Kelompok okupasional
Kelompok okupasional adalah salah satu tipe kelompok sosial. Kelompok okupasional adalah kelompok yang terdiri dari orang-orang yang melakukan pekerjaan sejenis. Kelompok-kelompok jenis ini memiliki peran yang sangat besar dalam mengarahkan kepribadian seseorang, terlebih pada anggota yang bergabung di dalamnya.[1]
Orang-orang di dalam kelompok okupasional biasanya memiliki kemampuan yang spesifik. Mereka biasa mendapatkannya lewat pendidikan pada lembaga pendidikan tertentu. Setelah mereka terampil, mereka kemudian dapat membantu masyarakat dengan fungsi-fungsi tertentu. Dari hal tersebut muncul kelompok profesi yang terdiri dari kalangan profesional yang seakan-akan memiliki monopoli pada bidang ilmu atau teknologi tertentu. Kelompok ini kemudian mengembangkan berbagai patokan tingkah laku sendiri atau biasa dikenal dengan istilah etika profesi. Saat etika profesi dibukukan maka disebut dengan kode etik profesi. Saat ada seseorang di antara kelompok tersebut yang melanggar kode etik profesi, maka teman-teman sejawatnyalah yang akan memberikan penilaian.[1]
ICSC (International Civil Service Commission) di bawah naungan PBB membagi kelompok okupasional (Common Classification of Occupational Groups atau CCOG) menjadi dua bagian:[2]
- Professional Managerial dan Technical Work. Kelompok ini terdiri dari pekerjaan yang berfokus pada teori atau aspek-aspek praktis dari usaha manusia, misalnya di bidang seni, sains, teknik, pendidikan, obat-obatan, hukum, bisnis dan ekonomi, administrasi hingga pekerjaan yang berhubungan dengan teknis dan manajemen. Orang-orang yang berada di kelompok ini biasanya membutuhkan pendidikan di perguruan tinggi.
- General Support Work (direvisi pada 2010). Kelompok ini terdiri dari pekerjaan yang berhubungan dengan pelayanan umum. Pekerjaan pada kelompok ini bersifat prosedural, operasional, teknis, repetitif, komplek paraprofesional, membutuhkan beberapa analisis dan berdasarkan pengetahuan mendalam terhadap suatu hal yang spesifik. Performa dari jenis kelompok ini sering membutuhkan pendidikan setelah SMA (post-secondary education) serta pelatihan teknis dan administratif.
Referensi
sunting- ^ a b Soekanto, Soerjono (2013). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. hlm. 126–127. ISBN 978-979-769-577-4.
- ^ icsc
.un .org /resources /hrpd /je /CCOG _9 _2015 .pdf