Kereta api perkotaan
Kereta api perkotaan adalah kereta api yang digunakan diwilayah perkotaan untuk mengangkut penumpang, biasanya dilaksanakan dengan menggunakan kereta api ringan, kereta api berat (heavy rail transit), monorail. Kereta api perkotaan biasanya dijalankan dengan menggunakan tenaga listrik, seperti kereta rel listrik seperti yang digunakan di wilayah Jabotabek, sehingga tidak menimbulkan pencemaran gas rumah kaca secara langsung.
Jenis-jenis kereta api kota
suntingTrem
suntingTrem merupakan moda angkutan kota yang dikenal juga dalam bahasa Inggris dengan nama trams, streetcars, atau trolleys. Trem pernah digunakan di Jakarta[1] dan Surabaya, tetapi dihilangkan dari kedua kota tersebut pada tahun 1960an, karena dianggap mengganggu lalu lintas kendaraan. Trem merupakan alat angkut yang dapat berbaur dengan lalu lintas kendaraan bermotor lainnya.
Kereta api ringan
suntingKereta api ringan merupakan moda angkutan yang dikembangkan dari trem dengan unjuk kerja dalam hal kapasitas, kecepatan yang lebih baik. Kereta api ringan bisa dikelompokkan atas:
- Kereta api ringan I yang merupakan kereta api ringan yang masih bergabung dengan arus lalu lintas kendaraan bermotor.
- Kereta api ringan II yang merupakan kereta api ringan yang dijalankan pada jalur khusus sehingga tidak bercampur lagi dengan lalu lintas kendaraan pribadi. dengan pengoperasian pada jalur khusus maka kereta api ringan II ini mempunyai kapasitas yang lebih tinggi disamping keselamatan yang lebih tinggi pula.
Monorel
suntingMonorel merupakan kereta api yang bergerak pada jalur tunggal dan biasanya seluruh lintasan dilayangkan sehingga tidak menimbulkan gesekan dengan lalu lintas kendaraan. Monorel direncanakan untuk diterapkan di Jakarta, tetapi masih belum terlaksana karena alasan pendanaan. Sistem ini telah digunakan di kota Tokyo, Kuala Lumpur dan beberapa kota lainnya.
Kereta api berat
suntingKereta api berat merupakan kereta api perkotaan dengan kapasitas angkut yang paling tinggi pada frekuensi pelayan yang tinggi pula. Sistem ini yang beroperasi di kota Hongkong mempunyai kapasitas angkut sampai dengan 80.000 orang per jam per arah, merupakan kapasitas yang sangat besar, sehingga biasanya sistem seperti ini digunakan pada koridor utama perkotaan. Semua kota-kota metropolitan biasanya dilengkapi dengan kereta api seperti. Karena pelayanan kereta api berat ini biasanya dilakukan pada frekuensi yang tinggi maka tidak diijinkan adanya persilangan sebidang, untuk itu biasanya dibangun tidak sebidang baik jalan kereta api layang ataupun dibawah tanah.
Keekonomian kereta api perkotaan
suntingKereta api perkotaan biasanya membutuhkan biaya yang sangat besar, sehingga untuk mengoperasikannya dibutuhkan biaya yang besar, tetapi kota metropolitan tidak mungkin untuk efisien sistem transportnya tanpa memiliki suatu sistem kereta api perkotaan. Pada tabel berikut ditunjukkan biaya dan kapasitas dari berbagai moda kereta api kota:[2]
Moda | Kecepatan perjalanan, km/jam | Biaya sistem, jutaan $/km | Kapasitas, pnp/jam/arah |
---|---|---|---|
Trem | 10 - 20 | 3 - 10 | 5.000 - 15.000 |
Kereta api ringan | 15 - 25 | 12 - 25 | 18.000 - 40.000 |
Kereta api berat | 30 - 35 | 30 - 120 | 20.000 - 80.000 |
Untuk menutup biaya investasi dan operasi kereta api kota diambil langkah sebagai berikut:
Subsidi sistem kereta api perkotaan
suntingUntuk bisa menjalankan sistem kecuali jumlah penumpang sangat banyak dan tarif yang relatif tinggi adalah dengan memberikan subsidi. Subsidi diperoleh dari berbagai sumber diantaranya dari pemakai kendaraan pribadi (melalui pajak bahan bakar, pajak kendaraan bermotor, retribusi pengendalian lalu lintas)
Transit oriented development
suntingMerupakan upaya untuk mengawinkan koridor kereta api perkotaan dengan pengembangan kawasan di sekitar stasiun kereta api. Kawasan yang dibangun dengan kepadatan yang tinggi yang selain memberikan akses yang baik kepada kawasan yang dibangun, juga menambah jumlah penumpang serta dapat dipungut Pajak Bumi dan bangunan yang lebih tinggi.
Referensi
sunting- ^ "Kisah Kereta Trem di Jakarta". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-01-13. Diakses tanggal 2010-03-18.
- ^ Sutanto Husodo, Implementasi Transport Demand Manajemen di Jakarta