Kesenian gading Sri Lanka
Kesenian gading Sri Lanka merupakan salah satu industri kesenian tradisional di Negara Sri Lanka. Industri kesenian gading Sri Lanka memiliki sejarang yang panjang, namun asal-usulnya belum dimengerti dengan baik.[1] Masa Kerajaan Kandy merupakan masa kejayaan kesenian gading Sri Lanka dimana kesenian gading menjadi sangat populer. Kesenian gading Sri Lanka yang sangat halus dan detail merepresentasikan bagaimana pengrajin Sri Lanka menguasai teknik kesenian gading.
Sejarah
suntingIndustri kesenian gading Sri Lanka dimulai pada abad ke-1 sebelum masehi.[1] Pada masa tersebut, sudah diketahui bahwa Raja Jetthatissa dari Kerajaan Anuradhapura sudah mulai melindungi kesenian gading di Sri Lanka.[2]
Sebagian besar kesenian gading yang masih selamat berasal dari Kerajaan Kandy. Kesenian gading Sri Lanka sudah dimulai sejak masa Anuradhapura. Potongan gading tertua yang pernah ditemukan di Sri Lanka menggambarkan seorang wanita yang mengenakan korset bertahtakan mutiara. Potongan gading ini ditemukan di bagian selatan vahalkada dari Stupa Ruwanweliseya.[1] Kronik kuno Mahavamsa juga menyebutkan bahwa Raja Agung Parakramabahu dari Kerajaan Polonnaruwa membangun taman nya dengan menggunakan gading untuk pagar dekoratifnya.[3]
Dikarenakan kelangkaan gading, karya seni gading dianggal sebagai simbol martabat di masa lalu. Karya kesenian gading yang ditemukan di masa Kerajaan Kandy mungkin dibuat dan dipresentasikan kepada raja-raja, duta besar asing, atau pejabat tinggi kerajaan lainnya.[1]
Pada periode Portugal di Ceylon, karya seni yang dibuat untuk ekspor oleh Sri Lanka memiliki persamaan dengan kesenian seni gading yang berasal dari Kongo, Afrika, yang pada saat itu berada dalam pengaruh Portugis.[4]
Objek-objek
suntingTeknik memahat gading Sri Lanka terdiri atas dua tahapan: tahap belokan dan tahap ukiran.
Pada tahap belokan, gading dipotong menggunakan gergaji dan menggunakan bubut pemutar (pattalaya). Bubut kayu sederhana digunakan pada proses ini. Pertama-tama gading dilunakkan dengan menggunakan berbagai macam getah tumbuhan.[3] Setelah tahap pelunakan, tahap pengukiran dapat dimulai. Perangkat pengukir seperti gergaji, bor, pemahat digunakan dalam tahap pengukiran.[1] Setelah tahapan tersebut, objek gading tersebut dipoles menggunakan tawas. Jika masih ada lubang pada objek gading tersebut, lubang ini akan diisi dengan lac dan kemudian dihiasi.[1] Pada tahapan final dari pembuatan objek gading tersebut, pigman alami berwarna merah, kuning, dan hitam, bersamaan dengan mineral dan senyawa perekat digunakan untuk mendapatkan kualitas akhir objek gading tersebut.
Perangkat rumah seperti gagang kipas, peti, gagang pisau, sisir, kotak penyimpanan, terompet, anting, kusen pintu, piring dekoratif dan perangkat olehraga diproduksi dengan menggunakan gading. Patung Buddha atau patung bangsawan juga diproduksi menggunakan gading.[3]
Elemen dekoratif
suntingAda tiga motif elemen dekoratif yang biasa digunakan dalam kesenian gading Sri Lanka: figur hewan, figur manusia, dan figur tanaman.[1] Pada masa Kerajaan Kandy, figur yang paling sering digunakan pada objek gading adalah figur tanaman, misalnya dekorasi kudirakkan, nārilatā, bhērunda pakshiyā, makarā, kimbisi muhuna, panā. Patung figur yang sedang berdansa juga sering diproduksi pada masa Kerjaan Kandy.
Referensi
sunting- ^ a b c d e f g H. W. Kumaratunge (2002). "මධ්යකාලීන මහනුවර යුගයේ පාරම්පරික කලා කර්මාන්ත". චිත්ර කලාව. S. Godage and Brothers. ISBN 9552054788.
- ^ Ranjith Hewage (2012). "සීතාවක රාජසිංහ රජුට අයත් ඇත්දළ තරාදිය". විස්මිත අතීත උරුමයන්. Susara publishers. ISBN 9789556761658.
- ^ a b c Sanath Dharmabandu (2011). "ශ්රී ලංකාවේ කලා කර්මාන්ත". චිත්ර හා මූර්ති කලාව. M. D. Gunasena and Company Ltd. ISBN 955211571X.
- ^ Flores, Jorge Manuel (2007). Re-exploring the Links: History and Constructed Histories Between Portugal and Sri Lanka (dalam bahasa Inggris). Otto Harrassowitz Verlag. hlm. 287. ISBN 9783447054904.