Leak (serapan dari bahasa Bali: ᬮᬾᬬᬓ᭄, translit. léyak)[1] dalam mitologi Bali adalah jelmaan manusia yang menguasai sebuah ilmu bernama Aji Pengeleakan. Pengamal ilmu tersebut dapat mengubah wujudnya menjadi berbagai bentuk seperti menjadi sosok Rangda (ratu dari para leak dalam mitologi Bali), bade (tempat mayat/tulang manusia saat ngaben), paga (keranda dari ulatan bambu kadang beserta petinya), binatang, maupun sinar yang berwarna merah, kuning, hijau, dan sebagainya tergantung tingkat kesaktian level dalam ilmu tersebut.

Topeng Rangda, ratu para Leak.

Ilmu leak digunakan untuk tameng badan maupun untuk menyerang musuh-musuh pada zaman dahulu kala, dan juga karena orang-orang yang menguasai ilmu leak ditambah dengan menguasai ilmu-ilmu santet, pengasih, penunduk, pembungkam, sirep, ilmu pelet, ilmu cetik atau racun, akhirnya ilmu pengeleakan menjadi sebuah momok yang mengerikan dan jahat. Leak hanya bisa dilihat di hari sandikala (menjelang Magrib sampai malam hari) oleh orang-orang yang memiliki kepekaan mata batin ataupun para ahli supranatural, sedangkan siang hari orang-orang yang memiliki ilmu leak tetap beraktivitas seperti biasa karena bagaimanapun juga mereka adalah manusia biasa yang mempelajari ilmu leak.

Kepercayaan

sunting

Ilmu Leak (atau Liak) dikenal pula sebagai Ilmu Pengiwa yang berarti "Ilmu Kiri", adalah salah satu metode meditasi Tantra khas Bali[2] yang sering disalahartikan sebagai ilmu hitam (Aji Wegig). Ilmu Leak di Bali sering kali dikaitkan dengan cerita Calonarang. Masyarakat Bali meyakini kalau kata Leak berasal dari kata lina aksara yang berarti "hilangnya aksara", kemudian lima aksara atau panca aksara. Dengan demikian Ilmu Leak sejatinya adalah ilmu Aksara, yang mana Aksara merupakan salah satu komponen penting dalam Tantra.[2]

Leak di Bali kerap diidentikkan dengan perilaku jahat para penganut ajaran kiri atau pengiwa yakni berupa kepala manusia dengan organ-organ yang masih menggantung di kepala tersebut. Leak dikatakan dapat terbang untuk mencari wanita hamil, untuk kemudian mengisap darah bayi yang masih di kandungan. Ada tiga leak yang terkenal. Dua di antaranya perempuan dan satu laki-laki.

Menurut kepercayaan orang Bali, ngeleak adalah manusia biasa yang mempraktikkan sihir jahat dan membutuhkan darah embrio agar dapat hidup. Dikatakan juga bahwa leak dapat mengubah diri menjadi babi atau bola api, sedangkan bentuk leak yang sesungguhnya memiliki lidah yang panjang dan gigi yang tajam. Beberapa orang mengatakan bahwa sihir leak hanya berfungsi di pulau Bali, sehingga leak hanya ditemukan di Bali.

Ada seseorang menusuk leher leak dari bawah ke arah kepala pada saat kepalanya terpisah dari tubuhnya, maka leak tidak dapat bersatu kembali dengan tubuhnya. Jika kepala tersebut terpisah pada jangka waktu tertentu, maka Leak akan mati. Dalam lontar Durganing Purwa dinyatakan bahwa terdapat sekitar 35 jenis leak, di antaranya leak pemoroan, leak nengkleng, leak ugig yang semuanya berkonotasi tentang keburukan di penganut ilmu leak itu.

Jenis dan tingkatan

sunting
 
Penari Bali berperan sebagai Rangda dalam pertunjukan Calon Arang, tahun 1929.

Legenda masyarakat menyebutkan bahwa ada banyak jenis leak, seperti berubah menjadi api, monyet, anjing, celuluk, Rangda, Garuda emas, dan Bade emas. Perubahan wujud tersebut biasanya juga menentukan tingkatan Ilmu Leak yang dikuasai. Namun dalam Lontar Pengeleakan sendiri jenis dan tingkatan ini tidak ditemukan. Bisa dikatakan, kepercayaan masyarakat terkait tingkatan Ilmu Leak dan jenisnya ini tidak lebih merupakan legenda yang dipopulerkan cerita masyarakat seperti Calonarang.

Menurut lontar-lontar Pengeleakan (Lontar Pengiwa) yang ada, ditemukan beberapa jenis Ilmu Leak, seperti:[3]

  • Ilmu Pengiwa Cambra Berag
  • Ilmu Pengiwa Kereb Akasa
  • Ilmu Pengiwa Surya Sumedang
  • Ilmu Pengiwa Siwa Wijaya Murti
  • Ilmu Pengiwa Jong Biru
  • Ilmu Pengiwa Keputusan Calonarang
  • Ilmu Pengiwa Gni Sabhuwana
  • Ilmu Pengiwa Sampian Mas
  • Ilmu Pengiwa Rambut Sapetik
  • Ilmu Pengiwa Maduri Reges, dll.

Dalam jenis-jenis Ilmu Pengiwa tersebut disebutkan kalau ilmu bersangkutan merupakan ilmu utama, sehingga tidak terdapat tingkatan-tingkatan dari ilmu leak tersebut.

Referensi

sunting
  1. ^ "Cari "Leak" dalam Kamus Bahasa Bali Daring". Balai Bahasa Provinsi Bali, Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan (dalam bahasa Bali). Bali: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 
  2. ^ a b Yudiantara, Putu (2015), Sakti Sidhi Ngucap: Eksplorasi dan Aplikasi Ilmu Leak, Kanda Pat dan Dasa Aksara untuk Jaman Modern, Denpasar, Bali: Bali Wisdom Publishing 
  3. ^ Yudiantara, Putu, dkk (2015), Ensiklopedi Kiwa-Tengen: Kumpulan Ilmu Kebatinan Bali untuk Berbagai Tujuan, Denpasar: Bali Wisdom Publishing