Lampu sinyal
Lampu sinyal adalah sebuah alat komunikasi yang mengisyaratkan sejumlah kode-kode tertentu dengan menggunakan cahaya. Umumnya kode yang digunakan adalah kode Morse. Penemu lampu isyarat adalah Arthur C. W. Aldis, karena itu alat ini juga sering disebut lampu Aldis. Secara sederhana, lampu isyarat digunakan dengan membuka dan menutup sebuah jendela atau penutup yang dipasang di depan lampu, dengan durasi yang beragam. Proses menutup dan membuka jendela ini bisa dioperasikan secara manual dengan menekan sakelar, atau secara otomatis. Lampu biasanya juga dilengkapi dengan alat optik untuk memperjelas pengelihatan, dan mudah dipindahkan. Cahaya yang dihasilkan paling tidak harus mencapai jarak pandang 8 mil dan mampu memancarkan 12 kata per menit.
Sejarah awal
suntingLampu isyarat pertama kali digunakan oleh Angkatan Laut Britania Raya pada akhir abad ke-19. Lampu isyarat dianggap sebagai sarana komunikasi yang aman dan mudah digunakan, selama alat-alat komunikasi berbasis radio sedang tidak bisa dipakai, atau tidak boleh digunakan pada saat menghindari musuh. Beberapa jenis lampu isyarat dipasang pada tempat-tempat yang berbeda. Beberapa lampu dipasang pada puncak tiang kapal, yang cahayanya lebih kuat terpasang di tiang kapal, dan ada pula lampu isyarat ukuran kecil yang dapat digenggam. Lampu yang lebih besar dan memiliki cahaya lebih kuat ini, menggunakan lampu busur karbon sebagai sumber cahaya dengan diameter 50 cm. Ini dapat digunakan untuk pengiriman isyarat ke cakrawala, bahkan dalam kondisi cahaya matahari yang sedang cerah-cerahnya. Selain itu, lampu isyarat juga memiliki fungsi sekunder sebagai lampu sorot sederhana.
Praktik pengiriman isyarat berupa kode-kode tertentu, pertama kali dilakukan oleh Philip Howard Colomb, pada tahun 1867. Kode asli yang diciptakan Colomb, digunakan oleh Angkatan Laut selama tujuh tahun dan tidak identik dengan kode Morse. Tetapi pada akhirnya penggunaan kode Morse diadopsi dengan penambahan beberapa isyarat khusus. Kemudian muncul generasi kedua untuk pengiriman isyarat di Angkatan Laut Britania Raya, yaitu lampu berkedip. Jenis lampu berkedip ini muncul setelah sinyal-sinyal bendera terkenal. Angkatan Laut di negara-negara maju, dan pasukan NATO juga menggunakan lampu isyarat ketika komunikasi berbasis radio sedang tidak bisa dipakai, atau sedang tidak ada aliran listrik. Selain itu, mengingat hampir semua angkatan bersenjata dewasa ini sudah di lengkapi dengan peralatan penglihatan malam, isyarat di malam hari biasanya dilakukan dengan lampu yang beroperasi di spektrum inframerah. Ini membuat mereka cenderung lebih tidak terdeteksi.
Aplikasi dalam kehidupan sehari-hari
suntingPengatur lalu lintas udara
suntingDi dalam menara kontrol lalu lintas udara, lampu isyarat masih digunakan sampai hari ini dan berfungsi sebagai perangkat cadangan jika terjadi kerusakan pada radio di pesawat terbang. Lampu isyarat dapat berwarna merah, hijau, atau putih selain itu juga dapat stabil atau berkedip. Pesan yang disampaikan pun terbatas. Hanya pada beberapa petunjuk dasar seperti “mendarat” atau “putar arah”. Lampu isyarat di sini tidak dimaksudkan untuk mentransmisikan pesan dalam bentuk kode Morse. Pesawat dapat memberi tahu menara pengatur lalu lintas udara bahwa pesawat mendapatkan pesan dari mereka dengan cara menggerakan sayap pesawat atau dengan menyalakan lampu yang menandakan bahwa mereka akan mendarat.
Awalnya, pada sekitar tahun 1940-an, lampu isyarat atau lampu Aldis dan juga pistol cerawat menjadi peralatan penting yang wajib dimiliki oleh menara lalu lintas udara. Ini dikarenakan kebanyakan dari pesawat kecil pada saat itu belum dilengkapi dengan radio. Bahkan keberadaan mereka belum bisa dideteksi karena pada saat itu radar masih belum terlalu canggih. Namun, karena berkembangnya teknologi komunikasi, lampu isyarat dan juga pistol cerawat saat ini hanya sebagai cadangan dan digunakan apabila terjadi kerusakan pada teknologi komunikasi yang dipakai.
Lampu lalu lintas
suntingPada dasarnya cara kerja lampu lalu lintas hampir sama dengan lampu isyarat pada menara pengatur lalu lintas udara. Lampu-lampu ini diletakan di daerah-daerah persimpangan. Lampu-lampu ini digunakan untuk mengatur lalu lintas di persimpangan jalan dan mengatur kapan mobil bisa jalan, kapan mobil harus berhenti, atau kapan pejalan kaki bisa menyebrang jalan. Lampu-lampu ini menggunakan warna-warna yang diakui secara universal seperti hijau untuk jalan, kuning untuk hati-hati, dan merah untuk menandakan berhenti. Sama seperti lampu isyarat yang ada di menara pengatur lalu lintas udara, lampu isyarat di sini tidak digunakan untuk mentrasmisikan pesan dalam bentuk kode morse, tapi lebih berbentuk tanda-tanda yang diakui secara universal.
Lampu isyarat kereta api
suntingPersinyalan kereta api adalah seperangkat fasilitas yang berfungsi untuk memberikan isyarat berupa bentuk, warna atau cahaya yang ditempatkan pada suatu tempat tertentu dan memberikan isyarat dengan arti tertentu untuk mengatur dan mengontrol pengoperasian kereta api. Lampu-lampu ini juga menggunakan warna-warna yang sama seperti lampu lalu lintas pada umumnya. Untuk menghindari bola lampu putus, biasanya digunakan dua pasang lampu atau setiap aspek dipasangi 2 lampu sedangkan perkembangan terakhir yang sudah mulai digunakan di Indonesia adalah penggunaan lampu LED.
Aplikasi pada produk iPhone
suntingSebuah fitur lampu isyarat juga dimiliki oleh produk iPhone. Aplikasi tambahan ini memudahkan pengguna untuk mentransmisikan kode Morse dalam bentuk isyarat cahaya. Tombol kode Morse akan otomatis mematikan lampu ketika ditekan, dan memungkinkan pengguna untuk mulai mentransmisikan sinyal.
Referensi
suntingDaftar pustaka
suntingSterling, Christopher H. (2007). Military communications: from ancient times to the 21st century. ABC-CLIO. ISBN 1-85109-732-5.
Tilman, H. W. (2003). H. W. Tilman: Eight Sailing/Mountain-Exploration Books. RR-ANS.
Pranala luar
sunting- Lampu Sinyal Diarsipkan 2010-07-26 di Wayback Machine.
- Aplikasi Lampu Aldis Pada iPhone
- Media tentang Lampu sinyal di Wikimedia Commons