Kekeliruan tentang dunia yang adil

Hipotesis dunia yang adil atau kekeliruan dunia yang adil adalah bias kognitif yang mengasumsikan bahwa "orang mendapatkan apa yang pantas mereka dapatkan"—bahwa setiap tindakan akan memiliki konsekuensi yang adil dan sesuai secara moral bagi pelaku. Misalnya, asumsi bahwa tindakan mulia pada akhirnya akan dihargai dan tindakan jahat pada akhirnya akan dihukum termasuk dalam hipotesis ini. Dengan kata lain, hipotesis dunia yang adil adalah kecenderungan untuk mengaitkan konsekuensi dengan—atau mengharapkan konsekuensi sebagai hasil dari—kekuatan universal yang memulihkan keseimbangan moral, atau hubungan universal antara sifat tindakan dan hasilnya. Keyakinan ini umumnya menyiratkan adanya keadilan kosmik, takdir, providensi ilahi, ganjaran, stabilitas, dan/atau keteraturan. Hal ini sering dikaitkan dengan berbagai kekeliruan mendasar, terutama dalam hal merasionalisasi penderitaan dengan alasan bahwa penderita "pantas" menerimanya.

Konsep ini muncul dalam berbagai ungkapan yang menyiratkan jaminan hukuman bagi pembuat kesalahan, seperti: "segala sesuatu terjadi karena suatu alasan", dan "Anda akan menuai apa yang Anda tabur". Hipotesis ini telah dipelajari secara luas oleh para psikolog sosial sejak Melvin J. Lerner melakukan karya seminar tentang keyakinan dunia yang adil pada awal 1960-an.[1] Penelitian terus berlanjut sejak saat itu, memeriksa kapasitas prediksi hipotesis dalam berbagai situasi dan lintas budaya, dan mengklarifikasi dan memperluas pemahaman teoretis tentang keyakinan akan dunia yang adil.[2]

Referensi

sunting
  1. ^ Lerner, Melvin J.; Montada, Leo (1998). "An Overview: Advances in Belief in a Just World Theory and Methods". Dalam Montada, L.; Lerner, M. J. Responses to Victimizations and Belief in a Just World. Critical Issues in Social Justice. New York: Plenum. hlm. 1–7. doi:10.1007/978-1-4757-6418-5_1. ISBN 978-1-4419-3306-5. 
  2. ^ Furnham, Adrian (2003). "Belief in a just world: research progress over the past decade". Personality and Individual Differences. 34 (5): 795–817. doi:10.1016/S0191-8869(02)00072-7. 

Bacaan lanjutan

sunting

Pranala luar

sunting