Kartolo
Raden Mas Kartolo (meninggal 18 Januari 1949) adalah aktor dan penulis lagu Indonesia. Ia dilahirkan di Yogyakarta dari keluarga bangsawan, ia berkecimpung dalam dunia teater dan menikahi aktris Roekiah pada tahun 1933. Pasangan ini kemudian menetap di Batavia (kini Jakarta) dan bermain bersama dalam sejumlah film, diawali dengan film Terang Boelan pada tahun 1938. Meskipun bermain dalam film yang sama, Roekiah selalu dipasangkan dengan aktor lain sebagai lawan mainnya. Setelah Roekiah meninggal dunia pada tahun 1945, Kartolo membawa keluarganya ke Yogyakarta dan bekerja di Radio Republik Indonesia hingga kematiannya. Salah seorang putranya, Rachmat Kartolo, juga aktif sebagai aktor dan penyanyi pada 1960-an hingga 1980-an.
Kartolo | |
---|---|
Lahir | (Tanggal kelahiran tidak diketahui) Yogyakarta, Hindia Belanda |
Meninggal | 18 Januari 1949 Yogyakarta, Indonesia |
Pekerjaan | Aktor, penulis lagu |
Tahun aktif | 1930an–1948 |
Karya terkenal | Terang Boelan |
Suami/istri | Roekiah (1933-1945; kematiannya) |
Kehidupan awal
suntingKartolo lahir di Yogyakarta, Hindia Belanda (kini Indonesia), putra dari keluarga priyayi.[1] Sekitar tahun 1933, saat bergabung dengan grup sandiwara Palestina, ia bertemu dengan calon istrinya, Roekiah, seorang pemain sandiwara dan penyanyi Keroncong di Batavia.[2][3][4] Setelah hengkang dari Palestina, pada tahun 1934 mereka berdua bergabung dengan grup Faroka dan menggelar tur ke Singapura.[4]
Karier film
suntingPada tahun 1937, Kartolo bermain dalam film pertamanya sebagai pemeran pendukung dalam film Terang Boelan karya Albert Balink. Dalam film tersebut, Roekiah dipasangkan dengan Rd Mochtar; keduanya berperan sebagai pasangan kekasih. Terang Boelan sukses secara komersial, meraup pendapatan hampir 200.000 dolar Selat ketika dirilis secara internasional di Malaya Britania (kini Malaysia). [5] Setelah Algemeen Nederlandsch Indisch Filmsyndicaat yang memproduksi Terang Boelan memutuskan untuk berhenti memproduksi film fiksi,[6] Kartolo dan pemeran Terang Boelan lainnya bergabung dengan Tan's Film.[7] Pada masa ini, Kartolo dan Roekiah mendirikan grup sandiwara Terang Boelan, yang sempat menjalani tur ke Singapura.[4]
Filmografi
sunting- Terang Boelan (1937)
- Fatima (1938)
- Siti Akbari (1940)
- Gagak Item (1939)
- Roekihati (1940)
- Sorga Ka Toedjoe (1940)
- Poesaka Terpendam (1941)
- Koeda Sembrani (1942)
- Berdjoang (1943)
- Djatoeh Berkait (1944; film pendek)
Referensi
sunting- ^ a b Filmindonesia.or.id, Kartolo.
- ^ van der Heide 2002, hlm. 128.
- ^ Filmindonesia.or.id, Roekiah.
- ^ a b c Biran 2009, hlm. 204.
- ^ Biran 2009, hlm. 171.
- ^ Biran 2009, hlm. 172.
- ^ Biran 2009, hlm. 174.
- Biran, Misbach Yusa (2009). Sejarah Film 1900–1950: Bikin Film di Jawa (dalam bahasa Indonesian). Komunitas Bamboo working with the Jakarta Art Council. ISBN 978-979-3731-58-2.
- van der Heide, William (2002). Malaysian Cinema, Asian Film: Border Crossings and National Cultures. Amsterdam: Amsterdam University Press. ISBN 978-90-5356-580-3.
- Imanjaya, Ekky (2006). A to Z about Indonesian Film (dalam bahasa Indonesian). Bandung: Mizan. ISBN 978-979-752-367-1.
- "Kartolo". filmindonesia.or.id (dalam bahasa Indonesian). Konfidan Foundation. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-09-22. Diakses tanggal 22 September 2012.
- "Roekiah". filmindonesia.or.id (dalam bahasa Indonesian). Konfidan Foundation. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-08-13. Diakses tanggal 13 August 2012.