Katoba merupakan salah satu upacara adat keagamaan Islam masyarakat Suku Muna di Sulawesi Tenggara, Indonesia, bagi anak-anak berusia menjelang akil balik (6 sampai 12 tahun).[1] Pada upacara adat ini, anak-anak diberi sejumlah nasihat oleh seorang imam. Upacara ini biasanya dilakukan sehari setelah upacara kangkilo, yaitu khitan.[2] Menurut tradisi, upacara ini sudah dilakukan sejak zaman pemerintahan raja Muna bernama La Ode Abdul Rahman yang konon menerima tradisi ini dari seorang sufi keturunan Arab bernama Syarif Muhammad alias Saidhi Raba.[3]

Pada upacara ini, anak laki-laki maupun perempuan mengenakan pakaian tradisional dan riasan, lalu dipikul di atas bahu oleh anggota-anggota keluarganya atau berjalan kaki ke rumah pemuka agama. Di sana, pemuka agama tersebut memberikan sejumlah nasihat agar anak-anak tersebut menjalankan perintah Allah dan dilarang berdosa kepada Allah, Nabi, dan sesama manusia.[4] Berikut ini adalah "kalimat tobat" yang dinasihatkan kepada anak-anak di dalam upacara ini:[5]

Amamu motehie folumo kabholosino Allah Taala;
Inanmu motehie folumo kabholosino anabi Muhamadhi;
Isamu angkafie folumo kabholosino malaekati;
Aimu asiane, piarae folumo kabholosino o muumini.
'Bapakmu, takutilah sebagai pengganti Allah Taala yang tidak tampak di mata;
'Ibumu, takutilah sebagai pengganti Nabi Muhammad yang tak tampak di mata;
'Kakakmu, ikutilah sebagai pengganti malaikat yang tak tampak di mata;
'dan adikmu, sayangilah, peliharalah, sebagai pengganti mukmin yang tak tampak, dialah mukminmu.'

Referensi sunting

  1. ^ Hadirman (2010) Tradisi Lisan Etnik Muna, Sulawesi Tenggara dan Fungsinya dalam Pelestarian Lingkungan. Seminar Internasional Tradisi Lisan VII di Bangka Belitung, 19-22 November 2010.
  2. ^ Lestariwati (2012) Tradisi Lisan Karia pada Masyarakat Muna di Sulawesi Tenggara (Perubahan dan Keberlanjutan). Tesis Magister. Depok: Program Studi Ilmu Susastra, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia.
  3. ^ Supriyanto; Niampe, L.; Syukur, L.O.; Anwar, M. (2009) Sejarah Kebudayaan Islam Sulawesi Tenggara. Kendari: Universitas Muhammadiyah Kendari.
  4. ^ Couvreur, J. (2001) Sejarah dan Kebudayaan Masyarakat Muna. Kupang: Artha Wacana Press.
  5. ^ Hadirman (2009) Fungsi Sosial Budaya Bahasa Muna dalam Konteks Katoba. Tesis Magister. Denpasar: Program Studi Linguistik Pascasarjana, Fakultas Sastra, Universitas Udayana.