Keresidenan Yogyakarta
Keresidenan Yogyakarta adalah suatu keresidenan yang pernah dibentuk sebagai wilayah administratif Hindia Belanda oleh Perusahaan Hindia Timur Belanda. Masa pembentukannya dimulai pada pertengahan abad ke-18 Masehi hingga paruh pertama abad ke-20 Masehi. Wilayahnya mencakup wilayah gabungan Kesultanan Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman.
Pusat pemerintahan Keresidenan Yogyakarta berada di dalam Benteng Vredeburg selama masa kekuasaan Hindia Belanda. Saat Inggris berkuasa atasnya, pusat pemerintahan ditetapkan di luar Kota Yogyakarta.
Penduduk Keresidenan Yogyakarta terdiri dari pribumi, bangsa-bangsa asal Eropa, bangsa Arab dan Tionghoa. Jumlah penduduk di Keresidenan Yogyakarta mencapai 120 ribu pada dekade 1930-an.
Pembentukan
suntingKeresidenan Yogyakarta dibentuk oleh Perusahaan Hindia Timur Belanda pada tahun 1755. Pembentukannya untuk mengikuti dan mengimbangi perkembangan politik Kesultanan Yogyakarta yang dipimpin oleh Sultan Hamengkubuwono I.[1] Jabatan sebagai residen pertama untuk Keresidenan Yogyakarta diberikan kepada Cornelis Donkel.[2] Pada awal pembentukan Keresidenan Yogyakarta direncanakan pembangunan benteng di alun-alun utara Kota Yogyakarta pada tahun 1756.[1] Donkel kemudian mencapai kesepakatan dengan Sultan Hamengkubowono I atas pembangunan benteng pada tahun yang sama.[2]
Wilayah
suntingWilayah Keresidenan Yogyakarta meliputi wilayah Kesultanan Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman. Gabungan wilayah ini kemudian dibagi menjadi empat kabupaten dan satu kota, yakni Kabupaten Sleman, Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Bantul, Kabupaten Gunung Kidul dan Kota Yogyakarta.
Pemerintahan
suntingPusat pemerintahan
suntingPada masa pemerintahan Cornelis Donkel (1755-1761), tempat kediaman bagi Residen Keresidenan Yogyakarta terletak di Pedagangan yang berada dalam lingkup Benteng Vredeburg. Ketika Inggris memerintah di Keresidenan Yogyakarta, lokasi kediaman residen dipindahkan ke tepi jalan menuju Kota Magelang. Lokasinya di luar Kota Yogyakarta dengan jabatan residen diberikan kepada John Crawfurd (1811-1814 dan 1816).[3]
Penduduk
suntingPada tahun 1920 dan 1930 terdapat catatan penduduk di wilayah administratif Keresidenan Yogyakarta. Wilayah yang tercatat jumlah penduduknya yakni Pakualaman, Tugu, Kauman, Gading, Lempuyangan dan Kraton. Kelompok penduduk terbagi menjadi penduduk asal Eropa, penduduk pribumi, Tionghoa dan bangsa Arab. Pada tahun 1920, jumlah penduduk asal Eropa sebanyak 3.730 jiwa, Jumlah penduduk pribumi sebanyak 94.254 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk Tionghoa sebanyak 5.643 jiwa dan jumlah penduduk Arab sebanyak 64 jiwa. Pada tahun 1930, jumlah penduduk asal Eropa sebanyak 5.603 jiwa, Jumlah penduduk pribumi sebanyak 121.893 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk Tionghoa sebanyak 8.894 jiwa dan jumlah penduduk Arab sebanyak 164 jiwa.[4]
Referensi
suntingCatatan kaki
sunting- ^ a b Tashadi, dkk. 1985, hlm. 12.
- ^ a b Inigopatria, S., dan Junior, E. (2014). "Berjalan-jalan di Benteng Perdamaian". Indonesia dalam Infografik. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. hlm. 66. ISBN 978-979-709-841-4.
- ^ Tashadi, dkk. 1985, hlm. 13-14.
- ^ Sumintarsih dan Adrianto, A. (2014). Dinamika Kampung Kota Prawirotaman dalam Perspektif Sejarah dan Dunia (PDF). Yogyakarta: Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Daerah Istimewa Yogyakarta. hlm. 27.
Daftar pustaka
sunting- Tashadi, dkk. (1985). Gedung Agung Yogyakarta: Istana Kepresidenan di Yogyakarta (PDF). Jakarta: Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional.
Residen
suntingBerikut adalah daftar residen yang pernah memerintah Yogyakarta.
Residen Yogyakarta | Mulai | Selesai |
---|---|---|
Huibert Gerard Nahuijs van Burgst | 1817 | 1822 |
Anthony Hendrik Smissaert | 1823 | 1825 |
Jan Isaak van Sevenhoven | 1825 | 1826 |
Pieter Hubertus van Lawick van Pabst | 1827 | 1827 |
Johan Frederik Walraven van Nes | 1827 | 1830 |
Jan Isaak van Sevenhoven | 1830 | 1831 |
Frans Gerardus Valck | 1831 | 1841 |
Arnoldus Adriaan Buijskes | 1841 | 1845 |
Reinier de Filliettaz Bousquet | 1845 | 1848 |
Albert Hendrik Willem baron de Kock | 1848 | 1851 |
Johannes Jerphaas Hasselman | 1851 | 1855 |
Willem Carel Emile de Geer | 1855 | 6 Mei 1856 |
Dirk Adolph Buijn | 1856 | 1857 |
Carel Pieter Brest van Kempen | 1857 | 1863 |
Nicolaas Anne Theodoor Arriëns | 1863 | 2 Januari 1865 |
Adolphe Jean Philippe Hubert Desire Bosch | 2 Januari 1865 | 4 Maret 1873 |
Adolf Joan Bernard Wattendorff | 4 Maret 1873 | Contoh |
Bastiaan van Baak | 20 April 1878 | 12 Mei 1889 |
Jan Mullemeister | 12 Mei 1889 | 15 Agustus 1891 |
Christiaan Marinus Ketting Olivier | 15 Agustus 1891 | 5 Juli 1897 |
Jan Abraham Ament | 5 Juli 1897 | 8 Mei 1902 |
John Ricus Couperus | 8 Mei 1902 | 3 Maret 1908 |
Pieter Hugo van Andel | 3 Maret 1908 | 2 Juli 1911 |
Jacob Hendrik Liefrinck | 2 Juli 1911 | 24 Oktober 1913 |
Berend Leonardus van Bijlevelt | 24 Oktober 1913 | 3 April 1915 |
Cornelis Canne | 3 April 1915 | 5 Juni 1919 |
Petrus Willem Jonquiere | 5 Juni 1919 | 19 Maret 1924 |
Louis Frederik Dingemans | 19 Maret 1924 | 1 Juni 1926 |
Johan Ernst Jasper | 1 Juni 1926 | 1 Juli 1928 |
Pieter Westra | 1 Juli 1928 | 2 Maret 1932 |
Jan Habbema | 2 Maret 1932 | 1934 |
Setelah tahun 1934 menjadi asisten residen di bawah Gubernemen Yogyakarta |