Letusan dan tsunami Ruang 1871

Letusan Ruang 1871 dimulai pada tanggal 3 Maret dan berakhir pada tanggal 14 Maret di Gunung Ruang, sebuah pulau gunung berapi di Laut Maluku, Indonesia. Letusan tersebut memicu tsunami setempat setinggi 25 m (82 ft). Bencana tersebut membanjiri banyak desa di pulau-pulau terdekat, menewaskan sekitar 400 orang.

Letusan dan tsunami Ruang 1871
Gunung apiGunung Ruang
Tanggal mulai3 Maret 1871
Tanggal selesai14 Maret 1871
LokasiKepulauan Sitaro, Laut Maluku
VEI2
Dampak416 tewas

Letusan

sunting

Letusan pada 3 Maret dimulai ketika material vulkanik mulai berjatuhan dari puncak dan masuk ke laut. Pakar hewani dan antropolog asal Jerman bernama Adolf Bernhard Meyer, seorang saksi mata letusan tersebut menggambarkan Ruang sebagai pulau berbentuk kerucut yang menjulang di atas laut. Pada saat terjadi letusan, pulau tersebut tidak berpenghuni. Namun penduduk sekitar Pulau Tagulandang memiliki perkebunan di Pulau Ruang. Gempa kuat dan suara gemuruh keras terjadi pada pukul 20.00 waktu setempat. Berdasarkan pengamatan sejarah letusan tersebut, Pranantyo dan pihak lain menafsirkannya sebagai runtuhnya sebagian sisi gunung berapi bagian timur. Simulasi keruntuhan dinding dan tsunami yang dipicu menunjukkan volume longsor sebesar 01 km3 (0,24 cu mi) yang paling sesuai dengan penjelasan riwayat ketinggian tsunami di pulau-pulau terdekat.[1] Global Volcanism Program oleh Smithsonian Institution menetapkan Level 2 pada Volcanic Explosivity Index (VEI).[2] Letusan berlanjut pada 9–10 dan 14 Maret.[3]

Tsunami

sunting

Menurut Meyer, tsunami menyebabkan kerusakan parah di Pulau Tagulandang, yang terletak di sebelah Ruang, sangat sedikit rumah yang selamat dari tsunami.[4] Gelombang setinggi 25 m (82 ft) menyapu pemukiman tepi laut, dan menggenangi daratan sejauh 180 m (590 ft). Dua gelombang tsunami tambahan melanda pesisir tak lama setelahnya. Tsunami menghancurkan desa Bahhuas; setidaknya 75 rumah hancur. Tiga rumah tetap berada di pantai tetapi hanya satu yang aman untuk digunakan; dua rumah lainnya mengalami kerusakan parah. Banyak rumah yang terbalik atau hancur. Sebuah gereja di pulau dengan tembok luar yang tebal juga dibongkar. Puing-puing rumah ditimbun di seluruh bekas pemukiman.[3][5]

Lihat pula

sunting

Rujukan

sunting
  1. ^ Ignatius R. Pranantyo; Mohammad Heidarzadeh; Phil R. Cummins (2021). "Complex tsunami hazards in eastern Indonesia from seismic and non-seismic sources: Deterministic modelling based on historical and modern data" (PDF). Geoscience Letters. 8 (8): 20. Bibcode:2021GSL.....8...20P. doi:10.1186/s40562-021-00190-y . 
  2. ^ "Ruang". Global Volcanism Program. Institusi Smithsonian. 
  3. ^ a b "Significant Volcanic Eruption". ngdc.noaa.gov. NOAA National Centers for Environmental Information. Diakses tanggal 23 January 2022. 
  4. ^ Rowley, G. D. (1877). Ornithological Miscellany. 2. London: Taylor and Francis. hlm. 324–325. 
  5. ^ "Tsunami Event Information". earthquake.usgs.gov. NOAA National Centers for Environmental Information. Diakses tanggal 23 January 2022.