Ketileng, Kramat, Tegal

desa di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah

Ketileng merupakan salah satu desa yang berada di kecamatan Kramat, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Opak Ketileng jajanan khas desa ini.

Ketileng
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Tengah
KabupatenTegal
KecamatanKramat
Kode pos
52181
Kode Kemendagri33.28.15.2006 Edit nilai pada Wikidata
Peta
PetaKoordinat: 6°54′30″S 109°12′28″E / 6.90833°S 109.20778°E / -6.90833; 109.20778

Sejarah

sunting

Leluhur penduduk desa Ketileng diperkirakan berasal dari desa Kramat di Pesisir Kecamatan Kramat. Konon Penamaan Ketileng berasal dari kata "Keleng" yang berarti "angker", karena sebelum dijadikan daerah pemukiman (pembukaan hutan) tempat ini dianggap angker oleh penduduk sekitar. Salah satu tokoh legenda yang cukup terkenal adalah ""Ki Singadimulya"". Dia adalah lurah desa Ketileng yang dikenal memiliki kesaktian. Nama Singadimulya kini diabadikan menjadi nama sebuah gang di RT 04/01 yang diyakini sebagai kediamannya. Tokoh lainnya adalah Kyai Suhud, leluhur keluarga ulama di desa ini.

Penduduk

sunting

Penduduk desa Ketileng cenderung homogen seperti penduduk Kabupaten Tegal pada umumnya. Mayoritas adalah suku Jawa dan beragama Islam. Bahasa harian adalah Bahasa Jawa dialek Tegal. Penduduk desa Ketileng relatif masih kuat mengamalkan ajaran Islam. Hal ini bisa dilihat dari kegiatan keagamaan "pengajian" yang dilaksanakan setiap hari. Secara umum, penduduk desa Ketileng mengikuti 2 organisasi massa Islam yaitu Muhammadiyah,NU,jamaah lainnya.

Keadaan alam

sunting

Desa Ketileng merupakan daerah dataran rendah dekat pesisir laut Jawa. Wilayahnya terdiri dari 70% persawahan dan 30% pemukiman, pekarangan. Tanaman yang banyak di wilayah pemukiman adalah kelapa, mangga,nangka,pohon kluwih dan semak-semak. Tanah pertanian dan perkebunan banyak ditanami dengan tanaman padi, jagung, tebu, kacang dan terkadang padi ketan. Di pedalaman pedesaan bagian timur dan barat dialiri sungai yang berasal dari Waduk Cacaban dan menuju Kali Gung dan Laut Jawa. Sungai di bagian timur menjadi batas geografis antara desa Ketileng dengan desa Kesadikan, yang juga sekaligus batas kecamatan Kramat dan Tarub.

Budaya

sunting

Desa Ketileng mewarisi budaya Jawa seperti suku Jawa pada Umumnya. Acara-acara seperti tahlilan, slametan, mitoni, puput puser, kebluk masih dipertahankan sampai sekarang. Meski budaya-budaya Jawa tersebut mendapat pertentangan setelah masuknya Muhammadiyah di desa ini, namun sekarang telah terjadi beberapa penyesuaian budaya dengan syariat Islam. Sebagai contoh tradisi sesaji sekarang sudah diganti menjadi tradisi membagi-bagi makanan kepada tetangga.

Kesenian yang menonjol diantaranya kesenian "kuntulan". Kuntulan adalah tarian yang mengandung gerakan-gerakan seperti pencak silat. Tarian ini dimainkan oleh beberapa remaja dan anak laki-laki yang membentuk dua banjar. Penari memakai kemeja putih, celana pendek biru, kopyah putih dan berkacamata. Nama Kuntulan kemungkinan berasal dari kata "Kuntul" atau "burung Kuntul" sejenis bangau putih yang sering hinggap di daerah persawahan pulau Jawa.

Pada 15 tahun terakhir, penduduk Ketileng seluruhnya beragama Islam. Kegiatan keagamaan di desa ini bisa dikatakan cukup ramai, dibuktikan dengan kajian Islam yang dilaksanakan setiap hari serta kajian akbar yang dilaksanakan pada hari-hari besar Islam. Muhammadiyah dan NU mewadahi beberapa organisasi autonom di desa ini, di antaranya:

  1. Nahdhatul Ulama ranting Ketileng.
  2. Muslimat NU ranting Ketileng.
  3. Fatayat NU ranting Ketileng.
  4. Gerakan Pemuda Ansor ranting Ketileng.
  5. BANSER ranting Ketileng.
  6. IPNU IPPNU Ranting Ketileng,
  7. CBP/KPP IPNU IPPNU ranting Ketileng.
  8. Muhammadiyah Ranting Ketileng (Jamiah Al-Jum'ah).
  9. Aisyiah Ranting Ketileng.
  10. Nasyiatul Aisyiah Ranting Ketileng (remaja-pemuda putri).
  11. Ikatan Pelajar Muhammadiyah Ranting Ketileng.
  12. Pemuda Muhammadiyah Ketileng.
  13. Al-Hidayah.

Referensi

sunting