapal sedang merapat di pelabuhan Semarang, Pellew mengirimkan kapalnya pada 31 Agustus pagi di bawah komando Letnan kersteman. Selain tembakan keras dari pemukul di pantai, Kersteman berhasil menarik kapalnya tanpa ada korban satupun, menangkap schooner dengan 8 meriam dan satu brig dagang.[9] ketika kapal-kapal tersebut menghadapi penyerangan di Semarang, Pellew melihat tiga kapal berlayar keluar dari mulut dermaga kemudian menyerangnya dan merebut kembali kapalnya secara tergesa, berujung terjadinya kejar-kejaran. Pada 15:30, dengan penguasaan Psyche yang gencar terhadap kapal-kapal Belanda, kapten-kapten mereka secara sengaja mengarahkan kapal tersebut ke pantai kira-kira dari Semarang 9 nmi (10 mi; 17 km) ke barat. Psyche mendekat ke kapal-kapal yang sedang merapat dan saling menembak pada jarak jauh, air pantai dangkal mencegah penyerangan jarak dekat.

Pada 16:30, begitu Pellew mengangkat kapalnya keluar untuk persiapan aksi pemuatan, satu kapal menyerah. Dalam hitungan menit, yang lainnya mengikuti, menembakkan tembakan samping dan menurunkan benderanya.[22] Kapal-kapal yang menyerah ditumpangi dan diapungkan, identitas mereka ditentukan sebagai korvet 24 meriam Scipio, kapal dagang bersenjata Resolutie dan kapal milik VOC bernama Ceres.

Korban dari Belanda tak diketahui namun komandan konvoi—Kapten Carriage—terbunuh dalam penyerangan singkat tersebut, sedang Psyche bisa bertahan tanpa seorangpun mati maupun terluka. Seluruh narapidana didaratkan ke Semarang di bawah pembebasan bersyarat, sebanyak bawahannya Pellew jauh dari kapal berhadiah dan orang tak bisa menghindar melihat para tahanan Belanda.[9]

Di musim panas 1807, tanggungjawab atas markas Samudera Hindia Prancis lewat Pellew di Madras sampai Laksamana Muda Albemarle Bertie di Tanjung Harapan. Hal ini membuat Pellew fokus ke VOC dan memindahkan markas ke Kota Melaka di Semenanjung Malaka.[19] Setelah menerima laporan pengawasan fregatnya, Pellew berlayar dari Malaka dengan pasukan kapal pada 20 November, bermaksud menghancurkan sisa kapal Belanda di Jawa. Sampai di Selat Madura pada 5 Desember, Pellew mengirimkan sekelompok awak perahu kecil ke Gresik dengan permintaan bahwa pihak otoritas Belanda menyerahkan kapal. Namun, Kapten Cowell—komandan angkatan laut Belanda (yang lahir di Amerika)—menolak permintaan tersebut dan menangkap awak kapal, tahu akan aksi Pellew dan menyiapkan pertahanannya. Besoknya, Pellew melayarkan pasukannya ke Selat tersebut, saling menembak dengan meriam pantai di Sambelangan di Pulau Madura.[23]

Begitu pasukan Pellew mendekati Gresik, sebuah pesan datang dari pemerintahan sipil Belanda di Surabaya, memutarbalik perintah Cowell dan menawarkan penyerahan secara utuh. Pellew menerima pesan tersebut dan pada 7 Desember saat kapal-kapalnya masuk Gresik. Namun pada saat bertukar pesan, Cowell mendapati perintah bahwa semua kapal di pelabuhan Gresik harus dihancurkan demi mencegah dari kendali Inggris.[24] Kapal-kapal tersebut ditenggelamkan di perairan dangkal, hanya menyisakan badan kapal karam untuk diambil Inggris. Pellew memerintahkan kapal karam itu semua dibakar, dan kelompok dari Inggris yang mendarat menginvestigasi kota, membakar dan menghancurkan semua suplai militer dan meriam yang mereka temukan. Kelompok lainnya mendarat di Sambelangan dan menghancurkan meriam pantai di sana. Pellew kembali pada 11 Desember, cita-citanya menghancurkan keberadaan angkatan laut Belanda di Hindia Timur telah selesai.[25]

Pasca kejadian

Keberhasilan kampanye menghadapi pasukan belanda di Hindia Timur membuat angkatan bersenjata Inggris di Samudera Hindia fokus secara khusus pada pulau milik Prancis Île Bonaparte dan Isle de France, yang terbukti sangat sulit dikalahkan sepanjang Kampanye Mauritius 1809-1811.[26] Kebebasan pergerakan angkatan bersenjata Inggris di Hindia Timur terbukti sangat berharga namun: pada 27 Januari 1807, Peter Rainier dengan Caroline telah menangkap kapal Spanyol San Raphael yang membawa lebih dari setengah juta dolar Spanyol dan kargo yang berharga eksepsional,[27] dan kemampuan penyerbuan dagang Inggris bertindak melawan kapal-kapal perdagangan Prancis, Spanyol dan Belanda di daerah tersebut telah jelas. Ketika penerus Pellew, Laksamana Muda William O'Bryen Drury mencoba mengalahkan kepulauan VOC dalam rentetan serangan berskala besar sepanjang 1810 dan 1811, pergerakan angkatan laut Inggris pada saat itu tak tertandingi sama sekali, membuat mereka mengakhiri perang secara gencar dan berhasil di Samudera Pasifik.[28]

Referensi

  1. ^ Adkins, p. 183
  2. ^ Gardiner, p. 93
  3. ^ Gardiner, p. 59
  4. ^ Adkins, p. 342
  5. ^ James, Vol. 3, p. 212
  6. ^ Woodman, p. 194
  7. ^ Clowes, p. 338
  8. ^ a b c Gardiner, p. 81
  9. ^ a b c "No. 16137". The London Gazette. 16 April 1808. hlm. 537. 
  10. ^ James, Vol. 4, p. 251
  11. ^ Clowes, p. 386.
  12. ^ a b "No. 16139". The London Gazette. 23 April 1808. hlm. 568. 
  13. ^ Grocott, p. 213
  14. ^ a b Clowes, p. 392
  15. ^ James, Vol. 4, p. 267
  16. ^ a b "No. 16044". The London Gazette. 4 Juli 1807. hlm. 893. 
  17. ^ James, Vol. 4, p. 268
  18. ^ Clowes, p. 393
  19. ^ a b c Gardiner, p. 82
  20. ^ Henderson, p. 81
  21. ^ James, Vol. 4, p. 357
  22. ^ Clowes, p. 239
  23. ^ Clowes, p. 240
  24. ^ James, Vol. 4, p. 358
  25. ^ Gardiner, p. 83
  26. ^ Gardiner, p. 95
  27. ^ "No. 16106". The London Gazette. 5 Januari 1808. hlm. 38. 
  28. ^ Gardiner, p. 110

Daftar pustaka