Kebijakan obat di Belanda

Walau penggunaan narkotika untuk bersenang-senang, kepemilikan narkotika, dan perdagangan narkotika secara teknis masih ilegal dalam hukum belanda, kebijakan resmi sejak akhir abad ke-20 telah mentoleransi secara terbuka mengenai semua penggunaan narkotika untuk rekreasi, sedangkan untuk hal kepemilikan dan perdagangan masih diatur oleh hukum yang berlaku kecuali dalam keadaan tertentu. Pendekatan pragmatis dimotivasi oleh gagasan bahwa masyarakat bebas narkotika dipandang tidak realistis dan tak mungkin dicapai, dan akan lebih baik jika berusaha untuk mencoba meminimalkan kerugian yang disebabkan oleh penggunaan narkotika.[1] Sebagai hasil dari gedoogbeleid (terjemahan literal "kebijakan toleransi"), Belanda dianggap menjadi negara yang sangat toleran terhadap narkotika daripada kebanyakan negara-negara lain.[2]

Coffeeshop (kafe yang menjual ganja) di Amsterdam, Belanda
Rambu-rambu di Amsterdam, yang menunjukkan larangan merokok ganja dan meminum alkohol dalam lingkungan tertentu karena khawatir terdapat gangguan

Dalam hukum Belanda, terdapat pemisahan golongan narkotika berdasarkan risiko kesehatan dan efek candu yang dihasilkan. Untuk obat yang memiliki risiko kesehatan dan/atau kecanduan yang rendah disebut obat-obatan (narkotika) ringan. Sedangkan untuk obat-obatan dengan risiko kesehatan dan/atau kecanduan yang tinggi disebut obat (narkotika) keras. Contoh obat-obatan ringan seperti hasis, ganja, pil tidur dan obat penenang, sedangkan contoh obat keras seperti heroin, kokain, amfetamin, LSD dan ekstasi. Kebijakan ini membuat penjualan obat keras menurun karena obat yang bersifat ringan dapat ditemukan dengan relatif bebas. Tempat-tempat yang telah diizinkan untuk menjual obat-obatan ringan dalam keadaan tertentu disebut coffeeshop.[3] Peraturan yang disahkan pada bulan Januari 2013 menyatakan bahwa pengunjung dari coffeeshop haruslah warga negara Belanda, tetapi peraturan ini hanya diterapkan di Zeeland, Brabant Utara dan Limburg setelah mendapat banyak kritikan.[4][5] Kepemilikan obat ringan untuk penggunaan pribadi hanya dibatasi pada jumlah tertentu. Hanya 5 gram ganja atau 5 tanaman ganja yang diperbolehkan, tetapi jika terbukti menyimpan dalam jumlah yang lebih besar atau memiliki obat keras dapat menyebabkan hukuman penjara. Untuk pengadilan yang mengadili pelanggaran dalam kepemilikan, perdagangan, dan (dalam beberapa kasus yang jarang) penggunaan biasanya ditangani oleh pengadilan di tingkat kota, kecuali jika terdapat indikasi keterlibatan sindikat internasional.[6][7]

Hanya saja, produksi narkotika bahkan yang termasuk obat ringan tidak diperbolehkan, khususnya budidaya ganja. Hal ini membuat adanya paradoks dalam sistem hukum karena coffeeshop diperbolehkan untuk membeli dan menjual obat-obatan ringan, tetapi produksi ganja akan membuat coffeeshop ditutup dengan pemiliknya akan dihukum. Karena coffeeshop harus mendapatkan ganja dari tempal lain, terdapat kritik yang terus meningkat setiap tahunnya mengenai adanya hukuma bagi produsen obat ringan. Hal tersebut pertama kali dibawa ke pengadilan pada tahun 2014 ketika seorang hakim memutuskan dua orang bersalah karena memproduksi ganja dalam jumlah besar, tetapi hakim menolak untuk menghukum mereka.[8][9] Sebuah terobosan terjadi di awal tahun 2017, ketika Tweede Kamer mengesahkan hukum yang akan melegalkan produksi ganja.[10] Pada akhir 2017, koalisi yang baru dibentuk mengumumkan bahwa mereka akan melakukan uji coba sistem terbaru yang memperbolehkan coffeeshop di kota-kota tertentu dapat memperoleh ganja dari produsen yang ditunjuk negara.[11]

Sementara legalisasi ganja masih kontroversial, pengesahan aturan mengenai pengobatan dibantu herion pada tahun 1998 telah dipuji karena meningkatkan kesehatan dan situasi sosial pada pasien ketergantungan opiat di Belanda.[12]

Referensi sunting