Ular-sendok India
Ular-sendok India (Naja naja) atau dalam bahasa Inggris disebut Indian cobra, spectacled cobra, Asian cobra, atau binocellate cobra, adalah spesies ular sendok yang tersebar di Asia Selatan, dan salah satu dari beberapa jenis ular yang banyak menimbulkan kasus gigitan mematikan di India.[2][3] Ular-sendok India sangat terkenal dalam mitologi dan kultur India, serta menjadi bahan pertunjukan pawang ular.
Ular-sendok India
| |
---|---|
Naja naja | |
Status konservasi | |
Risiko rendah | |
IUCN | 62241 |
Taksonomi | |
Galat Lua: callParserFunction: function "Template" was not found. | |
Spesies | Naja naja Linnaeus, 1758 |
Tata nama | |
Sinonim takson |
|
Distribusi | |
Etimologi
suntingNama genus dan sekaligus nama spesifik ular ini, Naja, diambil dari kata bahasa Sansekerta: नाग (nāgá), yang berarti "ular-sendok".[4] Spesies ini dideskripsikan pertama kali oleh ilmuwan Carl Linnaeus pada tahun 1758.[5][6] Sebutan-sebutan lokal untuk ular ini di India di antaranya: Nag (Hindi/Marathi), Moorkhan (Malayalam), Naya (Sinhale), Nagu Paamu (Telugu),[7] dan Nalla pambu (Tamil).[7]
Identifikasi
suntingSeekor ular-sendok India berukuran panjang antara 1 sampai 1,5 meter. Beberapa spesimen, misalnya yang ditangkap di Sri Lanka, panjangnya sekitar 2 sampai 2,2 meter.[8] Sisik-sisik dorsal (tubuh bagian atas) terdiri dari 23 baris (21–25) di bagian tengah badan. Sisik-sisik ventral (bagian bawah tubuh) sebanyak 171–197 buah. Sisik-sisik subkaudal sebanyak 48–75 dan terbagi (divided), serta sisik anal tunggal. Sisik labial (bibir) atas sebanyak 7 buah, salah satu sisiknya bersentuhan dengan sisik nasal anterior, dan beberapa sisik bersentuhan dengan mata. Sisik labial bawah sebanyak 9–10 buah, dan terdapat sisik angular cuneate kecil di antara dua sisik dari sisik-sisik labial bawah tersebut. Sisik preokular bersentuhan dengan sisik internasal, dan 3 sisik postokular. Sisik temporal sebanyak 2 + 3.[9]
Pewarnaan tubuh ular-sendok India bervariasi berdasarkan sebarannya. Pewarnaan pada bagian bawah tubuhnya di antaranya kelabu, kuning, cokelat, kemerahan, atau hitam. Tubuh bagian atasnya bisa memiliki motif atau pola warna tertentu. Beberapa spesimen, misalnya dari Sri Lanka, memiliki sedikit belang pada punggungnya. Di Pakistan, ular muda berwarna kelabu dan bisa memiliki tanda pada leher atau tidak, sedangkan ular dewasa berwarna kehitaman pada tubuh atas, serta warna lebih terang pada tubuh bawah (kecuali bagian leher). Sebagian besar spesimen ular-sendok India yang ditemukan memiliki belang lebar berwarna gelap di lehernya. Ular-sendok India adalah salah satu jenis ular-sendok yang memiliki tanda di leher belakangnya. Ketika ular ini mengembangkan lehernya, tanda tersebut berubah menjadi dua motif yang saling terhubung melalui garis kurva, membentuk pola menyerupai kacamata (spectacles).[8]
Penyebaran dan habitat
suntingUlar-sendok India tersebar di Pakistan, India (hampir semua daerah, termasuk Madhya Pradesh, Assam, Tamil Nadu, Punjab, Maharashtra, Kerala, Gujarat), Sri Lanka, Bangladesh, Nepal, Bhutan, dan Afganistan (masih dipertanyakan).[1]
Ular-sendok India menghuni daerah dataran rendah hingga ketinggian 2000 mdpl. Habitat ular ini cukup beragam, meliputi hutan terbuka, dataran luas (plains), lahan pertanian, daerah berbatu, dataran basah (wetland), dan bahkan di sekitar permukiman manusia, misalnya perkampungan. Ular ini tidak dapat ditemukan di gurun atau padang pasir. Ular ini menyukai tempat-tempat tersembunyi seperti celah pohon, bebatuan, dan sarang mamalia kecil.[9][10]
Reproduksi
suntingUlar-sendok India berkembang biak dengan bertelur (ovipar). Jumlah telur yang dihasilkan sebanyak 10 sampai 30 butir dan akan menetas setelah diinkubasi selama 48 sampai 69 hari. Anak ular yang baru menetas berukuran panjang antara 20 sampai 30 cm dan kelenjar bisanya sudah dapat berfungsi.
Galeri
sunting-
Ular-sendok India mengembangkan lehernya
-
Pola "kacamata" pada leher belakangnya
-
Di habitat alaminya
-
Ular-sendok India, spesimen berwarna albino
-
Ular-sendok India di keranjang pawang ular
Bisa
suntingSeperti halnya ular sendok lain, ular-sendok India adalah ular berbisa yang mematikan. Racun bisanya memiliki kandungan post-sinaptik neurotoksin[9] dan kardiotoksin.[9][11] Bisa ular ini melumpuhkan saraf, menimbulkan paralisis, dan dapat menyebabkan gangguan pernapasan dan berhentinya kerja jantung. Komponen bisanya juga mengandung enzim seperti Hyaluronidase yang mengakibatkan lisis dan mempercepat penyebaran bisa. Gejala-gejala akibat bisa ular ini mulai terasa dalam waktu 15 menit sampai 2 jam setelah gigitan.[12]
Ular-sendok India adalah salah satu dari "empat besar" jenis ular India, yang banyak menimbulkan kasus kematian manusia akibat gigitan ular di Asia. Antibisa Polivalen tersedia untuk mengobati gigitan dari ular ini.[13] Tanaman Temu putih (Curcuma zedoaria) yang dianggap obat efektif untuk gigitan ular,[14] tampak menjanjikan dalam uji eksperimennya terhadap bisa ular-sendok.[15]
Referensi
sunting- ^ a b Naja naja di Reptarium.cz Reptile Database. Diakses 21 Desember 2020.
- ^ Whitaker, Romulus; Captain, Ashok (2004). Snakes of India: The Field Guide. Chennai, India: Draco Books. ISBN 81-901873-0-9.
- ^ Mukherjee, Ashis K. (2012). "Green medicine as a harmonizing tool to antivenom therapy for the clinical management of snakebite: The road ahead". Indian J Med Res. 136 (1): 10–12. PMC 3461710 . PMID 22885258.
- ^ "Naja". The Free Dictionary. Princeton University. Diakses tanggal 28 March 2014.
- ^ "Naja naja". Integrated Taxonomic Information System. Diakses tanggal 23 March 2014.
- ^ Linnaeus, Carl (1758). Systema naturae per regna tria naturae :secundum classes, ordines, genera, species, cum characteribus, differentiis, synonymis, locis (dalam bahasa Latin) (edisi ke-10th). Stockholm: Laurentius Salvius.
- ^ a b Daniel, J.C. (2002). The Book of Indian Reptiles and Amphibians. Oxford, England: Bombay Natural History Society and Oxford University Press. hlm. 136–140. ISBN 0-19-566099-4.
- ^ a b Wüster, W. (1998). "The Cobras of the genus Naja in India" (PDF). Hamadryad. 23 (1): 15–32. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2016-03-04. Diakses tanggal 15 September 2014.
- ^ a b c d "Naja naja". University of Adelaide.
- ^ Whitaker, Captain, Romulus, Ashok (2004). Snakes of India, The Field Guide. India: Draco Books. hlm. 354. ISBN 81-901873-0-9.
- ^ Achyuthan, K. E.; Ramachandran, L. K. (1981). "Cardiotoxin of the Indian cobra (Naja naja) is a pyrophosphatase" (PDF). Journal of Biosciences. 3 (2): 149–156. doi:10.1007/BF02702658.
- ^ "IMMEDIATE FIRST AID for bites by Indian or Common Cobra (Naja naja naja)". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-04-02.
- ^ Snake-bites: a growing, global threat. BBC News (2011-02-22). Retrieved on 2013-01-03.
- ^ Martz, W. (1992). "Plants with a reputation against snakebite". Toxicon. 30 (10): 1131–1142. doi:10.1016/0041-0101(92)90429-9. PMID 1440620.
- ^ Daduang; Sattayasai, N.; Sattayasai, J.; Tophrom, P.; Thammathaworn, A.; Chaveerach, A.; Konkchaiyaphum, M. (2005). "Screening of plants containing Naja naja siamensis cobra venom inhibitory activity using modified ELISA technique". Analytical Biochemistry. 341 (2): 316–325. doi:10.1016/j.ab.2005.03.037. PMID 15907878.
Publikasi dan pranala lain
sunting- Linnaeus, 1758 : Systema naturae per regna tria naturae, secundum classes, ordines, genera, species, cum characteribus, differentiis, synonymis, locis, ed. 10 (texte intégral).
- "Naja naja Linnaeus, 1758". Integrated Taxonomic Information System. Diakses tanggal 23 March 2014.
- Naja naja di Reptarium.cz Reptile Database
- Serpents in Indian culture An article on Biodiversity of India website.