Konstans
Konstans (Latin: Flavius Iulius Constans Augustus;[1] kr.[2] 323[1][3] – 350) adalah kaisar Romawi mulai tahun 337 hingga 350. Ia mengalahkan kakaknya Konstantinus II pada 340. Akan tetapi, salah satu jenderalnya, Magnentius memberontak lalu membunuhnya pada 350.
Konstans | |||||
---|---|---|---|---|---|
Kaisar ke-62 dari Kekaisaran Romawi | |||||
Berkuasa | 337–350, bersama Konstantinus II (hingga 340) dan Konstantius II | ||||
Pendahulu | Konstantinus I | ||||
Penerus | Konstantius II | ||||
Kelahiran | c. 323 | ||||
Kematian | Februari 350 Vicus Helena, barat daya Gaul | ||||
| |||||
Dinasti | Konstantinian | ||||
Ayah | Konstantinus I | ||||
Ibu | Fausta |
Karier
suntingKonstans adalah anak ketiga dan termuda dari Konstantinus Agung dan Fausta, istri kedua ayahnya.[4] Ia dididik di pengadilan ayahnya di Konstantinopel di bawah bimbingan Aemilius Magnus Arborius.[1]
Pada 25 Desember 333, Konstantinus I mengangkat Konstans pada tingkat Caesar di Konstantinopel.[1] Konstans kemudian ditunangkan dengan Olympias, putri dari Prefektus Pretorian Ablabius, tetapi tidak pernah terjadi pernikahan.[4] Setelah kematian Konstantinus I pada 337, Konstans dan kedua saudaranya, Konstantinus II dan Konstantius I membagi kekaisaran untuk masing-masing mereka[5] dan membasmi kerabat-kerabat yang berpotensi mengklaim Tahta Romawi.[6] Para pasukan lalu mengakui mereka sebagai Augusti.[1] Hampir bersamaan, Konstans berhadapan dengan invasi kaum Sarmatia pada akhir tahun 337, yang mana ia memperoleh kemenangan gemilang.[4]
Konstans sebenarnya berada di bawah perwalian dari Konstantinus II.[7] Konstans lalu ditempatkan sebagai kepala prefektur Italia dan Afrika.[7] Konstans tidak senang akan pembagian ini, sehingga ia mengadakan pertemuan dengan saudara-saudaranya di Viminacium pada 338 untuk menyelesaikan masalah ini.[7] Konstans berhasil memperoleh Prefektur Illyricum dan Keuskupan Thracia, provinsi yang seharusnya dipimpin Dalmatius seperti wasiat Konstantinus I.[6] Konstantinus II kemudian memprotes akan hal ini karena ia tidak menerima luas wilayah yang merupakan haknya sebagai anak tertua.[8]
Kecewa bahwa Konstans menguasai Thracia dan Makedonia setelah kematian Dalmatius, Konstantinus II meminta Konstans memberikan wilayah Afrika, yang mana ia setuju untuk memberikannya untuk menjaga perdamaian sementara.[8][9] Meskipun begitu, dengan segera, mereka berdua mulai berdebat mengenai wilayah mana yang masuk Kartago (Konstantinus) dan Italia (Konstans).[10] Hal ini menciptakan ketegangan di antara mereka, yang mana Konstans telah dewasa, tetapi Konstantinus menolak untuk melepas perwaliannya.[9] Konstans, yang pada waktu itu berada di Dacia, merekrut pasukannya dari kaum Illyria untuk bergabung bersamanya.[8] Konstantinus kemudian terjebak di Aquileia, di mana ia gugur, mewariskan Konstans semua wilayah miliknya yaitu Hispania (Spanyol), Britania (Inggris), dan Gaul (Prancis).[5]
Konstans memulai masa jabatannya dengan bersemangat.[5] Pada tahun 341-342, ia berhasil mengalahkan kaum Frank (Prancis), dan pada awal tahun 343, ia mengunjungi Britania.[4] Juru bicara dari kunjungan ini, Julius Firmicus Maternus, tidak menunjukkan alasan, tetapi bergerak cepat dalam menghadapi bahaya melintasi Selat Inggris pada saat musim dingin, sebagai respons terhadap darurat militer menghadapi kaum Pikts dan Skots.[4]
Mengenai keagamaan, Konstans sangat toleran terhadap umat Yahudi, mengesahkan ediktus (undang-undang) yang melarang persembahan Paganisme pada tahun 341.[4] Ia menekan Donatisme di Afrika dan mendukung kaum ortodoks Nicaea melawan Arianisme, seperti yang dilakukan saudaranya, Konstantius,[11] yang sebelumnya gagal,[12] dan pada tahun 346, kedua kaisar berada pada titik untuk berseteru tentang masalah ini.[13] Konflik ini terselesaikan setelah ada persetujuan interim yang mengizinkan setiap kaisar untuk mendukung gereja yang berada dalam lingkup pengaruhnya.[13]
Penulis Sejarah, Eutropius, mengatakan bahwa ia "dalam masalah besar" karena ia homoseksual; dan Aurelius Victor mengatakan bahwa ia terjebak dalam skandal dengan "tawanan barbar yang tampan".[4][13] Selain itu, Konstans juga mendukung dekret bersama Konstantius II yang mengatur bahwa pernikahan berdasarkan jenis kelamin buatan seharusnya dihukum berat.[14] Mungkin Konstans tidak mengesahkan peraturan ini atas dasar keinginannya, tetapi lebih untuk menutupi perbuatannya yang tidak senonoh dari hadapan umum.
Kematian
suntingPada tahun-tahun akhir pemerintahannya, Konstans berkembang menjadi pemimpin yang kejam dan semena-mena.[15] Dipengaruhi oleh orang kepercayaannya, dan terlalu memihak pada pengawal-pengawal pribadinya, ia kehilangan dukungan legiun.[8] Pada tahun 350, Jenderal Magnentius mengumumkan dirinya sebagai kaisar di Augustodunum dengan dukungan pasukan di Rhine, kemudian provinsi-provinsi di barat kekaisaran.[16] Konstans sedang bersenang-senang ketika mengetahui tentang diangkatnya Magnentius.[8] Karena kehilangan dukungan kaum bangsawan,[8] ia diasingkan dari kekaisaran. Ketika ia sedang menuju Spanyol dan Italia, pendukung Magnentius mengepungnya di markas di Vicus Helena (sekarang Elne) di Pegunungan Pirenia, barat daya dari Gaul,[17] di mana ia dibunuh setelah bersemadi di kuil.[13]
Lihat juga
sunting- Itineraries of the Roman emperors, 337–361
Sumber
suntingSumber Utama
sunting- Zosimus, Historia Nova, Book 2 Historia Nova
- Aurelius Victor, Epitome de Caesaribus
- Eutropius, Breviarium ab urbe condita
Sumber Lain
sunting- DiMaio, Michael; Frakes, Robert, Constans I (337–350 A.D.) Diarsipkan 2006-08-22 di Wayback Machine., in De Imperatoribus Romanis (D.I.R.), An Online Encyclopedia of Roman Emperors
- Jones, A.H.M., Martindale, J.R. The Prosopography of the Later Roman Empire, Vol. I: AD260-395, Cambridge University Press, 1971
- Canduci, Alexander (2010), Triumph & Tragedy: The Rise and Fall of Rome's Immortal Emperors, Pier 9, ISBN 978-1-74196-598-8
- Gibbon. Edward Decline & Fall of the Roman Empire (1888)
Referensi
sunting- ^ a b c d e Jones, p. 220
- ^ kira-kira
- ^ Victor, 41:23
- ^ a b c d e f g DiMaio, Constans I (337–350 A.D.
- ^ a b c Eutropius, 10:9
- ^ a b Victor, 41:20
- ^ a b c Canduci, pg. 130
- ^ a b c d e f Gibbon, Ch. 18
- ^ a b Victor, 41:21
- ^ Zosimus, 2:41-42
- ^ Socrates Scholasticus, Church History, book 2, chapter 20.
- ^ Catholic Encyclopedia, 1930, Patrick J. Healy, Sardica
- ^ a b c d Canduci, pg. 131
- ^ Boswell, Christianity, Social Tolerance and Homosexualit, 1980
- ^ Zosimus, 2:42
- ^ Eutropius, 10:9:4
- ^ Victor, 41:21:23