Cheng Ho

diplomat, navigator dan pengelana asal Dinasti Ming
(Dialihkan dari Laksamana Cheng Ho)

Laksmana Cheng Ho[2] atau Zheng He[3] (Hanzi tradisional:鄭和, Hanzi sederhana: 郑和, Arab: تشنغ هو, Hanyu Pinyin: Zhèng Hé, Wade-Giles: Cheng Ho; nama asli: 马三宝 Hanyu Pinyin: Ma Sanbao) (1371–1433), adalah seorang pelaut dan penjelajah muslim Tiongkok terkenal. Di antara penjelajahannya adalah ekspedisi ke Nusantara dan Taiwan antara tahun 1405 hingga 1433.

Cheng Ho
Patung dari monumen modern Cheng Ho di Museum Kembar di Kota Malaka, Malaysia
Lahir1371[1]
Kemnyan, Kunming, Yunnan, China[1]
Meninggal1433 – 1371; umur -63–-62 tahun atau
1435 – 1371; umur -65–-64 tahun
Nama lainMa He
Ma Sanbao
PekerjaanLaksamana kerajaan, diplomat, Penjelajah, Kasim istana
ZamanDinasti Ming
Lukisan yang menggambarkan Cheng Ho

Biografi sunting

Cheng Ho [4] adalah seorang kasim yang menjadi orang kepercayaan Kaisar Yongle dari Tiongkok (berkuasa tahun 1403–1424), kaisar ketiga dari Dinasti Ming. Nama aslinya adalah Ma He, juga dikenal dengan sebutan Ma Sanbao (馬 三保)/Sam Po Bo,[5] berasal dari provinsi Yunnan. Ketika pasukan Ming menaklukkan Yunnan, Cheng Ho ditangkap dan kemudian dijadikan orang kasim. Cheng Ho adalah keturunan suku Hui, suku bangsa yang secara fisik mirip dengan suku Han tetapi memeluk agama Islam.

Cheng Ho melakukan pelayaran ke Malaka pada abad ke-15.

Pada tahun 1424, Kaisar Yongle wafat. Penggantinya, Kaisar Hongxi (berkuasa tahun 1424–1425), memutuskan untuk mengurangi pengaruh kasim di lingkungan kerajaan. Cheng Ho melakukan satu ekspedisi lagi pada masa kekuasaan Kaisar Xuande (berkuasa 1426–1435).

Penjelajahan sunting

 
Prangko peringatan 600 tahun perjalanan Laksamana Cheng Ho

Cheng Ho melakukan ekspedisi ke berbagai daerah di Asia dan Afrika, antara lain:[butuh rujukan]

Bukti Laksamana Cheng Ho beragama Islam, di temukan makamnya berada di kawasan Niu Shou Shan ( Gunung Niu Shou ) kota Nanjing Provinsi Jiangsu, dengan bukti di temukan baju kebesaran laksamana Cheng Ho di makam tersebut, dan di atas makam tersebut ada tulisan kalimat thayyibah Basmalah dalam bahasa Arab.[1]

Perintah laksamana Cheng Ho membangun kembali Masjid Jingjue, Masjid Jingjue didirikan pada 1388 masehi oleh kaisar pertama Dinasti Ming, Zhu Yuanzhang. Namun Masjid Jingjue sempat hancur terbakar pada 1430 masehi. Akhirnya, masjid ini dibangun kembali di bawah perintah Laksamana Cheng Ho pada 1492 masehi.[2]

 
Peta Kangnido (1402) sebelum Pelayaran Cheng Ho dan diperkirakan ia memiliki informasi geografi detail pada sebagian besar Dunia Lama.
Pelayaran Waktu Daerah yang dilewati[6]
Pelayaran ke-1 1405–1407 Champa, Jawa, Palembang, Malaka, Aru, Sumatra, Lambri, Ceylon, Kollam, Cochin, Calicut
Pelayaran ke-2 1407–1408 Champa, Jawa, Siam, Sumatra, Lambri, Calicut, Cochin, Ceylon
Pelayaran ke-3 1409–1411 Champa, Java, Malacca, Sumatra, Ceylon, Quilon, Cochin, Calicut, Siam, Lambri, Kaya, Coimbatore, Puttanpur
Pelayaran ke-4 1413–1415 Champa, Java, Palembang, Malacca, Sumatra, Ceylon, Cochin, Calicut, Kayal, Pahang, Kelantan, Aru, Lambri, Hormuz, Maladewa, Mogadishu, Brawa, Malindi, Aden, Muscat, Dhufar
Pelayaran ke-5 1416–1419 Champa, Pahang, Java, Malacca, Sumatra, Lambri, Ceylon, Sharwayn, Cochin, Calicut, Hormuz, Maldives, Mogadishu, Brawa, Malindi, Aden
Pelayaran ke-6 1421–1422 Hormuz, Afrika Timur, negara-negara di Jazirah Arab
Pelayaran ke-7 1430–1433 Champa, Java, Palembang, Malacca, Sumatra, Ceylon, Calicut, Hormuz... (17 daerah semuanya)

Cheng Ho memimpin tujuh ekspedisi ke tempat yang oleh orang Tionghoa disebut Samudera Barat (Samudera Indonesia). Ia membawa banyak hadiah dan lebih dari 30 utusan kerajaan ke Tiongkok — termasuk Raja Alagonakkara dari Sri Lanka, yang datang ke Tiongkok untuk meminta maaf kepada Kaisar.

Armada sunting

Armada Cheng Ho terdiri dari 27.000 anak buah kapal dan 307 (armada) kapal laut yang terdiri dari kapal besar dan kecil, mulai dari kapal bertiang layar tiga hingga bertiang layar sembilan. Kapal terbesar berukuran 5.000 liao memiliki dimensi panjang sekitar 70,75 m, lebar 15,24 m, dan sarat air 6,16 m, sedangkan kapal berukuran 2.000 liao berdimensi panjang sekitar 52,62 m, lebar 11,32 m, dan sarat air 4,6 m, sedangkan kapal 1.500 liao berdimensi panjang 47,71 m, lebar 10,26 m, dan sarat air 4,17 m.[7][8] Rangka layar kapal terdiri dari bambu Tiongkok. Selama berlayar mereka membawa perbekalan yang beragam termasuk binatang seperti sapi, ayam dan kambing yang kemudian dapat disembelih untuk seluruh anak buah kapal selama di perjalanan. Selain itu, mereka juga membawa banyak bambu Tiongkok sebagai suku cadang jika rangka tiang kapal mengalami kerusakan. Tidak ketinggalan mereka pun membawa kain sutra untuk dijual.

Kepulangan sunting

 
Ilustrasi kapal Cheng Ho

Sepulangnya dari ekspedisi, Cheng Ho kembali dengan membawa berbagai penghargaan dan utusan lebih dari 30 kerajaan — termasuk Raja Alagonakkara dari Sri Lanka, yang datang ke Tiongkok untuk meminta maaf kepada kaisar Tiongkok. Pada saat pulang Cheng Ho membawa banyak barang berharga, di antaranya kulit dan getah pohon kemenyan; batu permata (ruby, emerald, dan lain-lain); dan beberapa orang Afrika, India dan Arab sebagai bukti perjalanannya. Cheng Ho bahkan membawa pulang beberapa binatang asli Afrika termasuk sepasang jerapah hadiah dari salah satu Raja Afrika, tetapi sayangnya satu jerapah mati dalam perjalanan pulang.

Rekor sunting

Majalah Life menempatkan Laksamana Cheng Ho sebagai orang terpenting ke-14 dalam milenium terakhir. Perjalanan Cheng Ho menghasilkan Peta Navigasi Cheng Ho yang mampu mengubah peta navigasi dunia sampai abad ke-15. Dalam buku tersebut ada 24 peta navigasi mengenai arah pelayaran, jarak di lautan, dan berbagai pelabuhan.

Cheng Ho adalah penjelajah dengan armada kapal terbanyak sepanjang sejarah dunia yang pernah tercatat. Selain itu, ia pun dikenal sebagai pemimpin yang arif bijaksana, mengingat dengan armada sebegitu besar ia dan anak buahnya tidak pernah menjajah negara atau wilayah mana pun tempat armadanya merapat.

Semasa singgah di India termasuk Kalkuta, anak buah juga mempelajari seni beladiri lokal yang bernama Kallary Payatt yang mana setelah dikembangkan di negeri Tiongkok menjadi salah satu cabang seni beladiri Kungfu.

Cheng Ho dan Indonesia sunting

 
Lonceng Cakra Donya

Cheng Ho mengunjungi Nusantara (Kepulauan Indonesia) sebanyak tujuh kali. Ketika singgah di Samudera Pasai, ia menghadiah Sultan Aceh sebuah lonceng raksasa "Cakra Donya", yang hingga kini tersimpan di museum Banda Aceh.

Cheng Ho juga sempat berkunjung ke Kerajaan Majapahit pada masa pemerintahan Raja Wikramawardhana.

Keterkaitan Syekh Quro dengan Syekh Nurjati sunting

Syekh Quro dan Syekh Datuk Kahfi adalah saudara seketurunan dari Amir Abdullah Khanudin generasi keempat. Syekh Quro datang terlebih dahulu ke Amparan bersama rombongan dari angkatan laut Cina dari Dinasti Ming yang ketiga dengan Kaisarnya, Yung Lo (Kaisar Cheng-tu). Armada angkatan laut tersebut dipimpin oleh Laksamana Cheng Ho alias Sam Po Tay Kam. Mereka mendarat di Muara Bengawan Manuk (Indramayu) pada tahun 1412 M. Mereka semua telah masuk Islam. Armada tersebut hendak melakukan perjalanan melawat ke Majapahit dalam rangka menjalin persahabatan. Ketika armada tersebut sampai di Pura Karawang, Syekh Quro (Syekh Hasanudin) beserta pengiringnya turun. Syekh Quro pada akhirnya tinggal dan menyebarkan ajaran agama Islam di Karawang. Kedua tokoh ini dipandang sebagai tokoh yang mengajarkan Islam secara formal yang pertama kali di Jawa Barat.Syekh Datuk Kahfi di Indramayu, Syekh Quro di Karawang dan Syekh Nurjati di Cirebon.

Referensi sunting

  1. ^ a b Dreyer 2007, hlm. 11.
  2. ^ The last voyage of famed Chinese admiral Zheng He- At its height, the Ming dynasty had more than a thousand ocean-going vessels, including large "treasure ships" equipped with luxury cabins and weaponry. At the helm was Zheng He, an admiral who has fascinated historians in recent decades. James Carter Published January 19, 2022
  3. ^ https://en.wiki-indonesia.club/wiki/Zheng_He
  4. ^ Buku Laksamana Cheng Ho: Panglima Muslim Tionghoa Terbitan; Araska Publisher.
  5. ^ (Indonesia) Muljana, Slamet (2005). Runtuhnya kerajaan Hindu-Jawa dan timbulnya negara-negara Islam di Nusantara. PT LKiS Pelangi Aksara. hlm. 61. ISBN 9798451163. ISBN 978-979-8451-16-4
  6. ^ Maritime Silk Road 五洲传播出版社. ISBN 7-5085-0932-3
  7. ^ Ming, Zheng (2011), "再议明代宝船尺度——洪保墓寿藏铭记五千料巨舶的思考 (Re-discussion on the Scale of Treasure Ships in the Ming Dynasty: Reflections on the Five Thousand Ships Remembered in the Life Collection of Hong Bao's Tomb)", 郑和研究 (Zheng He Research), 2: 13–15 
  8. ^ Dandan, Chuan (2017). "为什么郑和时期宝船体积庞大,后期明朝军舰再无如此规模的战船?(Why did the treasure ship of Zheng He's period be huge, and there was no warship of this size in the later Ming Dynasty?)". Diarsipkan dari versi asli tanggal 12 March 2021. 

Daftar pustaka sunting

  • Chan, Hok-lam (1998). "The Chien-wen, Yung-lo, Hung-hsi, and Hsüan-te reigns, 1399–1435". The Cambridge History of China, Volume 7: The Ming Dynasty, 1368–1644, Part 1. Cambridge: Cambridge University Press. ISBN 9780521243322. 
  • Deng, Gang (2005). Chinese Maritime Activities and Socioeconomic Development, c. 2100 BC – 1900 AD. Greenwood Press. ISBN 0-313-29212-4.
  • Sien, Chia Lin; Church, Sally K. (2012). "1 A Naval Architectural Analysis of the Plausibility of 450-ft Treasure Ships by Sally K. Church, John C. Gebhardt & Terry H. Little". Zheng He and the Afro-Asian World. Melaka: Perbadanan Muzium. ISBN 978-967-11386-0-1. 
  • Sien, Chia Lin; Church, Sally K. (2012). "2 A Nautical Perspective on Cheng Ho, Admiral of the Western Oceans Concerning the Ming Voyages by P.J. Rivers". Zheng He and the Afro-Asian World. Melaka: Perbadanan Muzium. ISBN 978-967-11386-0-1. 
  • Sien, Chia Lin; Church, Sally K. (2012). "12 Zheng He and the African Horizon: An Investigative Study into the Chinese Geography of Early Fifteenth-Century Eastern Africa by Clifford J. Pereira". Zheng He and the Afro-Asian World. Melaka: Perbadanan Muzium. ISBN 978-967-11386-0-1. 
  • Dreyer, Edward L. (2007). Zheng He: China and the Oceans in the Early Ming, 1405–1433. Library of World Biography. Longman. ISBN 0-321-08443-8. 
  • Duyvendak, J.J.L. (1938). "The True Dates of the Chinese Maritime Expeditions in the Early Fifteenth Century". T'oung Pao. 34 (5): 341–413. doi:10.1163/156853238X00171. JSTOR 4527170. 
  • Levathes, Louise (1996). When China Ruled the Seas: The Treasure Fleet of the Dragon Throne, 1405–1433. Oxford University Press ISBN 0-19-511207-5.
  • Mills, J. V. G. (1970). Ying-yai Sheng-lan, The Overall Survey of the Ocean's Shores (1433). translated from the Chinese text edited by Feng Ch'eng Chun with introduction, notes and appendices by J. V. G. Mills. White Lotus Press. ISBN 974-8496-78-3. 
  • Ming-Yang, Dr Su. 2004 Seven Epic Voyages of Zheng He in Ming China (1405–1433)
  • Ray, Haraprasad (1987). "An Analysis of the Chinese Maritime Voyages into the Indian Ocean During Early Ming Dynasty and Their Raison d'Etre". China Report. 23 (1): 65–87. doi:10.1177/000944558702300107. 
  • Viviano, Frank (2005). "China's Great Armada." National Geographic, 208(1):28–53, Juli.
  • Shipping News: Zheng He's Sexcentenary – China Heritage Newsletter, Juni 2005, ISSN 1833-8461. Diterbitkan oleh China Heritage Project dari Universitas Nasional Australia.

Pranala luar sunting

Diskusi tentang Cheng Ho sunting