Kapel Sistina

kapel Katolik terkenal di Vatikan

Kapel Sistina (bahasa Latin: Sacellum Sixtinum, bahasa Italia: Cappella Sistina) adalah salah satu kapel di lingkungan Istana Apostolik, kediaman resmi Sri Paus di Kota Vatikan. Nama kapel ini diambil dari nama Paus Sistus IV, yakni paus yang memugarnya dari tahun 1473 sampai tahun 1481. Sesudah dipugar, kapel ini dijadikan tempat pelaksanaan kegiatan keagamaan maupun kenegaraan lembaga kepausan. Kapel Sistina kini dimanfaatkan sebagai tempat pelaksanaan konklaf, yakni proses pemilihan paus baru. Kapel ini terkenal karena fresko-freskonya, teristimewa fresko pada langit-langit dan fresko Penghakiman Terakhir karya Michelangelo.

  • Kapel Sistina
  • Sacellum Sixtinum  (Latin)
  • Cappella Sistina  (Italia)
Dinding timur Kapel Sistina dilihat dari altar
Agama
AfiliasiKristen Katolik
DistrikKeuskupan Roma
Ecclesiastical or organizational statusOratorium Kepausan
KepemimpinanFransiskus
Diberkati15 Agustus 1483
Lokasi
LokasiKota Vatikan
Lua error in Modul:Location_map at line 537: Tidak dapat menemukan definisi peta lokasi yang ditentukan. Baik "Modul:Location map/data/Vatikan" maupun "Templat:Location map Vatikan" tidak ada.
Koordinat41°54′11″N 12°27′16″E / 41.90306°N 12.45444°E / 41.90306; 12.45444Koordinat: 41°54′11″N 12°27′16″E / 41.90306°N 12.45444°E / 41.90306; 12.45444
Arsitektur
ArsitekBaccio Pontelli, Giovanni de Dolci[1]
TipeGedung Gereja
Peletakan batu pertama1505[1]
Rampung1508[1]
Spesifikasi
Panjang409 meter (1.342 ft)
Lebar tengah134 meter (440 ft)
Tinggi maksimum207 meter (679 ft)
Nama resmi: Kota Vatikan
JenisKebudayaan
Kriteriai, ii, iv, vi
Ditetapkan1984[2]
Nomor referensi286
Negara Pihak Takhta Suci
KawasanEropa dan Amerika Utara
Situs web
mv.vatican.va

Pada masa jabatan Paus Sistus IV, satu tim pelukis Renaisans beranggotakan Sandro Botticelli, Pietro Perugino, Pinturicchio, Domenico Ghirlandaio, dan Cosimo Rosselli membuat rangkaian fresko Riwayat Musa dan Riwayat Kristus, potret-potret para paus di atas rangkaian fresko riwayat, serta trompe l'oeil tirai berjuntai di bawah rangkaian fresko riwayat. Pengerjaan lukisan-lukisan tersebut rampung pada tahun 1482, dan Paus Sistus IV merayakan misa pertama di Kapel Sistina pada tanggal 15 August 1483, hari raya Santa Maria diangkat ke surga. Dalam kesempatan yang sama, Kapel Sistina diberkati dan didedikasikan kepada Santa Perawan Maria.[3][4]

Dari tahun 1508 sampai tahun 1512, Michelangelo melukisi langit-langit Kapel Sistina atas pesanan Paus Yulius II. Lukisan pada langit-langit Kapel Sistina telah mengubah jalan sejarah seni rupa Dunia Barat, dan dikagumi sebagai salah satu adikarya peradaban umat manusia.[5][6] Michelangelo kembali ke Roma sesudah kota itu diserbu dan dijarah tentara Kekaisaran Romawi Suci pada tahun 1527, dan mengerjakan lukisan Penghakiman Terakhir dari tahun 1535 sampai tahun 1541 atas pesanan Paus Klemens VII dan Paus Paulus III.[7] Kemasyhuran lukisan-lukisan Michelangelo telah memikat jutaan pengunjung ke Kapel Sistina selama lima ratus tahun terakhir.

Sejarah sunting

 
Perkiraan tampilan Kapel Sistina pada abad ke-15 (gambar dari abad ke-19)
 
Kapel Sistina pada tahun 2017

Meskipun terkenal sebagai tempat pelaksanaan konklaf, fungsi utama Kapel Sistina adalah tempat kerja badan pengurus Kapel Kepausan (Cappella Pontificia), salah satu dari dua badan pengurus rumah tangga kepausan, yang sampai dengan tahun 1968 dikenal dengan sebutan Majelis Istana Kepausan (Aula Pontificia). Ketika Paus Sistus IV menjabat menjelang akhir abad ke-15, badan pengurus Kapel Kepausan terdiri atas 200 orang pengurus, yang mencakup rohaniwan, pejabat negara Kota Vatikan, dan tokoh-tokoh awam terkemuka. Menurut kalender kegiatan lembaga kepausan, segenap pengurus Kapel Kepausan diwajibkan bertemu sebanyak 50 kali dalam setahun.[8] 35 dari 50 kali pertemuan tersebut adalah pertemuan untuk menghadiri perayaan misa. 8 dari 35 perayaan misa tersebut diselenggarakan di basilika, pada umumnya di Basilika Santo Petrus, dan dihadiri pula oleh sejumlah besar umat. Perayaan-perayaan misa di basilika mencakup perayaan misa Natal dan misa Paskah yang dipimpin langsung oleh Sri Paus, sementara 27 perayaan misa selebihnya dapat diselenggarakan di tempat yang lebih kecil dan jarang dikunjungi umat, yakni di Cappella Maggiore, kapel yang kelak dibangun ulang di atas lahan yang sama dan diberi nama Kapel Sistina.

Kapel ini dinamakan Cappella Maggiore (Kapel Besar), karena memang ada kapel lain yang digunakan sebagai tempat ibadat sehari-hari oleh Sri Paus dan para pegawainya. Pada masa jabatan Paus Sistus IV, kapel ini dikenal sebagai Kapel Paus Nikolaus V yang didekorasi oleh Fra Angelico. Keberadaan Cappella Maggiore sudah tercatat pada tahun 1368. Menurut keterangan yang disampaikan Andreas orang Trebizond kepada Paus Sixtus IV, pada saat Capella Maggiore akan dirubuhkan, keadaannya sudah rusak parah dan temboknya sudah doyong.[9]

Gedung pengganti Cappella Maggiore dirancang oleh Baccio Pontelli atas pesanan Paus Sistus IV, dan dikerjakan di bawah pengawasan Giovannino de Dolci dari tahun 1473 sampai tahun 1481.[1] Proporsi gedung yang ada sekarang ini agaknya hampir sama dengan proporsi gedung yang dirubuhkan. Sesudah rampung dibangun, gedung ini didekorasi dengan fresko-fresko yang dikerjakan oleh seniman-seniman kenamaan pada masa itu, antara lain Sandro Botticelli, Domenico Ghirlandaio, Pietro Perugino, dan Michelangelo.[9]

Misa pertama dirayakan di gedung kapel baru pada tanggal 15 Agustus 1483, hari raya Santa Maria diangkat ke surga. Dalam kesempatan yang sama, kapel ini diberkati dan didedikasikan kepada Santa Perawan Maria.[10]

Kapel Sistina masih digunakan sesuai fungsinya sampai sekarang, dan masih dijadikan tempat pelaksanaan ibadat-ibadat penting yang terjadwal dalam kalender kegiatan lembaga kepausan, kecuali jika Sri Paus sedang melakukan perjalanan lawatan. Kapel ini memiliki kelompok paduan suara tetap, yakni Paduan Suara Kapel Sistina. Sudah banyak lagu yang digubah khusus untuk dinyanyikan oleh kelompok paduan suara ini, yang paling terkenal adalah Miserere gubahan Gregorio Allegri.[11]

Konklaf sunting

Salah satu fungsi utama Kapel Sistina adalah sebagai tempat pemilihan Sri Paus yang baru dalam sebuah sidang tertutup (konklaf) Kolegium para Kardinal. Dalam konklaf, cerobong asap dipasang di atap kapel. Dari cerobong inilah asap akan muncul sebagai tanda dari hasil sidang tersebut. Apabila asap putih muncul, berarti Sri Paus yang baru telah terpilih. Asap putih terbuat dari pembakaran surat suara pemilihan dan beberapa zat kimia tambahan. Apabila seorang kandidat Sri Paus menerima kurang dari 2/3 jumlah suara (batasan suara mayoritas), maka para kardinal mengeluarkan asap hitam yang terbuat dari pembakaran surat suara pemilihan dengan jerami basah atau zat-zat kimia lainnya, untuk menandakan bahwa pemilihan paus yang baru belum berhasil.[12]

Konklaf juga menyediakan tempat bagi para kardinal untuk mendengarkan misa harian, dan mereka dapat makan, tidur, dan menghabiskan waktu dengan dilayani oleh para pelayan. Dari tahun 1455, konklaf diadakan di Vatikan. Sebelum itu, hingga pada masa perpecahan antara Gereja Katolik Roma dan Gereja Ortodoks Timur (Skisma Timur-Barat), konklaf diadakan di biara tarekat Dominikan bernama Santa Maria sopra Minerva.[13]

Tirai-tirai lambang resmi para kardinal pemilih sebelumnya digunakan selama konklaf sebagai tanda persamaan kederajatan. Setelah Sri Paus baru menerima pemilihannya, ia akan memilih nama barunya. Di saat itu, para kardinal lainnya akan menarik seutas tali yang terikat di kursi-kursi mereka untuk merendahkan tirai-tirai mereka tersebut. Hingga saat reformasi yang dilaksanakan oleh Santo Paus Pius X, tirai-tirai tersebut terdiri atas berbagai macam warna untuk menandakan kardinal siapa yang diangkat oleh Sri Paus. Paus Paulus VI menghapuskan tradisi tirai-tirai ini semuanya, semenjak di bawah kekuasaannya, jumlah anggota Perhimpunan para Kardinal telah bertambah sedemikian banyak sehingga para kardinal ini harus didudukkan dalam dua barisan menghadap ke dinding. Hal ini menyebabkan tirai-tirai yang ada menghalangi para kardinal yang duduk di barisan belakang.

Arsitektur sunting

 
Eksterior Kapel Sistina.

Eksterior sunting

Kapel Sistina adalah bangunan batu persegi-empat yang tinggi. Bagian luarnya tidak dihiasi dengan hiasan-hiasan arsitektur atau dekoratif seperti yang biasanya ada di banyak gereja-gereja zaman Abad Pertengahan dan Renaissance di Italia. Bangunan ini tidak memiliki facade bagian luar ataupun pintu gerbang yang dapat digunakan untuk prosesi arak-arakan karena jalan masuk selalu lewat ruang-ruang dalam di lingkungan Istana Kepausan. Ruangan dalamnya dibagi menjadi tiga lantai dengan bagian paling bawahnya berukuran sangat luas dan ditopang oleh ruang bawah tanah berbentuk setengah lingkaran yang sangat kokoh, dilengkapi juga dengan beberapa jendela dan sebuah pintu untuk menuju ke halaman luar.

Bagian atasnya adalah ruangan utama, yakni Kapel itu sendiri, dengan ukuran dalamnya adalah panjang 40,9 meter (134 kaki) dan lebar 13,4 meter (44 kaki) sesuai dengan ukuran Kuil Solomon seperti yang ada di dalam Perjanjian Lama.[14] Langit-langit yang melengkung berbentuk kubah memiliki ketinggian 20,7 meter (68 kaki) dari lantai. Bangunan ini memiliki enam jendela berbentuk melengkung di kedua sisinya dan dua jendela dengan bentuk yang sama di bagian depan dan belakangnya. Beberapa jendela ini telah ditutup, namun kapelnya masih dapat dimasuki.

Di atas langit-langit yang melengkung terdapat lantai tiga bangunan dengan kamar-kamar untuk para penjaga. Di lantai ini dibangun jalan terbuka yang mengelilingi bangunan yang ditopang oleh sirip-sirip fondasi yang muncul menggantung dari tembok. Jalan terbuka ini telah dilindungi dengan atap karena kerap kali menjadi sumber masuknya air ke kubah kapel.

Kerusakan dan keretakan di Kapel Maggiore memaksa kapel yang baru untuk membangun penopang yang sangat besar untuk menyokong dinding-dinding luar. Dibangunnya bangunan-bangunan lain di sekitarnya telah menyebabkan perubahan pada tampilan luar Kapel Sistina ini.

Interior sunting

Berkas:Sistinechapel-interior.jpg
Suasana interior Kapel Sistina.

Seperti juga kebanyakan bangunan yang diukur secara internal, ukuran pastinya sulit untuk didapatkan, namun perbandingan umum dari ukuran kapel ini dapat diperkirakan dengan cukup akurat. Panjang bangunan ini adalah ukuran dasarnya, dibagi tiga untuk memperoleh ukuran lebar bangunan dan dibagi dua untuk memperoleh ukuran tinggi bangunan. Sehingga terciptalah rasio 6:2:3 untuk panjang, lebar dan tinggi bangunan.

Dengan menggunakan rasio tersebut, terdapat enam jendela di tiap sisi bangunan dan dua jendela di bagian depan dan belakang bangunan. Selembar penyekat yang memisahkan kapel sebenarnya diletakkan tepat di tengah-tengah antara dinding altar dan pintu masuk, namun hal ini telah berubah. Ukuran perbandingan yang jelas merupakan ciri khas arsitektur Renaissance dan mencerminkan berkembangnya ketertarikan terhadap warisan klasik Romawi.

Langit-langit kapel adalah kubah berbentuk seperti tong yang dipipihkan, yang tergantung dari sebuah jalur yang mengitari tembok-tembok pada ketinggian yang sama dengan lengkungan jendela. Kubah ini dipisah-pisahkan menjadi kubah-kubah kecil di atas tiap jendela, yang membagi kubah tersebut di bagian terbawahnya menjadi sebuah susunan sanggahan kubah (pendentive) yang besar yang seakan-akan muncul dari tiang tembok (pilaster) yang sempit di antara jendela-jendelanya. Kubah kapel ini sebenarnya dicat warna biru cerah dan dihiasi dengan bintang-bintang emas, sesuai dengan rancangan Piermatteo Lauro de Manfredi da Amelia.[9]

Tempat berjalan di dalam kapel bergaya opus alexandrium, yakni gaya dekorasi menggunakan marmer dan batu-batu berwarna dalam sebuah pola yang mencerminkan ukuran perbandingan yang tadi disebutkan ke dalam bagian interior. Gaya ini juga untuk menandai arah jalannya prosesi dari pintu utama yang biasa digunakan oleh paus pada acara-acara penting seperti Minggu Palma.

Penyekat atau transenna dari marmer yang dibuat oleh Mino da Fiesole, Andrea Bregno dan Giovanni Dalmata membagi kapel ini menjadi dua bagian yang sama luasnya.[15] Sebenarnya penyekat ini membagi ruangan yang sama besarnya bagi anggota-anggota Kapel Kepausan yang ditempatkan di area dekat dengan altar dan bagi para peziarah dan penduduk lainnya, namun seiring dengan bertambahnya jumlah umat yang menghadiri misa yang dipimpin oleh paus, penyekat ini dipindahkan untuk memberikan tempat yang lebih luas bagi para peziarah dan orang awam.

Bagian atas transenna ini dihiasi dengan tempat lilin yang penuh hiasan, sebelumnya pernah disepuh emas, dan memiliki sebuah pintu kayu, yang sebelumnya adalah pintu indah berlapiskan besi yang ditempa. Para pembuat transenna juga membangun cantoria atau balkon tempat paduan suara yang menjorok ke luar dan seakan-akan menggantung di udara.

Permadani Raphael sunting

Berkas:Raphaeltapestry fishes.jpg
Salah satu dari sepuluh permadani yang dibuat oleh Raphael untuk Kapel Sistina.

Selama masa upacara penting tertentu, dinding samping kapel ditutupi dengan rangkaian permadani yang aslinya dikerjakan oleh Raphael untuk kapel ini, namun kemudian dirampok oleh tentara-tentara Prancis selama jatuhnya kota Roma tahun 1527 sehingga menjadi tersebar di seputar Eropa. Permadani-permadani ini menggambarkan peristiwa-peristiwa dari kehidupan Santo Petrus dan Santo Paulus seperti yang digambarkan dalam Injil dan kitab Kisah Para Rasul. Pada akhir abad ke-20, rangkaian permadani ini digabungkan dan ditampilkan kembali di dalam Kapel Sistina pada tahun 1983. Gambar rancangan untuk persiapan produksi dalam ukuran sebenarnya bagi tujuh permadani (dari sepuluh yang ada), yang dikenal dengan sebutan Gambar Rancangan Raphael, kini disimpan di London.[16]

Dekorasi sunting

 
Diagram dekorasi fresko di tembok dan atap.

Lukisan-lukisan dekorasi Kapel Sistina terdiri atas lukisan-lukisan dinding dan rangkaian permadani. Semuanya adalah hasil karya dari berbagai seniman yang berbeda dan merupakan bagian dari beberapa penugasan yang berbeda dari pihak Vatikan (beberapa di antaranya bahkan bertentangan antara satu dengan lainnya).

Dinding-dinding kapel dibagi menjadi tiga tingkatan. Bagian bawahnya dihiasi dengan gantungan-gantungan dinding yang penuh hiasan yang terbuat dari perak dan emas. Bagian tengahnya memiliki dua rangkaian lukisan yang saling mendukung satu dengan lainnya, yakni lukisan-lukisan tentang Kehidupan Nabi Musa dan Kehidupan Yesus Kristus. Lukisan-lukisan ini ditugaskan pada tahun 1480 oleh Paus Siktus IV kepada Ghirlandaio, Botticelli, Perugino dan Cosimo Roselli beserta semua fasilitas kerja mereka. Bagian atasnya dibagi menjadi dua zona. Pada bagian bawah jendela terdapat galeri lukisan para Sri Paus yang dikerjakan bersamaan dengan lukisan-lukisan Kehidupan tersebut di atas. Di sekitar bagian atas jendela yang berbentuk lengkungan --- area yang dikenal dengan nama lunette --- dilukiskan para nenek moyang Yesus Kristus, yang dilukis oleh Michelangelo sebagai bagian dari skema lukisannya di langit-langit kapel.

 
Paus Julius II.

Bagian langit-langit, ditugaskan oleh Paus Julius II dan dilukis oleh Michelangelo dari tahun 1508 hingga tahun 1511, memiliki sebuah rangkaian dari sembilan lukisan yang menggambarkan Penciptaan Dunia oleh Tuhan, Hubungan Tuhan dengan Manusia, dan Jatuhnya Manusia dari Cinta Tuhan. Pada pendentive besar yang menyanggah kubah, dilukiskan dua belas pria dan wanita dari zaman Kitab Suci dan Klasik yang menubuatkan bahwa Tuhan akan mengirimkan Yesus Kristus ke dunia bagi penyelamatan umat manusia.

Pada tahun 1515, Raphael ditugaskan oleh Paus Leo X untuk merancang rangkaian sepuluh permadani untuk digantung di sekitar bagaian bawah dinding kapel, menggantung di bawah rangkaian lukisan dinding abad ke-15 yang ditugaskan oleh Paus Siktus IV.[17] Raphael melihat penugasan ini sebagai sebuah kesempatan untuk disejajarkan dengan Michelangelo, sementara Paus Leo X melihat permadani-permadani tersebut sebagai "jawaban"-nya terhadap lukisan-lukisan di langit-langit yang ditugaskan pada masa Paus Julius II.[18] Tema yang Raphael pilih adalah berdasarkan pada kitab Kisah Para Rasul. Pengerjaannya dimulai di pertengahan tahun 1515. Oleh karena ukurannya yang besar, produksi permadani-permadani ini dilakukan di Brussels, dan membutuhkan waktu empat tahun untuk menyelesaikannya oleh tangan-tangan para tukang tenun di gudang kerja milik Pieter van Aelst.[19]

Meskipun rancangan rumit Michelangelo untuk langit-langit kapel bukanlah seperti yang dibayangkan oleh orang yang menugaskannya (Paus Julius II) ketika ia menugaskan Michelangelo untuk melukiskan Keduabelas Rasul, skema lukisan tersebut menampilkan sebuah pola ikonografi yang konsisten, namun pekerjaan ini terganggu oleh penugasan lain kepada Michelangelo untuk melukis dinding di atas altar dengan tema Pengadilan Terakhir (1537-1541). Pengerjaan lukisan tema ini mengakibatkan penghapusan dua episode dari rangkaian lukisan Kehidupan, beberapa lukisan Sri Paus dan dua kelompok lukisan para nenek moyang Yesus Kristus. Dua jendela menjadi tertutup dan dua permadani Raphael menjadi mubazir.

Lukisan dinding sunting

Lukisan-lukisan dinding dikerjakan oleh para pelukis terkenal pada abad ke-15: Pietro Perugino, Sandro Botticelli, Domenico Ghirlandaio, Cosimo Rosselli, Luca Signorelli dan orang-orang di tempat-tempat kerja mereka, termasuk Pinturicchio, Piero di Cosimo dan Bartolomeo della Gatta.[20] Tema-tema yang diambil adalah tema sejarah religius, dipilih dan dibagi ke dalam konsep sejarah dunia pada Abad Pertengahan: sebelum Sepuluh Perintah Allah diberikan kepada Nabi Musa, masa antara Nabi Musa dan kelahiran Yesus Kristus, dan era Kristen setelahnya. Karya-karya ini menekankan kesinambungan antara kitab Perjanjian Lama dan kitab Perjanjian Baru, atau transisi dari hukum Nabi Musa ke dalam agama Kristen.

 
Cuplikan dari kehidupan Musa karya Sandro Botticelli.

Dinding-dinding kapel dilukis dalam sebuah periode yang telatif cukup singkat, sekitar sebelas bulan antara bulan Juli 1481 hingga bulan Mei 1482.[21] Setiap pelukis diharuskan untuk membuat contoh lukisan dinding terlebih dahulu. Contoh lukisan ini rencananya akan diteliti dan dievaluasi secara resmi pada bulan Januari 1482, namun sudah menjadi bukti, bahkan di tahap-tahap awal pengerjaannya, bahwa lukisan-lukisan dinding tersebut akan menjadi karya yang memuaskan. Sehingga, pada bulan Oktober 1481, para seniman diberikan tugas secara resmi untuk mengerjakan sepuluh cerita sisanya.

Jalur cerita lukisan dalam Kapel Sistina disusun berbentuk sebuah rangkaian lukisan. Tiap rangkaian diambil dari cerita-cerita kitab Perjanjian Lama (Kehidupan Nabi Musa) dan kitab Perjanjian Baru (Kehidupan Yesus Kristus). Jalur ceritanya dimulai dari dinding altar --- tempat lukisan Pengadilan Terkahir karya Michelangelo akan berada tiga puluh tahun kemudian --- berlanjut di sepanjang dinding-dinding kapel yang panjang, dan berakhir di dinding pintu masuk. Sebuah galeri lukisan-lukisan para paus dilukiskan di atas cerita-cerita ini. Selama lukisan-lukisan cerita ini belum selesai, keberadaan gorden yang penuh lukisan menutupi area tersebut. Tiap-tiap gambar dari dua alur cerita mengandung referensi tipologi antara satu dengan yang lainnya. Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dimengerti membentuk satu hal yang utuh, dengan Nabi Musa tampil sebagai figur awal Kristus.

Kedudukan tipologi alur cerita Nabi Musa dan Yesus Kristus memiliki dimensi politis yang melebihi dari hanya penggambaran hubungan antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Paus Siktus IV melancarkan rencana yang matang untuk menggambarkan, melalui cerita-cerita ini, legitimasi kekuasaan Paus yang berlangsung dari Nabi Musa, melalui Kristus, kepada Santo Petrus yang kekuasaan tertingginya dianugerahkan oleh Kristus, dan yang akhirnya jatuh pada Paus terpilih saat ini. Penggambaran di atas digunakan secara jelas untuk menggambarkan garis hak waris kekuasaan yang dianugerahkan oleh Tuhan tersebut.

Dua gambaran yang paling penting dari lukisan-lukisan dinding tersebut, "Kristus Memberikan Kunci kepada Santo Petrus" karya Perugino dan "Penghukuman Korah" karya Botticelli. Kedua lukisan ini menampilkan gambar Gerbang Kemenangan Kaisar Konstantin Agung, kaisar Kristen pertama, yang memberikan kekuasaan sementara Sri Paus atas dunia Romawi Barat. Keberadaan Gerbang Kemenangan tersebut secara halus meremehkan hadiah dari kekaisaran mengenai kekuasaan Sri Paus. Dengan lukisan ini, Paus Siktus IV tidak hanya menggambarkan posisinya dalam garis penerus gembala manusia yang dimulai pada zaman Perjanjian Lama dan terus berlangsung melewati zaman Perjanjian Baru hingga hari ini. Secara bersamaan, lukisan tersebut mengemukakan kembali pandangan bahwa paus adalah penerus resmi dari Kekaisaran Romawi.

Kristus Memberikan Kunci kepada Santo Petrus sunting

Berkas:Sistinechapel-pietroperugino.jpg
Lukisan "Kristus Memberikan Kunci kepada Santo Petrus.

Di antara lukisan-lukisan dinding Perugino di dalam Kapel Sistina, lukisan "Kristus Memberikan Kunci kepada Santo Petrus" adalah lukisan yang paling jelas maknanya. Lukisan ini adalah sebuah referensi pada Injil Matius bab 16,[22][23][24] yang berisi mengenai "kunci Kerajaan Surga" yang diberikan kepada Santo Petrus.[25] Kunci-kunci ini merupakan lambang kekuasaan untuk mengampuni dan menyebarkan Sabda Tuhan, sehingga kunci-kunci ini memiliki kekuasaan untuk memberikan jalan masuk menuju surga. Gambar-gambar utamanya ditata di tengah-tengah lukisan, diapit antara dua baris padat dekat dengan permukaan gambar dan jauh di bawah kaki langit.[26]

Gambar kelompok utamanya, yakni yang menunjukkan Kristus sedang menyerahkan kunci-kunci perak dan emas kepada Santo Petrus yang sedang berlutut, dikelilingi oleh rasul-rasul lainnya, termasuk juga Yudas Iskariot (gambar orang kelima di sebelah kiri gambar Kristus), semuanya dengan lingkaran cahaya di kepala mereka, bersama dengan potret tokoh-tokoh masa itu, termasuk gambar yang disinyalir merupakan foto diri (gambar orang kelima dari ujung sebelah kanan). Lapangan terbuka yang datar dipisahkan oleh batu-batu berwarna menjadi bujursangkar besar yang menggambarkan lokasi jauh di belakang gambar utamanya, walaupun bujursangkar-bujursangkar ini tidak digunakan untuk menentukan tata ruang. Hubungan antara gambar-gambar manusia dan perkiraan bantuk Kuil Solomon yang memiliki serambi bertiang yang mendominasi lukisan tersebut juga tidak dijelaskan secara efektif. Gerbang-gerbang kemenangan di sudut-sudut lukisan terlihat hadir sebagai Referensi-Referensi para kolektor barang antik yang berlebihan yang cocok bagi orang-orang Romawi. Tersebar di tampakan jarak yang tidak terlalu jauh adalah dua gambaran sekunder dari Kehidupan Kristus, yaitu Uang Upeti di sebelah kiri dan Perajaman Kristus di sebelah kanan.

Gaya penggambaran orang-orang di lukisan ini terinspirasi dari Andrea del Verrocchio.[27] Kain gorden yang penuh dengan motif yang rumit, dan gambar orang-orang, terutama beberapa rasul, termasuk di antaranya Santo Yohanes Penginjil, dengan ciri-ciri fisik yang cantik, rambut panjang terurai, sikap yang anggun, dan penuh kemurnian mengingatkan akan "Santo Thomas", salah satu patung perunggu karya Verrocchio di Orsanmichele. Pose beberapa gambar orang memiliki beberapa sikap yang secara konsisten dipergunakan berulang kali, biasanya digambarkan terbalik dari satu sisi ke sisi yang lain, menandakan penggunaan model dasar gambar yang sama. Gambar-gambar ini terlihat anggun yang cenderung untuk berdiri tegak di atas tanah. Kepala-kepala mereka terkesan sedikit kekecilan dibandingkan dengan proporsi tubuh mereka, dan ciri-ciri fisik mereka dilengkapi dengan hal-hal yang sangat mendetail.

Kuil Yerusalem yang bersegi delapan[28] dan serambi-serambinya yang mendominasi poros tengah pastilah berlatar belakang sebuah proyek yang diciptakan oleh seorang arsitek, namun Perugino membuatnya seperti "terjemahan" dari model kayu bangunan, dilukiskan dengan ketelitian yang luar biasa. Bangunan tersebut dengan gerbang-gerbangnya berfungsi sebagai sebuah latar belakang bagi gambar-gambar aktivitas di depannya. Perugino membuat sebuah kontribusi penting dalam melukis pemandangan. Suatu rasa akan dunia yang tanpa batas yang terbentang di kaki langit dapat dirasakan lebih kuat dibandingkan karya-karya lukis rekan-rekan seniman pada zamannya. Pohon-pohon yang menari ringan di hadapan langit yang penuh awan dan bukit-bukit berwarna abu-abu kebiruan di kejauhan menggambarkan sebuah gaya melukis yang menjadi acuan pelukis-pelukis pada masa berikutnya, terutama Raphael.

Peristiwa-peristiwa dalam kehidupan Nabi Musa sunting

Berkas:Sistinechapel-sandrobotticelli-moses.jpg
Lukisan "Peristiwa-peristiwa dalam Kehidupan Nabi Musa.

Sandro Botticelli melukis tiga lukisan dalam periode yang singkat (sebelas bulan): Peristiwa-peristiwa dalam Kehidupan Nabi Musa, Percobaan terhadap Yesus Kristus, dan Penghukuman Korah.[21] Ia juga melukis di bagian atas gambar-gambar peristiwa dari Kitab Suci, dengan bantuan yang besar dari anak buahnya, beberapa potret paus yang sebagian besar telah dilukis ulang. Dalam semua karya-karya ini lukisannya terkesan cukup lemah.

Lukisan "Peristiwa-peristiwa dalam Kehidupan Nabi Musa" berada di sisi yang berlawanan dengan lukisan "Percobaan terhadap Yesus Kristus", juga dilukis oleh Botticelli. Kedua lukisan ini secara tipologi ada hubungannya, yakni keduanya berkenaan dengan tema percobaan. Botticelli menggabungkan tujuh episode dari kehidupan Nabi Musa muda ke dalam sebuah pemandangan dengan keahlian yang luar biasa, yakni dengan mengelompokkan gambar-gambar orangnya ke dalam empat baris diagonal.

Penghukuman Korah sunting

Berkas:Sistinechapel-sandrobotticelli-korah.jpg
Lukisan "Penghukuman Korah".

Pesan dari lukisan ini memberikan kunci untuk mengerti akan Kapel Sistina sebagai suatu keutuhan sebelum adanya karya-karya Michelangelo. Lukisan dindingnya menggambarkan tiga episode, dengan setiap episode menggambarkan pemberontakan orang Yahudi terhadap para pemimpin pilihan Tuhan (Nabi Musa dan Harun), bersama dengan hukuman Tuhan yang terjadi selanjutnya bagi para penghasut pemberontakan tersebut.

Pada sisi sebelah kanan dilukiskan pemberontakan orang Yahudi terhadap Nabi Musa. Sang Nabi digambarkan sebagai seorang tua baya dengan janggut putih panjang, berbusana gaun panjang kuning dan jubah panjang hijau. Marah karena berbagai cobaan yang mereka alami dalam perjalanan keluar dari Mesir, orang-orang Yahudi ini meminta agar Nabi Musa disingkirkan. Mereka meminta seorang pemimpin baru, seseorang yang akan membawa mereka kembali ke Mesir, dan mereka mengancam akan merajam Nabi Musa, namun Yosua menghalang-halangi niat orang-orang tersebut seperti yang tergambar di dalam lukisan Botticelli.

Bagian tengah lukisan dinding menggambarkan pemberontakan anak-anak Harun dan beberapa orang kaum Levi di bawah pimpinan Korah yang, sebagai penentangan mereka terhadap kekuasaan Harun sebagai Imam Tinggi, mempersembahkan dupa sendiri.[29] Di latar belakang terlihat Harun dengan jubah birunya mengayunkan dupanya sembari berdiri tegak dan dengan penuh khidmat, sementara musuh-musuhnya terhuyung-huyung dan terjatuh ke tanah bersama dupa-dupa mereka atas perintah Tuhan. Hukuman bagi mereka terjadi kemudian di sisi sebelah kiri lukisan ketika tanah retak terbuka dan menelan para pemberontak tersebut ke dalamnya. Dua putra Korah yang tidak bersalah tampak mengambang di awan, diselamatkan dari hukuman Tuhan.

Pesan utama dari peristiwa-peristiwa ini merupakan perwujudan dari tulisan di bagian tengah gerbang kemenangan kota: "Biarlah tidak ada manusia yang mendapatkan kehormatan bagi dirinya sendiri kecuali bagi mereka yang dipilih oleh Tuhan, seperti Harun." Lukisan dinding ini oleh karenanya mengingatkan orang akan sebuah peringatan bahwa hukuman Tuhan akan diberikan kepada mereka yang melawan para pemimpin yang dipilih Tuhan. Peringatan ini juga mengandung Referensi politik masa kini lewat penggambaran Harun dalam lukisan dinding tersebut, yang digambarkan mengenakan tiara dengan tiga susunan lingkaran milik Sri Paus sehingga gambaran ini dimengerti sebagai gambaran akan pendahulu para paus. Ini merupakan peringatan bagi mereka yang mempertanyakan kekuasaan tertinggi Sri Paus atas Gereja. Hak paus terhadap kepemimpinan Gereja adalah anugerah dari Tuhan, asal-usulnya berada pada saat Kristus memberikan Santo Petrus kunci Kerajaan Surga dan oleh karenanya memberikan kedudukan tertinggi dalam Gereja yang masih muda. Perugino melukiskan unsur penting mengenai doktrin kedudukan tertinggi Sri Paus dalam Gereja ini berhadapan langsung dengan lukisan dinding Botticelli.

Percobaan terhadap Kristus sunting

Berkas:Sistinechapel-sandrobotticelli-temptation.jpg
Lukisan "Percobaan terhadap Kristus".

Lukisan dinding ini yang dimulai oleh Botticelli pada bulan Juli 1481 adalah lukisan ketiga dalam rangkaian lukisan Kristus dan menggambarkan percobaan terhadap Kristus. Tiga cobaan setan yang ditawarkan kepada Kristus, seperti yang digambarkan dalam Injil Matius, dapat terlihat di latar belakang lukisan dengan setan menyamar sebagai seorang pertapa. Di bagian kiri atas, di atas gunung, setan menantang Kristus untuk mengubah batu menjadi roti; di bagian tengah terlihat setan dan Kristus berdiri di sebuah kuil dengan setan sedang berusaha merayu Kristus untuk menjatuhkan dirinya sendiri; di bagian kanan, akhir ceritanya, setan menunjukkan Putra Allah segala kekayaan duniawi yang indah dan memberikan semuanya itu pada Kristus apabila Sang Putra Allah bersedia menjadikan setan tuan-Nya. Namun Kristus mengusir setan tersebut dan memperlihatkan bentuk asli dari setan itu.[21]

 
Detail dari Percobaan Terhadap Kristus.

Di bagian belakang kanan, tiga malaikat telah mempersiapkan sebuah meja untuk perayaan Ekaristi, sebuah gambar yang hanya bisa dimengerti ketika melihatnya dalam hubungannya dengan peristiwa yang terjadi di bagian depan lukisan.[30] Isi kedua gambar ini diperjelas dengan kemunculan kembali Kristus bersama tiga malaikat di bagian tengah bawah lukisan. Ia tampak menjelaskan peristiwa yang terjadi di bagian depan lukisan kepada para abdi Tuhan tersebut.

Terdapat pertanyaan mengenai keberadaan upacara kurban ala Yahudi di sana, hal yang dilakukan tiap hari di depan kuil menurut ajaran tradisi tua. Imam Agung menerima mangkuk berisi penuh darah kurban, sementara beberapa orang membawa hewan dan kayu sebagai kurban. Sekilas terlihat bahwa dimasukkannya gambar upacara kurban ala Yahudi dalam rangkaian lukisan Kristus akan tampak membingungkan, namun penjelasannya mungkin terdapat di dalam interpretasi tipologi. Upacara kurban Yahudi di sini merujuk pada penyaliban Kristus, yang melalui wafat-Nya Ia mempersembahkan tubuh dan darah-Nya demi penebusan dosa manusia. Pengorbanan Kristus diperingati dalam peringatan Ekaristi, yang secara halus digambarkan di lukisan tersebut sebagai berbagai persembahan di atas meja yang dipersiapkan oleh para malaikat.

Michelangelo sunting

 
Sebagian kiri atap setelah restorasi.

Michelangelo ditugaskan oleh Paus Julius II pada tahun 1508 untuk melukis kembali langit-langit kapel yang sebelumnya berhiaskan lukisan bintang-bintang emas di langit biru. Pekerjaan ini diselesaikan antara tahun 1508 sampai 1 November 1512. Ia melukis "Pengadilan Terakhir" di atas altar, antara tahun 1535 sampai 1541, berdasarkan tugas dari Paus Paulus III Farnese.[31]

Michelangelo merasa takut akan besarnya tugasnya ini. Ia merasa bahwa ia lebih sebagai seorang pematung daripada sebagai seorang pelukis. Ia juga curiga pada besarnya proyek yang ditawarkan kepadanya oleh orang-orang yang dianggap musuh-musuhnya sebagai sebuah jebakan agar ia gagal. Bagi Michelangelo, proyek ini merupakan gangguan dari proyek pembuatan patung marmernya yang telah ia kerjakan selama beberapa tahun terakhir.[32]

Sumber inspirasi Michelangelo tidak mudah diketahui. Baik teolog aliran Joachim dan aliran Agustinus berada di dalam lingkaran pengaruh Julius. Tidak diketahui juga dengan pasti tangan siapakah yang benar-benar secara fisik melukis semua gambar yang dianggap karya Michelangelo tersebut.[33]

Langit-langit kapel sunting

 
Lukisan Tuhan memberikan kehidupan kepada Adam.

Pada tahun 1508, Michelangelo ditugaskan oleh Paus Julius II untuk melukis langit-langit kapel. Tugas ini memakan waktu dari tahun 1512 hingga selesai.[34] Agar dapat menggapai langit-langit, Michelangelo membutuhkan alat bantu. Ide pertama diberikan oleh arsitek favorit Paus Julius II bernama Donato Bramante yang ingin membuatkan tangga yang digantung di udara menggunakan tali tambang, namun Bramante tidak berhasil menyelesaikan tugasnya, dan alhasil kerangka mekanisme yang ia bangun tidak sempurna. Ia melubangi langit-langit kapel sebagai tempat untuk menggantung tali yang menahan tangga gantung. Michelangelo tertawa ketika ia melihat kerangka tersebut dan percaya bahwa benda tersebut akan meninggalkan lubang di langit-langit begitu pekerjaan melukis selesai. Ia bertanya pada Bramante apa yang akan terjadi ketika seorang pelukis mencapai lubang-lubang tersebut untuk melukis, tapi sang arsitek tidak memiliki jawaban.

Masalah ini dibawa ke depan Sri Paus yang kemudian menginstruksikan Michelangelo untuk membuat tangga sendiri. Michelangelo lantas menciptakan pijakan-pijakan kayu yang dipasang di lubang-lubang dinding yang tingginya hingga mendekati bagian atas jendela. Ia berdiri di atas tangga kayu ini saat ia melukis.[35]

Michelangelo menggunakan warna-warna cerah, yang sangat mudah untuk dilihat dari lantai kapel. Pada bagian terendah dari langit-langit tersebut ia melukiskan para nenek moyang Kristus. Di atasnya ia melukiskan para nabi, pria dan wanita secara bergantian, dimulai dengan Nabi Yunus di atas altar. Pada bagian tertingginya Michelangelo melukis sembilan cerita dari Kitab Kejadian. Asalnya ia ditugasi untuk hanya melukis 12 gambar orang, para Rasul. Ia menolak tugas tersebut karena ia merasa dirinya sebagai seorang pematung dan bukan seorang pelukis. Sebagai komprominya, Sri Paus memperbolehkan Michelangelo untuk melukiskan peristiwa-peristiwa Kitab Suci pilihannya sendiri. Ketika pekerjaan tersebut selesai, ia telah melukis lebih dari 300 gambar orang. Figur-figur yang ia lukis menampilkan peristiwa penciptaan, Adam dan Hawa di Taman Eden, dan Air Bah Nabi Nuh.

Pengadilan Terakhir sunting

 
Santo Bartholomeus memegang pisau kemartirannya dan kulitnya yang telah dikuliti dalam Pengadilan Terakhir.

"Pengadilan Terakhir" dilukis oleh Michelangelo antara tahun 1535-1541, setelah Jatuhnya Roma tahun 1527 oleh para tentara bayaran dari Kekaisaran Romawi Suci, yang secara efektif mengakhiri zaman Renaissance Roma, tak lama sebelum Konsili Trento. Pengerjaannya dilakukan dalam ukuran yang besar, dan meliputi semua dinding di belakang altar Kapel Sistina.

"Pengadilan Terakhir" merupakan penggambaran atas datangnya kembali Kristus dan hari kiamat. Roh-roh manusia diangkat ke surga atau dicampakkan ke neraka sesuai dengan pengadilan oleh Kristus dan para pengikut suci-Nya. Dinding "Pengadilan Terakhir" dilukis sedemikian rupa sehingga seakan-akan semakin ke atas bagian lukisannya terasa semakin menyelimuti orang-orang yang melihatnya. Ini dimaksudkan untuk menjadikan lukisan tersebut terkesan menakutkan dan untuk menanamkan ketakwaan dan penghormatan yang dalam kepada kekuasaan Tuhan. Lain dibandingkan dengan lukisan-lukisan dinding lainnya di dalam kapel, figur-figur yang dilukis di lukisan ini terlihat sangat berotot dan terkesan tersiksa. Bahkan Santa Perawan Maria yang berada di tengah-tengah lukisan juga terlihat sedikit ketakutan di hadapan Tuhan.

Berkas:Sistinechapel-michelangelo-judgment.jpg
Lukisan "Pengadilan Terakhir".

"Pengadilan Terakhir" merupakan masalah dari perselisihan yang sengit antara Kardinal Carafa dan Michelangelo. Oleh karena ia menampilkan gambar-gambar orang yang telanjang, sang seniman dituduh bersalah atas karya-karya yang tidak bermoral dan penuh kecabulan. Kampanye sensor (dikenal dengan nama "Kampanye Daun Ara") dirancang oleh Carafa dan Monsinyur Sernini (duta besar Mantua) untuk menghapus lukisan dinding tersebut. Ketika pejabat acara Sri Paus, Biagio de Cesena, mengatakan "sangatlah memalukan bahwa di dalam sebuah tempat yang suci terdapat semua gambar-gambar telanjang itu, memamerkan diri mereka dengan sangat memalukannya, dan bahwa karya itu bukanlah karya untuk kapel Sri Paus, melainkan karya untuk rumah-rumah pemandian dan minum-minum."[36] Michelangelo lantas menggunakan rupa de Cesena untuk melukis Minos, hakim dari neraka. Alkisah ketika pejabat gereja itu mengadukan hal ini kepada atasannya, Sri Paus menjawab bahwa daerah kekuasaannya tidak mencapai neraka, sehingga lukisan itu harus tetap ada.

Alat-alat kelamin yang ada di lukisan dinding tersebut kemudian di-"tutupi" oleh seniman Daniele da Volterra.[37] Sejarah mengingatnya dengan nama sebutan yang merendahkan "Il Braghettone" — sang pelukis celana.

Restorasi dan kontroversi sunting

Proyek restorasi langit-langit Kapel Sistina dimulai pada tanggal 7 November 1984. Setelah selesai, kapel dibuka kembali bagi publik pada tanggal 8 April 1994. Bagian restorasi dalam Kapel Sistina yang menimbulkan kekhawatiran paling besar adalah bagian langit-langitnya, yang dilukis oleh Michelangelo. Timbulnya figur-figur Para Leluhur Kristus yang berwarna terang dari warna yang kelam memunculkan sebuah reaksi ketakutan bahwa proses restorasi telah melakukan proses pembersihan yang terlalu berlabuhan.

 
Daniel, sebelum dan sesudah restorasi.

Masalahnya terdapat di dalam analisis dan pengertian akan teknik yang digunakan oleh Michelangelo, dan reaksi teknik dari para pekerja restorasi atas pengertian tersebut. Sebuah penelitian yang mendalam tentang lunette lukisan-lukisan dinding ini meyakinkan para pekerja restorasi bahwa Michelangelo bekerja sepenuhnya dengan menggunakan teknik buon fresco; yakni sang seniman hanya mengerjakan karyanya pada plester yang baru diletakkan, dan setiap bagian dari karyanya diselesaikan ketika plester tersebut masih dalam kondisi baru. Dengan kata lain, Michelangelo tidak bekerja dengan teknik a secco atau ia tidak datang kembali kemudian dan menambahkan detail di lukisannya pada plester yang sudah kering.

Para pekerja restorasi, yang menganggap bahwa sang seniman mengambil sebuah teknik untuk seluruh lukisannya, mengambil pendekatan menyeluruh pada proses restorasi. Sebuah keputusan dibuat bahwa semua lapisan berwarna suram dari lem hewani dan jelaga (debu lampu api), semua yang berasal dari lilin, dan semua area yang diwarnai berlebihan adalah hasil kontaminasi satu hal dari beberapa hal berikut ini: penimbunan asap, usaha-usaha restorasi pada zaman dulu dan pewarnaan tambahan oleh para pekerja restorasi berikutnya yang berusaha untuk menghidupkan kembali wujud lukisan tersebut. Berdasarkan keputusan ini, berdasarkan penelitian Arguimbau atas data restorasi yang ada, para ahli kimia dari tim restorasi menentukan sebuah larutan kimia yang secara efektif menghilangkan hal-hal lain di lukisan tersebut kecuali bagian plester yang diwarnai. Setelah penggunaan cairan kimia tersebut, hanya bagian-bagian yang dilukis buon fresco yang tersisa.

Catatan kaki sunting

  1. ^ a b c d Ekelund, Hébert & Tollison 2006, hlm. 313
  2. ^ Vatican City, Whc.unesco.org, diakses tanggal 9 Agustus 2011 
  3. ^ Pietrangeli 1986, hlm. 28
  4. ^ Monfasani, John (1983), "A Description of the Sistine Chapel under Pope Sixtus IV", Artibus et Historiae, IRSA s.c., 4 (7): 9–18, doi:10.2307/1483178, ISSN 0391-9064, JSTOR 1483178. 
  5. ^ Gardner, Helen (1970) Art through the Ages, hlm. 469, Harcourt, Brace and World. ISBN 978-0-15-508315-8
  6. ^ Robert Coughlan, The World of Michelangelo, Time-Life International, (1966) hlm. 116
  7. ^ Robert Coughlan, hlm. 127
  8. ^ Pietrangeli 1986, hlm. 24
  9. ^ a b c John Shearman, "The Chapel of Sixtus IV". Dalam Pietrangeli 1986
  10. ^ "The Sistine Chapel", Vatican Museums, diakses tanggal 9 Agustus 2013 
  11. ^ Stevens, Abel & Floy, James. "Allegri's Miserere". The National Magazine, Carlton & Phillip, 1854. 531.
  12. ^ Saunders, Fr. William P. "The Path to the Papacy Diarsipkan 2007-11-11 di Wayback Machine.". Arlington Catholic Herald, 17 Maret 2005. Diakses pada 2 Juni 2008.
  13. ^ Chambers,D.S. "Papal Conclaves and Prophetic Mystery in the Sistine Chapel". Journal of the Warburg and Courtauld Institutes. Volume 41, 1978. 322-326.
  14. ^ Campbell, Ian. "The New St Peter's: Basilica or Temple?". Oxford Art Journal, Volume 4, No. 1, July 1981. 3-8.
  15. ^ Hersey, George L. High Renaissance Art in St. Peter's and the Vatican. Chicago University Press, 1 Mei 1993. 180. ISBN 0-226-32782-5
  16. ^ Cheney, Iris. Review of "Raphael's Cartoons in the Collection of Her Majesty The Queen and the Tapestries for the Sistine Chapel" by John Shearman". The Art Bulletin, Volume 56, No. 4, December 1974. 607-609.
  17. ^ Talvacchia, 150.
  18. ^ Hall, Marcia B. Rome: Artistic Centers of the Italian Renaissance. London: Cambridge University Press 18 April 2005. 138.
  19. ^ Talvacchia, 152.
  20. ^ Seymour, 70.
  21. ^ a b c Deimling, 33-34.
  22. ^ wikisource Matius:16
  23. ^ "Window blinds in Canada". 
  24. ^ "Sabda-web Matius bab 16". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-09-07. Diakses tanggal 2008-06-10. 
  25. ^ Earls, Irene. Renaissance Art: A Topical Dictionary. Greenwood Press, 13 November 1987. 127. ISBN 0-313-24658-0
  26. ^ "Perugino". UXL Encyclopedia of World Biography, 2003. Retrieved on 2 Juni 2008.
  27. ^ Coonin, Arnold Victor. "The Interaction of Painting and Sculpture in the Art of Perugino". Artibus et Historiae, Volume 24, No. 47, 2003. 103-104.
  28. ^ Wright, Lawrence. Perspective in Perspective. Routledge, April 1983. 104. ISBN 0-7100-0791-4
  29. ^ Stinger, Charles L. The Renaissance in Rome. Indiana University Press, 1998. 205. ISBN 0-253-21208-1
  30. ^ Deimling, 33.
  31. ^ Stollhans, Cynthia. "Michelangelo's Nude Saint Catherine of Alexandria". Woman's Art Journal, Volume 19, No. 1, Spring-Summer, 1998. 26-30.
  32. ^ Dixon, 1.
  33. ^ Dixon, xii
  34. ^ Dixon, 2.
  35. ^ Condivi, Ascanio.Life, Letters, and Poetry. London: Oxford Paperbacks, 7 Januari 1999. 64-66. ISBN 0-19-283770-2
  36. ^ Vasari, Giorgio & Bull, George & Anthony, George. Lives of the artists. Penguin Classics, 27 Agustus 1987. 379. ISBN 0-14-044500-5
  37. ^ Simon, Marlise. "Vatican Restorers Are Ready for 'Last Judgment'". New York Times, 19 Juni 1991. Diakses pada 2 Juni 2008.

Daftar pustaka sunting

  • Deimling, Barbara & Botticelli, Sandro & Taschen, Rolf. Sandro Botticelli, 1444/45-1510: 1444/45-1510. Berlin: Taschen, 2000. ISBN 3-8228-5992-3
  • Ettlinger, Leopold. The Sistine Chapel before Michelangelo: Religious Imagery and Papal Primacy, Oxford: Clarendon Press, 1965.
  • Graham-Dixon, Andrew. Michelangelo And The Sistine Chapel. Weidenfeld & Nicolson, 3 April 2008. ISBN 0-297-85365-1
  • Giacometti (ed.). The Sistine Chapel. Harmony Books, 1986, ISBN 0-517-56274-X
  • King, Ross . Michelangelo and the Pope's Ceiling. ISBN 0-14-200369-7.
  • Lewine, Carol F. The Sistine Chapel walls and the Roman liturgy, University Park, Pa.: Pennsylvania State University Press, c1993.
  • Okamura, Takashi (photographer) and Carlo Pietrangeli with Michael Hirst, Gianluigi Colalucci, Fabrizio Mancinelli, John Shearman, Matthias Winner, Edward Maeder, Pierluigi De Vecchi, Nazzareno Gabriellil, Piernicola Pagliara. The Sistine Chapel: A Glorious Restoration. Harry N. Abrams, 1994.
  • Pfeiffer, Heinrich. S.J. Die Sixtinische Kapelle neu entdeckt. Belser, Stuttgart 2007, ISBN 978-3-7630-2488-9.
  • Pietrangeli, Carlo. The Sistine Chapel: The Art, the History, and the Restoration. Harmony, 4 September 1986. ISBN 0-517-56274-X
  • Seymour, Charles (ed.). Illustrations, Introductory Essays, Backgrounds and Sources, Critical Essays Illustrations, Introductory Essays, Backgrounds and Sources, Critical Essays. New York: W. W. Norton, 1972.
  • Stone, Irving. The Agony and the Ecstasy. Signet, 1961.
  • Talvacchia, Bette. Raphael. London: Phaidon Press, 2007. ISBN 978-0-7148-4786-3

Pranala luar sunting