Kelenteng Xian Ma

bangunan kuil di Indonesia
(Dialihkan dari Klenteng Xiang Ma)

Kelenteng Xian Ma atau Vihara Istana Naga Sakti merupakan salah satu kelenteng yang tertua di Kota Makassar. Fungsi Kelenteng Xian Ma sebagai rumah ibadah bagi masyarakat yang beragama Konghucu dan beragama Buddha di Kawasan Pecinan Makassar. Bangunan pada Kelenteng Xian Ma menerapkan arsitektur Tionghoa. Kelenteng Xian Ma dikelola oleh Yayasan Vihara Naga Sakti.

Kelenteng Xian Ma
望加錫龍顯宮仙媽廟
Sembahyang di Kelenteng Xian Ma
Agama
AfiliasiTridharma
ProvinsiSulawesi Selatan
Badan pengelolaYayasan Vihara Naga Sakti
Lokasi
Arsitektur
Gaya arsitekturTionghoa

Struktur bangunan

sunting

Kelenteng Xian Ma didirikan di Jalan Sulawesi, Kota Makassar. Pada awal pendiriannya, bangunan Kelenteng Xian Ma berbahan dasar kayu dan bambu serta beratapkan daun nipah.[1] Pada tahun 1860, Kelenteng Xian Ma direnovasi menjadi bangunan permanen dengan bahan dasar bangunan berupa batu bata disertai denah simetris yang terdiri dari gapura, unit sentral, ruang sembahyang dengan sayap di kiri dan kanan. Sayap kiri atau ruang sebelah utara telah mengalami pemugaran menjadi bangunan bertingkat untuk tangga dan gang, sedang sayap kanan sudah tidak ada. Pada gapura terdapat patung anjing, unit sentral tempat patung Dewi Xian Ma ditempatkan di atas altar, dan di ruang belakang terdapat patung Buddha.[1]

Dekorasi

sunting

Kelenteng Xian Ma merupakan sebuah bangunan dengan arsitektur Tiongkok. Karena itu, di dalam Kelenteng Xian Ma penuh dengan hiasan berupa molding dan patung-patung naga yang dikombinasikan dengan unsur hiasan pada susunan balok-balok, kolom, konsol yang bertumpuk melebar sehingga menghasilkan perpaduan yang begitu harmonis. Kondisi fisik bangunan sangat terawat dengan pengelolaan langsung oleh Yayasan Vihara Naga Sakti.[1]

Pengategorian

sunting

Dalam Tabel Karakteristik Bangunan Cagar Budaya Kota Makassar,[2] Kelenteng Xian Ma memiliki kriteria berikut:

  1. Umur bangunan tergolong kuno dan ditetapkan sebagai cagar budaya
  2. Mewakili estetika dan periodisasi terhadap gaya dan langgam bangunan pada masanya
  3. Dilestarikan tetapi tidak mewakili kelas atau jenis khusus bangunan yang cukup berperan
  4. Menggunakan salah satu gaya arsitektur yang tidak langka
  5. Memiliiki peran terhadap nilai sejarah lokal
  6. Sebagian bangunan mengalami perubahan dan cenderung tidak berbeda dengan bangunan asli
  7. Arsitektur mewakili salah satu corak kebudayaan Cina
  8. Kuat sebagai markah tanah kawasan

Referensi

sunting
  1. ^ a b c Natsir, Mohammad, dkk (2013). Bangunan Bersejarah di Kota Makassar. Makassar: Balai Pelestarian Cagar Budaya Makassar. hlm. 43. 
  2. ^ Satriani dkk. 2016. Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016. Kebijakan Pelestarian Bangunan Cagar Budaya sebagai Identitas Kota Makassar. hlm. 24.