Ketro, Kebonagung, Pacitan

desa di Kecamatan Kebonagung, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur


Ketro adalah sebuah desa di Kecamatan Kebonagung, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, Indonesia.

Ketro
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Timur
KabupatenPacitan
KecamatanKebonagung
Kode Kemendagri35.01.05.2019 Edit nilai pada Wikidata
Luas-
Jumlah penduduk4103 orang
Kepadatan-
Peta
Peta
Peta
Peta
Koordinat:

Desa Ketro merupakan desa yang berada di kecamatan kebonagung kabupaten Pacitan jawa Timur. Desa ini merupakan desa yang berbatasan langsung dengan desa kali kuning yang masuk diwilayah kecamatan Tulakan. Dari arah kota Pacitan menuju ke arah timur, melewati jembatan legendaries Grindulu, lalu menuju pusat ekonomi yaitu Pasar arjowinangun, mengambil arah ke kanan, lalu ke timur sampai tanjakan berliku-liku, sekitar 15 KM atau 20 menit bersepeda motor sampailah di Desa ketro. Desa ini mempnyai Luas wilayah lahan sumber pangan terdiri dari Sawah irigasi teknis 3,5 H, sawah Irigasi 1\2 Teknis 27 H, Sawah Tadah Hujan 150 H, Tanah Kering/ ladang: 330 H. sedangkan untuk areal Tanah Pemukiman 256 H, selebihnya Tanah Rawa 4 H, lalu Tanah fasilitas umum yang terdiri Kas Desa 22 H

Kapasitas Masyarakat: Mengukur kapasitas masyarakat adalah dengan kepemilikan lahan dan hasil pertanian pangan dan jumlah kepemilikan ternak serta bentuk profesi lain di masyarakat. Untuk hasil tanaman pangan, masyarakat Ketro memperoleh Jagung 7 H 2 ton/h, lalu Kedelai 8 ton /H kemudian Kacang Tanah 10 ton/H, Kacang Panjang 3 ton/H sedangkan padi ladang 50 ton/H serta ubi kayu 15 ton/h. sebaran kepemilikan lahan pertanaian tanaman pangan oleh masyarakat 985 RTP memiliki lahan pertanian, sedangkan yang tidak memiliki 5 RTp dengan jumlah Rumah tangga Petani 485 RTP Jumalh kepemilikan ternak terdiri dari sapi 275 ekor Kambing 500 ekor dengan Luas lahan pakan ternak seluas 20 h yang tersebar disela-sela lahan pertanian dan lahan perkebunan masyarakat yang rata rata ditanami kayu, cokelat, kelapa, dan bamboo sebagai investasi jangka panjang masyarakat.

Jumlah Penduduk Untuk jumlah penduduk dengan perkembangan rata-rata 2% pertahun. Hingga tahun 2008 Jumlah penduduk 4103 orang yang terdiri terdiri dari laki-laki 2058 orang, perempuan 2045 orang dengan jumlah Kepala Keluarga 1186 K. Spesifikasi mata pencaharian penduduk anatara lain Petani 980 Orang, Buruh Tani 110, Swasta 50, PNS 50, Pengrajin 50 orang, Pedagang 170 orang, Peternak 190 Montir 15, Dokter 1 orang. Sedangkan mneganut agama Islam 4008 Orang dan Kresten 15 Orang, Potensi Tenaga Kerja: 1200 ) orang Ibu rumah tangga 900 orang Penduduk masih sekolah: 500 orang

Kondisi Geografis Desa ketro merupakan wilayah kecamtaan kebonagung kabupaten Pacitan dengan karakteristik pegunungan yang merupakan wilayah pegunungan kapur yang meliputi desa Wonojoyo, dengan danya telaga, kemudian tanah pegunungan tanah yang dibawahnya merupakan tanah keras yang mudah longsor yaitu diwilayah krajan, brengosan bagian utara dan krajan di wilayah RT. 04 dan RT 05. Sedangkan wilayah desa klepu, dan wonojoyo di bagian Rt. 06. Atau lingkungan Tawang merupakan bagian yang terhampar batuan setengkol atau batu bara muda. Di wilayah lain seperti Desa Nongko meruapakan bentuk pegunungan yang mayoritas kapur. Secara umum berdasarkan keluhan mastyarakat memandang secara umum bentuk kebencanaaan di desa ketro di dominasi oleh kekurangan air untuk kebituhan rumah tangga dan kebutuhan peternakan lainnya yang biasa terjadi di musim kemarau.

Dengan demikian wilayah ketro dapat diklasifikasikan dengan bentuk kebencanaannya dengan 3 bagian, yaitu: 1. Bentuk Kebencanaan yang diakibatkan kekurangan air, meliputi: a. Dusun Brengosan b. Dusun Jeruk c. Dusun Nongko d. Dusun Klepu e. Dusun Gawang Bentuk Kebencanaan yang di akibatkan oleh tekstur tanah yaitu bencana Longsor, meliputi: a. Dusun Krajan di Rt. 04 dan RT. 05 b. Dusun Jeruk Rt 1di Bagian Utara yang berbatasan dengan Krajan c. Dusun Wonojoyo, lingkungan Tawang Bentuk Kebencanaan yang di akibatkan oleh keadaan kandungan mineral bumi yaitu Dusun a. Wonojoyo wilayah Rt. O6 lingkungan Tawang b. Dusun Klepu. Dimana singkapan mineral tersebut sudah banyak muncul, bahkan di wilayah Klepu di areal persawahan dan pemukiman penduduk, sehingga keadaan tersebut menimbulkan keadaaan terganggunya kebersihan air untuk konsumsi. c. Dusun Nonggko, Kampung Mbaru, yang ketika keadaaan kemarau kesulitan air bersih, dan sebagian sumber mati, serta terdampak dengan adanya pirit. Padahal dikampung ini terletak dilereng hutan lindung pemerintah

DUSUN WONOJOYO Wonojoyo merupakan pemukiman dan lahan pertanian pedesaan yang berkarakter alam pegunungan dan lembah subur seluas 635 H. Desa wonjoyo sebenarnya dekat dengan keadaan tradisi Tulakan daripada kebonagung. Hal ini dilihat dari renteten nama desa yang cenderung mirip yang mengendtivikasikan kesamaaan asal-muasal babat pedesaan pacitan. Nama ketro merupakan sebutan kas dan satu-satunya di wilayah yang ada di rentetan jalan menuju Lorog (ngadirojo) dan Pacitan. Ketro Wonojoyo, Ketro Wonosidi, Ketro Wonokarto, Wonanti. pada awal sebelum tahun 1800.

Wonojoyo terdiri dari 6 RT adalah sebagai berikut: RT 1 : 60H RT 2 : 150H RT 3 : 75H RT 4 :100H RT 5 :125H RT6 : 75H Dusun ini berbatasan dengan pusat pemerintahan desa Ketro yaitu Krajan, tepatnya sebelah timur Krajan, yang di belah dengan jalan desa yang merupakan salah satu akses ke wilayah Desa Kali Kuning kecamatan Tulakan, dengan identitas telaga Rawo Kembang di sebelah utara jalan Raya, tepatnya disesudah pasar desa ketro. Ketika musim kemarau telaga tersebut kering dengan identitas lapangan sepak bola dan ketika musim hujan menjadi pusat muara air yang kemudian menutup aktivitas pertanian penduduk. Luasan telaga yang menyentuh bibir jalan raya itu kurang lebih 2 hektare.

Sebelah Barat : Dusun Krajan Sebelah timur : Dusun Gawang Sebelah utara laut : Dusun klepu/Desa Kepek Kali Kuning Barat daya : Dusun Nongko. Secara Administrasi dusun Wonojoyo terbagi atas 6 RT, Dengan jumlah penduduk 717 Jiwa. Orang, dan terbagi atas 239 KK dan 210 KS yang masing-masing RT dengan jumlah sebagai berikut: RT 1 : 54 KK 34 KS Keluarga Miskin 0 Orang RT 2 : 40 KK 40 KS Keluarga Miskin 4 Orang RT 3 : 30 KK 30 KS Keluarga Miskin 4 Orang RT 4 : 36 KK 34 KS Keluarga Miskin 4 Orang RT 5 : 37 KK 36 KS Keluarga Miskin 4 Orang RT6 : 42 KK 36 KS Keluarga Miskin 0 Orang Kreteria Miskin adalah: Tidak mempunyai lahan pertanian, tidak sehat, tidak punya penghasilan tetap.) Sebagaimana umumnya pedesaan masyarakat dalam penghidupannya selalu memprioritaskan pertanian yang terbentang membujur dari selatan ke utara dengan persawahan luas 35% dari luas dusun dan di sela-sela Pemukiman 20% luas dusun yang lainnya berupa lahan pertanian kayu dengan luasan 45% yang ditanami sengon laut, mahoni, dan kelapa. Sebagai pokok pencaharian tambahan penduduk berternak kambing, sapi, ayam, dan berdagang. Jumlah Pedagang Mikro: 30 Orang Jumlah Pedagang Menengah: 3 Orang Jumlah Pegawai negeri Sipil: 8 Orang

Perbedaan mencolok antara Wonojoyo sebelah timur dan barat adalah tatakelola lahan, di bagian timur lahan pertanian dilakukan dengan model lahan kering, tanaman kayu dan usaha perkayuan. Sedangkan di bagian barat karena kondisi tanah yang subur masyarakat bercocok tanam dengan cara bersawah, yang hampir semua bisa 2 kali panen selama setahun. Bahkan di area Jabekan masyarakat bisa menanam sayuran di musim kemarau yang bisa menopang kebutuhan rumah tangga.

Perkembangan penduduk di wonojoyo dengan areal terpadat adalah rt 4, dilihat dengan pertumbuhan keluarga. pada tahun 1955 jumlahnya 9 KK untuk tahun 2008 ini jumlahnya 40 KK, jika di hitung pertumbuhan per tahun jumlah pertambahnnya adalah selama 63 tahun adalah 31 KK. Maka rata perkembangan penduduk 2 KK pertahun. Sebelum tahun 1933 identitas trah Wonojoyo masih bisa di identifikas, seperti di Tawang dengan luas wilayah 78 H di huni Oleh keluarga Gunorejo, Sarmo, Targinah dan Suliyem. Gunorejo mempunyai keturunan Min Kerto, Giyo, Sogiyem, Toyo Kerto, Toijoyo dan Gimin. Sarmo memiliki keturunan Bu Tuminem, Mat Sari dan Ibunya Suranto (sudah meninggal) (dari sini kita bisa melihat sekarang ini ternyata di wonojoyo merupakan rangkaian keluarga besar yang di dominasi oleh satu kelompok masyarakat kecil, dan mendekatkan asal muasal dan tahun kapan wonojoyo berhenti. (1800). Nangun merupakan Trah Joyo Karmo dan Toikromo. tersebut keturunannya adalah Mbah Modin Misngeru, Sumo, Giyem, Mistar, Misradi. (keturunan masih banyak di nangun)

Kondisi Geografis Secara geografis Wonojoyo merupakan wilayah sebagian besar pegunungan kapur yang membujur ke utara. Dan berbatasan langsung dengan tanah perbukitan lempunganan yang memiliki karakter kelongsoran. Jenis tanah ini merupakan jenis tanah yang memiliki tingkat kandungan hara yang sangat rendah. Tanah merah tersusun atas partikel yang berukuran besar, sehingga tidak efisien dalam menahan kelembaban dan unsur hara dalam tanah. Hal ini menyebabkan tanah merah tidak cocok untuk usaha pertanian karena tidak subur kurang produktif.

Tanah lempung tergolong tanah yang sulit diolah. Ini disebabkan tanah lempung mengandung partikel yang berukuran sangat kecil sehingga lebih padat karena ikatan partikel di dalamnya lebih erat. Karena memiliki sifat seperti itu, tanah akan terasa berat dan susah diolah terutama di musim penghujan, namun tanah ini akan menjadi sangat keras dan pecah di musim kemarau. Dibandingkan dengan tanah merah, akar tanaman pada tanah ini akan lebih sukar menembusnya. Bahkan karena sifatnya itu, air lebih sulit meresap dan ilmuwan Yunani yaitu Aristoteles, yang menyebutkan adanya arang seperti batu.