Kitab Sepuluh Risalah tentang Mata
Kitab Sepuluh Risalah tentang Mata (bahasa Arab: كتاب العشر مقالات في للعين, Kitab al-Ashr Maqalat fil-Ayn) adalah sebuah buku karya Hunayn bin Ishaq yang menjelaskan teori penglihatan berdasarkan pada sifat-sifat kosmologis mengenai jalur dari otak menuju objek yang sedang dilihat.[1][2][3] Struktur optik mata yang dijelaskan dalam buku ini sangat dipengaruhi oleh buku De placitis Hippocratis at Platonis dan De usu partium karya Galen, baik dari segi anatomi maupun fisiologi.[2][3] Hunain lebih unggul jika dibandingkan dengan Galen pada aspek penyajian yang lebih sistematis dalam menjelaskan bagian-bagian mata, serta penambahan yang ia lakukan pada aspek kosmologis pada buku ini.[2]
Kitab Sepuluh Risalah tentang Mata ditulis pada abad ke-9 Masehi dan diterjemahkan ke dalam bahasa Latin. Terjemahan dari buku ini sering dipakai oleh dokter mata pertengahan di Barat, serta mengantarkan mereka untuk mengenal karya-karya Galen.[2]
Ikhtisar
suntingAda empat doktrin penting yang membentuk tesis Hunayn mengenai penglihatan dan anatomi mata:
- Tatanan struktural: masing-masing komponen mata memiliki sifatnya sendiri-sendiri, dan diatur sedemikian rupa sehingga berada dalam harmoni kosmologis.
- Teleologi medis: keberadaan masing-masing komponen ini ditentukan oleh tujuan utamanya, yaitu penglihatan. Tujuan sekunder mereka, yang dipandu oleh sifat alamiahnya, menentukan bagaimana penglihatan akan dicapai.
- Elemen-elemen: masing-masing dari empat elemen tanah, api, udara, dan air berhubungan dengan satu indera. Indera kelima adalah kombinasi dari dua dari empat elemen yang telah dijelaskan.
- Penerapan komponen: keefektifan masing-masing dari kelima indera sangat bergantung pada komponen yang menjadi objek penginderaannya.
Hunayn mengandalkan prinsip-prinsip ini untuk membangun konsepsi teori mengenai penglihatan, yang menggabungkan anatomi mata sedemikian rupa sehingga diskusi tentang satu indra tanpa indra yang lain menjadi tidak produktif.[4]
Anatomi mata
suntingDalam buku ini, Hunayn menjelaskan struktur mata sebagai suatu hierarki, dimulai dari bagian yang secara langsung bertanggung jawab untuk melihat, dan menurun ke bagian yang hanya memfasilitasi fungsi penglihatan tapi tidak secara langsung. Lensa mata yang digambarkan sebagai putih, transparan, dan bercahaya, memiliki susunan yang cocok untuk menerima warna secara cepat. Berlawanan dengan konsepsi Galen yang menyatakan bahwa lensa berbentuk datar, Hunayn berpendapat bahwa bentuk lensa sejatinya lebih bulat, yang memungkinkan bidang penglihatan yang lebih besar. Hunayn berulang kali menekankan bahwa ia percaya bahwa lensa kristal berada tepat di tengah-tengah mata. Hunayn mungkin adalah yang pertama kali mencetuskan ide ini.[1]
Gagasan mengenai lensa kristal yang berada di tengah-tengah diyakini secara luas sejak periode Hunayn hingga akhir tahun 1500-an.[5] Dalam buku ini, Hunayn mendeskripsikan berbagai macam struktur di belakang mata yang menghubungkannya ke otak, dimulai dari sklera, sebuah membran tebal dan keras yang melindungi bagian dalam saraf dari cedera. Kemudian terdapat koroid, struktur tipis dan lembut yang memiliki banyak pembuluh darah dan arteri dengan fungsi memberikan nutrisi pada keseluruhan struktur mata melalui retina, lapisan yang terakhir. Retina juga berfungsi mengantarkan nutrisi ke lensa itu sendiri. Hunayn kemudian mengusulkan struktur yang bertanggung jawab untuk melindungi mata. Dari lapisan terluar terdapat konjungtiva, kornea, dan uvea. Kendati konjungtiva dan kornea memberikan perlindungan dengan memperkecil gangguan pada lensa, uvea memiliki fungsi tambahan untuk memusatkan "pneuma" yang keluar dari mata agar tidak dihamburkan oleh cahaya.[4] Di sini, pneuma bermakna "roh" atau "jiwa" yang menjadi esensi bagi segala benda.[6]
Fungsi otak
suntingOtak, sebagai sumber persepsi, gerakan sadar, dan kehendak bebas, juga digambarkan sebagai sumber pneuma psikis. Dimulai dari jantung sebagai pneuma vital, bergerak menuju otak di mana penuma vital disempurnakan lebih lanjut menjadi pneuma khusus yang digunakan untuk penglihatan. Hunayn juga memperkenalkan konsep hirarki indera, menempatkan indra penglihatan di urutan teratas dan mengasosiasikannya dengan elemen api. Hunayn juga menjelaskan tiga tingkatan elemen ini: api, panas merah, dan cahaya. Hunayn merasionalisasi masuknya cahaya dengan menggambarkan penciptaan api setelah memusatkannya melalui "kaca magnetik".[4] Hunayn menghubungkan semua ide ini dengan merujuk pada fakta bahwa otak bekerja secara langsung untuk menyediakan pneuma yang diperlukan mata agar bisa menjalankan fungsinya, dengan cahaya yang memberikan penerangan yang diperlukan untuk membedakan objek yang dilihat.[4]
Fungsi pneuma dalam penglihatan
suntingSetelah terkonsentrasi di otak, pneuma psikis yang sangat cair bergerak di sepanjang jaringan mata hingga menembus bagian depan. Pneuma bercampur dengan aqueous humor (cairan di dalam mata) yang sudah ada sebelumnya, lalu mengisi uvea dan menyebabkan peregangan yang terlihat pada pupil. Jika satu mata ditutup dan mata lainnya dibiarkan terbuka, pneuma yang ditujukan ke mata yang tertutup akan dialihkan ke mata yang terbuka, sehingga menyebabkan perluasan pupil yang terlihat setelahnya. Setelah terkumpul di uvea, pneuma ini kemudian bergerak di sepanjang udara sebagai perantara, menyebabkan penuma berubah sesuai dengan bentuk di sekelilingnya. Pada akhirnya, penuma tersebut dikirim kembali ke mata sebagai suatu sinyal. Hunayn menganalogikan proses ini dalam bukunya:
Jika seseorang berjalan dalam kegelapan dan memegang tongkat di tangannya, lalu mengulurkannya dengan panjang penuh di depannya, dan tongkat tersebut bertemu dengan sebuah objek yang mencegahnya untuk maju lebih jauh, ia akan segera mengetahui dengan analogi bahwa objek yang mencegah tongkat tersebut untuk maju adalah sebuah benda padat yang "mementalkan" apa pun yang menghalanginya... sama halnya dengan penglihatan.
Dengan kata lain, udara bertindak sebagai tongkat yang memungkinkan pneuma mengidentifikasi objek, dan meneruskannya kembali ke mata untuk menghasilkan penglihatan selama ada cahaya. Cahaya dan pneuma bekerja sama untuk menghilangkan penghalang dan mengarahkan transisi indra langsung ke mata, sehingga penglihatan dapat terjadi.[7]
Referensi
sunting- ^ a b Goldstein, I. (1929-07-01). "The Book of the Ten Treatises on the Eye Ascribed to Hunain Ibn Is-Haq (809-877 A. D.)". Archives of Ophthalmology (dalam bahasa Inggris). 2 (1): 114–117. doi:10.1001/archopht.1929.00810020119017. ISSN 0003-9950.
- ^ a b c d Lindberg, David C. (1996-04-22). Theories of Vision from Al-Kindi to Kepler (dalam bahasa English) (edisi ke-Revised ed. edition). Chicago, Ill.: University of Chicago Press. ISBN 978-0-226-48235-4.
- ^ a b Sarton, George (1929). "Review of The book of the ten treatises on the eye ascribed to Ḥunain ibn Isḥâq (809-877 A. D.)". Isis. 13 (1): 106–109. ISSN 0021-1753.
- ^ a b c d Eastwood, Bruce Stanfield. (1982). "The Elements of Vision: The Micro-cosmology of Galenic Visual Theory According to Hunayn Ibn Ishaq." Transactions of the American Philosophical Society 72 part 5. p1–2.
- ^ Leffler, Christopher T.; Hadi, Tamer; Udupa, Akrithi; Schwartz, Stephen; Schwartz, Daniel (2016-04). "A medieval fallacy: the crystalline lens in the center of the eye". Clinical Ophthalmology (dalam bahasa Inggris): 649. doi:10.2147/OPTH.S100708. ISSN 1177-5483. PMC 4833360 . PMID 27114699.
- ^ Lorens Bagus (1996). Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia. hlm. 855.
- ^ Rashed, Roshdi (1996). Encyclopedia of the History of Arabic Science. New York: Routledge. pp. 682–683