Ketaksaan semantik
Dalam linguistik, sesuatu dapat dikatakan memiliki ketaksaan semantik atau ambiguitas semantik apabila memiliki banyak makna. Umumnya apabila suatu kata memiliki lebih banyak sinonim, maka kata tersebut memiliki tingkat ketaksaan yang lebih tinggi.[1] Seperti layaknya ketaksaan (dapat disebut sebagai ambiguitas) yang lain, ketaksaan semantik seringkali dapat dipersempit maknanya apabila memiliki konteks ataupun prosodi yang cukup. Pemahaman seseorang tentang kalimat yang menggunakan kata yang memiliki ketaksaan semantik sangat dipengaruhi oleh struktur umum kalimat tersebut.[2] Terkadang, bahasa itu sendiri merupakan faktor yang berkontribusi dalam efek ketaksaan semantik, dalam artian bahwa tingkat ketaksaan dalam konteks dapat berubah tergantung pada apakah suatu batas pemahaman bahasa dapat mencapai titik makna yang dimaksud atau tidak.[3]
Catatan
sunting- ^ Hoffman, Paul; Lambon Ralph, Matthew A.; Rogers, Timothy T. (1 September 2013). "Semantic diversity: A measure of semantic ambiguity based on variability in the contextual usage of words". Behavior Research Methods (dalam bahasa Inggris). 45 (3): 718–730. doi:10.3758/s13428-012-0278-x . ISSN 1554-3528. PMID 23239067.
- ^ Zempleni, Monika-Zita; Renken, Remco; Hoeks, John C. J.; Hoogduin, Johannes M.; Stowe, Laurie A. (1 Februari 2007). "Semantic ambiguity processing in sentence context: Evidence from event-related fMRI". NeuroImage (dalam bahasa Inggris). 34 (3): 1270–1279. doi:10.1016/j.neuroimage.2006.09.048. ISSN 1053-8119. PMID 17142061.
- ^ Degani, Tamar; Tokowicz, Natasha (July 2010). "Semantic Ambiguity within and across Languages: An Integrative Review". Quarterly Journal of Experimental Psychology (dalam bahasa Inggris). 63 (7): 1266–1303. doi:10.1080/17470210903377372. ISSN 1747-0218. PMID 19953429.