Kimia kristal adalah suatu studi mengenai prinsip-prinsip kimia di balik kristal dan penggunaannya dalam mendeskripsikan hubungan struktur dan sifat dalam padatan.[1] Prinsip-prinsip yang mengatur penyusunan struktur kristal dan kaca dijelaskan, model dari banyak struktur kristal yang penting secara teknologi (zinc blende, alumina, kuarsa, perovskit) turut dipelajari, serta efek struktur kristal pada berbagai mekanisme dasar yang bertanggungjawab pada banyak sifat kimia juga didiskusikan.

Struktur kristal lepidokrosit (y-FeOOH)
Struktur kristal lepidokrosit (y-FeOOH)

Sejarah

sunting

Perkembangan awal kimia kristal adalah hasil utama dari percobaan dan interpretasi William Lawrence Bragg dan rekan kerjanya di Manchester pada tahun 1920.[2] dan oleh V. M. Goldschmidt dan rekan kerjanya di Oslo pada tahun 1930-an. Upaya mereka ditandai dengan pendekatan empiris bagi pemahaman struktur kristal melalui model sederhana berdasarkan jarak interatomik yang diobservasi.[3]

Kemudian pada tahun 1930-an, Linus Pauling menunjukkan bahwa sangat penting untuk memperhitungkan valensi kimia dan memperkenalkan konsep elektronegativitas untuk membantu memperhitungkan berbagai tingkat kovalen dalam ikatan kimia.[4][5] Selanjutnya, pendekatan untuk kimia kristal telah dikembangkan bersama dasarnya dua jalur. Jalur pertama sebagian besar masih empiris dan berdasarkan pengamatan dari jarak interatomik dan menggabungkan ide-ide yang relatif sederhana mengenai valensi, koordinasi, dan struktur elektronik.[1] Pendekatan kedua adalah hubungan yang didasarkan pada mekanika kuantum dan telah digunakan sebagian besar untuk interpretasi spektrum atau untuk penanganan struktur molekul atau kluster hipotetis yang mensimulasikan konfigurasi yang ditemukan dalam mineral yang nyata.

 
Bentuk kalsit (Goldschmidt, 1913)

Berbagai topik yang dikaji dalam kimia kristal diantaranya:[1][3]

  1. Ikatan kimia dan elektronegativitas
  2. Dasar-dasar kristalografi: sistem kristal, Indeks Miller, elemen simetri, panjang ikatan dan jari-jari, densitas teoretis
  3. Prediksi struktur kristal dan kaca: Aturan Pauling dan Zachariasen
  4. Diagram fase dan kimia kristal (termasuk larutan padat)
  5. Ketidaksempurnaan (termasuk defek kimia dan defek garis)
  6. Transisi fase
  7. Hubungan struktur-sifat: Hukum Neumann, titik leleh, sifat mekanik (kekerasan, modulus elastisitas), sifat termal (ekspansi termal, panas spesifik, konduktivitas termal), difusi, konduktivitas ionik, indeks bias, penyerapan, warna, dielektrik dan ferroelektrik, dan kemagnetan
  8. Struktur kristal logam, semikonduktor, polimer, dan keramik

Studi mengenai kimia kristal merupakan dasar yang penting bagi sains mineralogi, seperti halnya bidang-bidang lain seperti sains material dan kimia fasa padat (solid-state chemistry). Tiga aspek utama yang mendasari sains mineralogi, diantaranya, mineralogi deskriptif, aplikasi mineralogi, serta fisika dan kimia material, seluruhnya terwadahi dalam kimia kristal.

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ a b c Evans, R. C. (1952). An Introduction to Crystal Chemistry. London: Cambridge University Press. 
  2. ^ Bragg, W. L. (1920). "The arrangernent of ions in crystals". Philosophical Magazine: 169-189. 
  3. ^ a b Hazen, R. M., Finger, L. W. (1982). Comparative Crystal Chemistry. New York: John Wiley and Sons. 
  4. ^ Pauling, L. (1960). The Nature of the Chemical Bond (edisi ke-3rd). Ithaca, NY: Cornell University Press. 
  5. ^ Burdett, J. K., Mclarnan, T. J. (1984). "An orbital interpretation of Pauling's rules". American Mineralogist. 69: ffil-621. 

Pranala luar

sunting