Konflik Pailir (1608)
Perang Saudara Banten atau dikenal dengan Peristiwa Pailir atau Konflik Pailir (Bertempat di Hilir) adalah peristiwa antara kubu Pangeran Kulon dengan Pemerintahan Kesultanan Banten yang dipimpin oleh Pangeran Arya Ranamanggala.
Konflik Pailir (1608) | |||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
| |||||||
Pihak terlibat | |||||||
(Pasukan Arya Ranamanggala) | Pasukan Pemberontak | ||||||
Tokoh dan pemimpin | |||||||
Sultan Abdul Kadir Pangeran Jayakarta IV Arya Ranamanggala Pangeran Upatih |
Pangeran Kulon Adipati Yudanagara Panji Jayengtilem † Pangeran Singajaya † | ||||||
Kekuatan | |||||||
tidak diketahui | 8,020 pasukan[2][3] |
Latar belakang
suntingAwal kekacauan ini adalah sikap Mangkubumi yang membuat iri dan ketidaksenangan kepada bangawan lain. Beberapa bangsawan besar mengadakan pertemuan untuk mengatasi kekacauan ini. yaitu dengan cara membunuh Mangkubumi. tugas ini diberikan kepada Adipati Yudanagara atas jaminan dari Arya Ranamanggala dan Pangeran Mandura. dia berhasil membunuh Mangkubumi dengan cara menusuknya dengan tombak. Setelah pembunuhan itu semua anggota kerajaan merasa sedih atas kepergian Mangkubumi itu termasuk Sultan Abdul Kadir. Atas kesedihan ini Arya Ranamanggala dan bangsawan lainnya untuk bermusyawarah untuk membicarakan pembunuhan ini. semua bangsawan datang bangsawan datang ke pertemuan itu kecuali Pangeran Kidul, Adipati Yudanagara, Pangeran Singaraja dan lainnya tidak hadir pada pertemuan itu. Merasa terancam Adipati Yudanagara pun mendukung Pangeran Kulon untuk menjadi Sultan Banten. dan menurut Pangeran Kulon dia memang berhak untuk menjadi Sultan Banten. karena dukungan Adipati Yudanagara Pangeran Kulon mendirikan benteng pertahanan dihilir sungai Pabean. banyak rakyat yang simpati terhadap mereka dan mendukungnya. Karena menurut Arya Ranamanggala, perbuatan ini sangat membahayakan rakyat, dan mengusulkan untuk menyerang Pemberontak.
Setelah pemberontakan
suntingSetelah pemberontakan ini Banten menjadi aman dan tentram. Pangeran Kulon dan pemberontak lainnya tidak dibunuh atas Pangeran Jayakarta tetapi dibawa ke Jayakarta sebagai pengasingan selama 6 tahun. [1] Dan Pangeran Arya Ranamanggala diangkat menjadi Mangkubumi dan Wali Sultan Muda.[4][1]
Referensi
sunting- ^ a b c Michrob Halwany. Mudjahid Chudari 1989, hlm. 70.
- ^ Djajadiningrat 1983, hlm. 176.
- ^ Michrob Halwany. Mudjahid Chudari 1989, hlm. 69.
- ^ Djajadiningrat 1983, hlm. 169-179.
- R. Djody Djoeanda Soesena. 2024. 1 Sultan Abu al-Mafakhir Mahmud Abdul Kadir (Pangeran Ratu) SB-4 Abdul Mufachir. Geni.com / Diakses tanggal 2024-12-29
- Michrob, Halwany, A. Mudjahid Chudari. 1989. Catatan masalalu Banten. Serang: Pengurus Daerah Tingkat II Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kapubaten Serang
- Djajadiningrat, Hosein. 1983. Tinjauan kritis tentang sajarah Banten: sumbangan bagi pengenalan sifat-sifat penulisan sejarah Jawa. Jakarta: Djambatan