Kristoforus Sindhunata

Kristoforus Sindhunata lahir dengan nama Ong Tjong Hay (20 Maret 1933 – 16 Agustus 2005) adalah seorang tokoh Tionghoa pembauran Indonesia. Namanya tampaknya tidak bisa dipisahkan dari gerakan asimilasi atau pembauran keturunan Tionghoa di Indonesia. Ia belajar di Fakultas Hukum Universitas Indonesia, dan mengikuti pendidikan wajib militer ALRI pada tahun 1962 dan terakhir berpangkat mayor Angkatan Laut. Sindhunata aktif berorganisasi dan pernah menjadi Wakil Ketua PMKRI (Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia). Ia pun ikut mendirikan dan menjadi ketua Yayasan Trisakti. Ia meninggal dunia di Jakarta pada 16 Agustus 2005. Dalam aktivitasnya, Sindhunata mengatakan "Pembauran keturunan Tionghoa di Indonesia harus dipercepat, agar tidak ada lagi hal-hal yang eksplosif dalam masyarakat." Salah satu upaya pembauran yang paling tepat dan cepat, menurut Sindhunata, adalah melalui perkawinan, "karena selain saling mencintai, prosesnya wajar dan alami." Sindhunata pun melihat kesempatan menjadi militer sebagai proses untuk menanamkan semangat nasionalisme yang paling kuat. "Bila setiap keturunan Cina diberi kesempatan mengalami dinas militer," katanya, "proses pembauran akan lebih lancar."

Kristoforus Sindhunata
Mayor
Lahir(1933-04-20)20 April 1933
Meninggal16 Agustus 2005
PengabdianRepublik Indonesia
Dinas/cabangTNI Angkatan Laut
Lama dinas1962-1998
Pangkat Mayor
PenghargaanChevalier de l'Ordre National du Merite

Sindhunata menjadi ketua Bakom PKB (Badan Komunikasi Penghayatan Kesatuan Bangsa). Pada Seminar Angkatan Darat ke-2 di Lembang, Jawa Barat, tahun 1966 yang membahas masalah keturunan Tionghoa di Indonesia, Sindhunata diminta memilih dari dua istilah, "Cina" atau Tionghoa, ia menganjurkan penggunaan istilah "Cina". Ia juga mengaku bahwa ia bersama kelompoknya, para penganjur asimilasi di Indonesia, adalah "konseptor Inpres 14/1967 yang melarang kebudayaan, adat-istiadat dan tradisi Tionghoa diselenggarakan di tempat terbuka", hal ini membuat tradisi masyarakat Tionghoa Indonesia hilang di beberapa generasi, dan penggunaan istilah cina yg terkonotasi menjadi prasa ejekan.

Sindhunata yang aktif dalam perpolitikan Indonesia pernah menjadi anggota Majelis Pertimbangan Partai (MPP) Partai Amanat Nasional, namun pada Januari 2001 ia bersama 15 orang pengurus DPP PAN mengundurkan diri karena merasa partai itu tidak sejalan dengan reformasi yang dicetuskan rakyat Indonesia pada 1998.

Sindhunata aktif dalam mengembangkan hubungan persahabatan antar-negara dan pada tahun 1983, wakil ketua Perhimpunan Indonesia-Prancis ini dianugerahi medali kehormatan Prancis Chevalier de l'Ordre National du Merite, oleh pemerintah Prancis.[1]

Pranala luar

sunting
  1. ^ "Menerima penghargaan | tempo.co". Tempo. 1983-04-09. Diakses tanggal 2024-11-26.