Legenda Minangkabau

Legenda Minangkabau menceritakan kisah asal usul nama "Minangkabau". Menurut legenda ini, nama Minangkabau berasal dari gabungan dua kata, minang ("menang") dan kabau ("kerbau").

Tradisi adu kerbau di Sumatera Barat, 1932–1934.

Kisah sunting

Legenda ini menceritakan tentang perselisihan wilayah antara penduduk di wilayah Sumatera Barat sekarang dengan penguasa pendatang dari negeri seberang. Untuk menghidari perang, penduduk setempat mengusulkan agar pertempuran dilakukan secara simbolis dengan kerbau pilihan masing-masing. Pihak yang kerbaunya kalah harus menyerah kepada pemenang.[1][2]

Mengikuti usulan penduduk setempat, penguasa pendatang setuju dan menurunkan kerbau terbesar, paling berani, dan paling agresif. Adapun penduduk setempat menurunkan kerbau bayi yang haus dengan tanduknya yang diasah setajam pisau. Melihat kerbau dewasa melintasi ladang, kerbau bayi berlari ke atah kerbau dewasa dan segera menyeruduk ke perut kerbau, berharap mendapat susu. Kerbau besar tidak melihat itu sebagai ancaman dan masih mencari-cari lawan yang sepadan. Namun, selagi kerbau bayi mencari ambing kerbau dewasa, tanduknya yang tajam menusuk perut dan membunuh kerbau dewasa. Penduduk setempat memenangkan adu kerbau, dan mengabadikannya dengan menamakan suku bangsa mereka "Minangkabau".[2][1]

Legenda Minangkabau diceritakan untuk menggambarkan kecerdasan orang Minangkabau. Moral dari kisah ini yakni penggunaan kecerdikan dan strategi untuk menghindari perang dan kekerasan.

Simbolisme kerbau sunting

 
Kerbau di depan rumah gadang yang terbengkalai

Kabau atau kerbau adalah hewan peliharaan yang penting dalam budaya Minangkabau. Kerbau dapat digunakan untuk membajak sawah serta menghasilkan susu (diolah sebagai dadiah) dan daging.

Kerbau, terutama tanduknya menjadi simbol budaya penting di Minangkabau. Lengkungan bubungan atap pada rumah-rumah tradisional di Sumatera Barat, yang disebut rumah gadang (secara harfiah "rumah besar") menjulang ke atas dan meruncing di ujungnya, mengingatkan bentuk tanduk kerbau. Selain itu, tutup kepala perempuan Minangkabau yang disebut tikuluak dilipat dan dibentuk sedemekian rupa membentuk tanduk kerbau.

Pentingnya kerbau sebagai simbol budaya dapat pula dijumpai dalam budaya Indonesia lainnya, seperti Batak dan Toraja.

Catatan sejarah sunting

Adapun menurut catatan sejarah, nama Minangkabau pertama kali disebut sebagai Minanga Tamwan. Nama ini tercatat pada prasasti Kedukan Bukit yang berasal dari abad ke-7. Prasasti itu menceritakan perjalanan suci Sri Jayanasa dari Minanga Tamwan disertai dengan 20.000 tentara menuju Matajap dan menaklukkan beberapa daerah di selatan Sumatra.[3]

Referensi sunting

  1. ^ a b Hadler, Jeffrey (2010). "Sengketa Tiada Putus"[pranala nonaktif permanen] Freedom Institute. hlm. 16–21. ISBN 978-979-19466-5-0.
  2. ^ a b Samsuni. "Asal Mula Nama Nagari Minangkabau". Cerita Rakyat Nusantara. Diakses tanggal 23 Mei 2019. 
  3. ^ R. Ng. Poerbatjaraka, Riwajat Indonesia. Djilid I, 1952, Jakarta: Yayasan Pembangunan