Kualitas kehidupan kerja


Kualitas kehidupan kerja adalah konsep manajemen yang menggambarkan hubungan antara manajemen dan karyawan berkualitas dari segi pekerjaaan. Istilah kualitas kehidupan kerja pertama kali diperkenalkan pada tahun 1972. Penerapan kualitas kehidupan kerja pertama kali diawali oleh dua perusahaan besar yaitu United Automobile Workers dan General Motors, dan diikuti oleh perusahaan-perusahaan lainnya. Literatur terawal yang menggunakan istilah kualitas kehidupan kerja adalah tulisan Lloyd Suttle yang diterbitkan pada tahun 1977. Konsepnya kemudian dipublikasikan lebih lanjut oleh American Society of Training and Development pada tahun 1979. Kualitas kehidupan kerja merupakan ciri kesuksesan kewirausahaan. Bentuknya yang paling bagus adalah kepuasan kerja dari pihak pekerja di dalam suatu perusahaan.

Landasan berpikir sunting

Kualitas kehidupan kerja merupakan hasil olah pemikiran tentang filsafat manusia. Konsepnya kemudian digunakan sebagai suatu pandangan dalam sistem manajemen. Kualitas kehidupan kerja dijadikan sebagai hakikat tentang manusia dalam melakukan aktivitas kerja. Hakikat dari bekerja dalam penerapan pemikirannya berada di lingkup organisasi atau perusahaan. Kualitas kehidupan kerja dijadikan sebagai model pengelolaan organisasi. Konsep ini juga dijadikan sebagai pedoman yang manusiawi dalam memperlakukan anggota organisasi atau tenaga kerja. Kualitas kehidupan kerja menjadi salah satu cara pandang manajemen tentang manusia, pekerja dan organisasi. Cara berpikir ini membuat manusia tidak dipandang hanya sebagai suatu bagian daripada sistem. Manusia tidak dipandang sama seperti mesin yang memiliki mekanisme gerakan yang pasti dan berkesinambungan. Pandangan kepada manusia dalam konsep kualitas kehidupan kerja adalah sebagai perancang, perencana dan pengendali mesin. Keberadaan manusia sebagai pelaku langsung dalam pekerjaan membuat suatu pekerjaan menjadi bermakna dan memiliki daya jual yang penting bagi manusia lain.[1]

Pemakaian istilah sunting

Istilah kualitas kehidupan kerja pertama kali diperkenalkan pada tahun 1972 dalam Konferensi Buruh Internasional. Kualitas kehidupan kerja mulai dipertimbangkan sebagai praktik dalam pekerjaan setelah United Automobile Workers dan General Motors menerapkannya. Kedua perusahaan ini melakukannya untuk melakukan perbaikan dan pengembangan sistem kerja dalam organisasi perusahaan mereka. Pada awal penerapannya, penjabaran mengenai kualitas kehidupan kerja dalam beberapa unsur pokok. Unsur ini meliputi kepedulian manajemen tentang dampak pekerjaan pada manusia, efektifitas organisasi serta pentingnya para karyawan dalam penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan. Unsur-unsur ini terutama berkaitan dengan pekerjaan, karir, penghasilan dan nasib karyawan dalam pekerjaan. Pada awalnya, istilah kualitas kehidupan kerja dicanangkan untuk menyusun suatu rumusan yang menjelaskan bahwa setiap proses yang diputuskan manajemen perusahaan adalah suatu tanggapan atas permasalahan yang merupakan keinginan dan harapan para tenaga kerja. Perusahaan dan karyawan memiliki tujuan yang sama yaitu peningkatan kinerja perusahaan yang masalahnya harus dibahas bersama melalui pandangan bersama.[2]

Literatur yang paling awal menggunakan istilah kualitas kehidupan kerja adalah tulisan Lloyd Suttle. Tulisannya diterbitkan pada tahun 1977. Istilah ini disebut sebagai quality of work life. Dalam tulisannya ini, Lloyd Suttle menjelaskan bahwa kualitas kehidupan kerja adalah ukuran kemampuan suatu organisasi sebagai upaya pemenuhan kebutuhan pribadi secara mendasar pada seluruh anggotanya. Bentuknya berupa pemberian kesempatan dan pengalaman bermakna bagi karyawan di perusahaan. Konsep kualitas kehidupan kerja kemudian dipaparkan oleh American Society of Training and Development pada tahun 1979 sebagai kemampuan karyawan dalam pemenuhani kepentingan pribadinya dan pemenuhan pekerjaan dalam aktivitas kerjanya.[3]

Perwujudan sunting

Kualitas kehidupan kerja merupakan bagian dari pencapaian kesuksesan dalam kewirausahaan. Perwujudannya dalam bentuk pemberian penghargaan, pengembangan karier, dan kebanggaan terhadap profesi dan organisasi. Bentuk lain dari kualitas kehidupan kerja adalah kemampuan komunikasi dan interaksi sosial di dalam pekerjaan. Pada kondisi kualitas kehidupan kerja yang baik, bentuknya berupa kepuasan kerja. Suasananya teramati dari tingkat partisipasi karyawan dalam pencapaian visi dan misi perusahaan.[4]

Referensi sunting

Catatan kaki sunting

  1. ^ Soetjipto 2017, hlm. 15.
  2. ^ Soetjipto 2017, hlm. 16.
  3. ^ Soetjipto 2017, hlm. 16-17.
  4. ^ Jati, B. M. E., dan Pryambodo, T. K. (2015). Maya, ed. Kewirausahaan: Technopreneurship untuk Mahasiswa Ilmu-ilmu Eksakta. Yogyakarta: Penerbit ANDI Yogyakarta. hlm. 17. ISBN 978-979-29-5138-7. 

Daftar pustaka sunting