Kata krama-ngoko
Kata krama-ngoko atau tembung krama-ngoko (aksara Jawa: ꦠꦼꦩ꧀ꦧꦸꦁꦏꦿꦩꦔꦺꦴꦏꦺꦴ) (atau kata ngoko-krama[1]) adalah kata ngoko yang tidak ada padanannya dalam kata krama.[1] Oleh karena itu, kata ngoko dapat digunakan pada semua tingkatan bahasa Jawa, termasuk bahasa krama.[2]
Kata krama-ngoko yang dikramakan disebut sebagai kata krama enggon-enggonan (krama dhialèk) dan termasuk kata yang tidak baku.[3] Jumlah kata krama-ngoko merupakan yang paling banyak di bahasa Jawa, tetapi hanya sebagian kecil yang mempunyai padanan kata krama inggil.[2]
Dalam kamus-kamus bahasa Jawa, kata-kata krama-ngoko ditandai dengan kn atau KN.
Contoh
suntingKata krama-ngoko mempunyai jumlah yang paling banyak di bahasa Jawa. Contoh kata krama-ngoko yang tidak ada padanan dalam kata krama inggil: angin, anyep, awu, bakar, bapa, biyung, bumi, gapura, godhog, gorèng, guru, hawa, jagat, jaman, jangan, jangkrik, kampung, kantor, kucing, kuwung, lawuh, méga, murid, oyod, pedhes, pedhut, pit, ramé, sekolah, singa, srengéngé, tandha, tenger, térong, umob, unta, wédang, wit, dan woh.
Di bawah ini adalah contoh kata krama-ngoko (bercetak tebal) dan padanannya dalam kata krama inggil.
Krama-ngoko | Krama inggil |
---|---|
adhi | rayi |
adus | siram |
cangkem | tutuk |
dolan | ameng-ameng |
lambé | lathi |
Penggunaan kata
suntingKata krama-ngoko bisa digunakan dalam semua tingkatan bahasa Jawa: bahasa ngoko dan bahasa krama. Di bawah ini adalah contoh penggunaan kata krama-ngoko dalam bahasa ngoko lugu dan bahasa krama lugu dengan memakai kata kuwung dan lambé yang ditandai dengan kn di Bausastra Jawa.
Bahasa ngoko lugu
- Lambéné dibèngèsi abang.
- Bubar udan, kuwung katon ing langit.
Bahasa krama lugu
- Lambénipun dipunbèngèsi abrit.
- Bibar jawah, kuwung katingal ing langit.
Beberapa kata krama-ngoko mempunyai padanan kata krama inggil. Kata-kata krama-ngoko di atas dapat diubah menjadi kata krama inggil dalam bahasa ngoko alus dan bahasa krama alus.
Contohnya adalah kata lambé yang mempunyai padanan kata krama inggil lathi (digarisbawahi), sedangkan kuwung tidak mempunyai padanan kata krama inggil.
Bahasa ngoko alus
- Lathiné dibèngèsi abang.
- Bubar udan, kuwung katon ing langit.
Bahasa krama alus
- Lathinipun dipunbèngèsi abrit.
- Bibar jawah, kuwung katingal ing langit.
Kata kuwung pada kalimat-kalimat nomor dua tidak mengalami perubahan pada semua tingkatan bahasa karena tidak mempunyai padanan dalam kata krama inggil. Karena itu, tidak ada bedanya antara kalimat nomor dua dalam bahasa ngoko lugu dan bahasa ngoko alus dan kalimat nomor dua dalam bahasa krama lugu dan dalam bahasa krama alus.
Lihat pula
suntingRujukan
suntingCatatan kaki
sunting- ^ a b Suwadji 2013, hlm. 3-4.
- ^ a b Gina 2012, hlm. 96.
- ^ Suwadji 2013, hlm. 8.
Daftar pustaka
sunting- Gina (2012). Puspa Rinonce. Yogyakarta: Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. ISBN 9789791854054. OCLC 959081456.
- Kamus Basa Jawa (Bausastra Jawa) (edisi ke-2). Sleman: Penerbit PT Kanisius. 2011. ISBN 9789792128581.
- Suwadji (2013). Ngoko Krama. Yogyakarta: Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. ISBN 9786027777620. OCLC 890814963.
Pranala luar
sunting- Pedoman Umum Ejaan Bahasa Jawa (PUEBJ)
- Leksikon bahasa Jawa di Sastra.org
- Bausastra Jawa oleh W.J.S. Poerwadarminta
- Kamus bahasa Indonesia-Jawa
- Kamus bahasa Jawa-Inggris di SEAlang Projects