Kebaya Kerancang adalah busana Betawi yang resmi harus dikenakan dalam pesta perkawinan oleh ibunda kedua calon/pengantin.[1] Nama lain dari kebaya kerancang ini adalah encim.[butuh rujukan] Kebaya Kerancang memiliki filosofi sebagai perlambang keindahan, kecantikan, kedewasaan, keceriaan dan pergaulan yang mengikuti kearifan, aturan dan tuntutan leluhur. Tujuannya untuk memelihara keanggunan dan kehormatan perempuan.

Kebaya kerancang, koleksi Museum Betawi.

Busana ini terdiri atas kebaya dan kebaya dan kain. Busana ini digunakan untuk keperluan resmi atau bepergian. Dahulu hanya bisa dikenakan oleh para nyai, gundik tuan blande yang kaya, karena harga kebaya ini memang selangit pada zamannya.[2] Setelahnya datang orang Tionghoa yang juga beradaptasi menggunakan adat busana setempat dengan menggunakan kebaya bergengsi ini yang kemudian orang Betawi menyebut kebaya ini sebagai kebaya encim. Oleh Persatuan Wanita Betawi, nama ini kemudian diganti dengan 'kebaya kerancang', kerancang berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti berlubang.[butuh rujukan]

Kebaya ini dibuat dengan model kartini dengan ujungnya yang sondai (meruncing ke bawah di bagian depan 20 cm - 30 cm dari bagian datar di pinggul). Selain itu model lain dari kebaya ini adalah berbentuk Kebaya Panjang Nyak Betawi, yang bawahnya datar sebatas 3 cm sampai 5 cm di atas lutut yang disebut kebaya panjang. Di masa sekarang jenis kebaya ini telah banyak berkembang dan dimodifikasi dengan menggunakan beragam jenis bahan sutra, brukat, sutra alam dan sebagainya. Kebaya ini digunakan oleh berbagai kalangan usia wanita. Biasanya oleh remaja putri kebaya ini dikombinasikan dengan rok panjang ataupun celana panjang. Hal ini tentu telah berkembang dari aslinya yang menggunakan kain sebagai pasangan. Biasanya kain yang menjadi pasangan Kebaya Kerancang bisa berupa sarung ataupun kain panjang yang disirungkan. Di masa sekarang biasanya ditambahkan pula dengan selendang untuk melengkapi kecantikan dari busana ini.

Referensi

sunting