Linguistika terapan

Cabang lingustik penerapan bahasa

Linguistika terapan adalah cabang linguistika yang membahas mengenai penerapan berbagai penemuan ilmiah di bidang linguistika.[1] Definisi linguistika terapan yaitu cabang linguistik yang memanfaatkan deskripsi, metode, dan hasil penelitian linguistik untuk pelbagai keperluan praktis. Tujuan dari linguistika terapan adalah penyelesaian permasalahan yang berkaitan dengan bahasa di dalam masyarakat.[2]

Pengenalan linguistika terapan diawali pada tahun 1940-an yang merupakan masa awal penerbitan tulisan-tulisan hasil terjemahan mesin.[3] Pengembangan linguistika terapan diawali oleh berbagai kegiatan pengajaran bahasa asing yang kemudian mengembangkan hubungan antara linguistika dan psikologi selama periode tahun 1940-1960. Sejak tahun 1960, linguistika terapan telah menjadi sarana dalam pengembangan berbagai model penelitian bahasa yang mampu menghasilkan pedagogi bahasa.[4] Linguistika terapan merupakan salah satu bagian dari makrolinguistika.[5] Penerapan linguistika terapan adalah pada bidang ilmu yang memiliki keterkaitan dengan linguistika.[6] Proses telaah linguistika dalam linguistika terapan dikaitkan dengan penggunaan bahasa sebagai korpus yang ditinjau dari segi morfologi, sintaksis dan semantika.[7] Ruang lingkup utamanya ialah psikolinguistika dan sosiolinguistika.[8] Selain itu, linguistika terapan juga mengkaji tentang penerjemahan, linguistika forensik, linguistika komputasi, grafologi, leksikografi, neurolinguistika, fonetika terapan, dan pendidikan bahasa.[9] Fokus utama oleh ahli linguistika terapan adalah kesamaan aspek bahasa dalam suatu waktu tertentu tanpa memandang aspek sejarah.[10] Manfaat pengkajian linguistika terapan umumnya pada penerjemahan, perkamusan dan pengobatan.[11]

Sejarah

sunting

Pandangan mengenai linguistika terapan mulai dikembangkan pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Para ilmuwan di Amerika Serikat dan Eropa Barat mulai memikirkan kemungkinan penerapan linguistika dalam berbagai jenis ilmu lainnya. Pada tahun 1946, di Universitas Michigan telah diakui istilah linguistika terapan dan digunakan secara resmi sebagai nama kursus mandiri dan jurusan yang terpisah. Istilah linguistika terapan mengalami perkembangan makna dengan perujukan penerjemahan otomatis ke dalamnya pada akhir periode 1950-an dan awal periode 1960-an. Majelis Eropa kemudian merencanakan pendirian sebuah asosiasi linguistika terapan sejak tahun 1962. Rencana ini diwujudkan pada tahun 1964 melalu pembentukan Association Internationale de Linguistique Appliquée (Asosiasi Internasional Linguistika Terapan). Kongres pertamanya diadakan di Nancy, Prancis.[12]

Sementara itu, pada tahun 1950-an, Charles Carpenter Fries bersama rekan-rekannya di Universitas Yale dan Universitas Cornell juga menyusun bahan ajar yang menerapkan analisis linguistika sebagai pendekatan dalam pengajaran bahasa Inggris. Tujuan analisis linguistika ini untuk mengajarkan bahasa Inggris dengan status sebagai bahasa asing. Bahan ajar ini dibuat dengan prinsip dasar dari linguistika terapan. Gabungan keduanya menghasilkan pendekatan ilmiah dalam pengajaran bahasa. Bahan ajar ini menjadi penting karena pada masa ini para sarjana linguistika memiliki kedudukan yang penting untuk menghasilkan para kader di bidang pengajaran bahasa.[13]

Prinsip

sunting

Linguistika terapan merupakan bidang linguistika yang tujuannya adalah penerapan praktis dan pragmatika bagi kepentingan publik. Prinsip-prinsipnya kemudian ditetapkan berdasarkan tujuan ini. Prinsip yang paling awal dari linguistika terapan adalah adanya penerapan teori dari linguistika. Dalam hal ini, teori-teori linguistika menentukan perkembangan linguistika terapan, karena suatu teori dapat telah ada, tetapi penerapannya baru dilakukan jauh setelah kemunculannya. Selanjutnya, tingkat keterkaitan antara penerapan teori linguistika dan bidang terapan akan menentukan tingkat kebermanfaatannya. Semakin sesuai bidang terapan dengan teori yang akan diterapkan, maka manfaat yang diperoleh semakin besar. Penerapan linguistika terapan juga bersifat kontekstual. Konteks penerapan menentukan tingkat penerapan suatu teori. Ada kemungkinan suatu teori hanya diterapkan sebagian saja pada konteks penerapan tertentu. Selain itu, penerapan linguistika terapan mampu memberikan masukan terhadap pengembangan teori linguistika. Linguistika terapan juga harus dapat diterapkan pada semua bahasa dengan mematuhi hukum universal bahasa. Prinsip yang terakhir adalah penerapan bersifat interdisiplin yang berarti dapat melibatkan disiplin ilmiah selain linguistika.[14]

Ruang lingkup

sunting

Psikolinguistika

sunting

Psikolinguistika merupakan ilmu multidisiplin yang menggabungkan antara psikologi dan linguistika. Nama lainnya adalah psikologi bahasa. Psikolinguistika membahas kondisi psikologi dari individu selama penuturan suatu bahasa. Kajian psikolinguistika berkaitan dengan performansi beberapa kompetensi bahasa yang ada pada psikologi dan linguistika. Kesamaan kompetensi dinilai dari objek materi formal yaitu bahasa. Psikolinguistika mengkaji perilaku berbahasa dari struktur bahasa yang digunakan.[15] Psikolinguistika telah berkembang dan memunculkan beberapa disiplin ilmiah lainnya, antara lain yaitu psikolinguistika teoretis, psikolinguistika perkembangan, psikolinguistika pendidikan, neuropsikolinguistika, psikolinguistika eksperimental dan psikolinguistika terapan.[16]

Sosiolinguistika

sunting

Sosiolinguistika merupakan ilmu bahasa yang mengkaji tentang hubungan antara bahasa dengan masyarakat.[17] Dalam sosiolinguistika, masyarakat yang dimaksud adalah masyarakat bahasa.[18] Fokus utama di dalam sosiolinguistika adalah bahasa yang berkaitan dengan kondisi sosial.[19] Ruang lingkup sosiolinguistika secara sempit mencakup kajian mengenai pemakaian bahasa sebagai alat untuk menyampaikan pikiran dan perasaan melalui kode tertentu selama interaksi sosial antarmanusia. Sementara dalam arti luas, sosiolinguistika berkaitan dengan penutur, pendengar, topik kode dan amanat yang disampaikan di dalam suatu pembicaraan.[20]

Etnolinguistika

sunting

Etnolinguistika merupakan salah satu hasil gabungan antara ilmu pendidikan dan linguistika yang bertujuan untuk evaluasi bahasa. Dua ilmu yang penggabungan menghasilkan etnolinguistika adalah etnometodologi dan linguistika.[21] Etnolinguistika merupakan ilmu yang mempelajari penyebaran bahasa dari berbagai suku bangsa beserta dengan ciri dan tata bahasanya. Pembentukan ilmu etnolinguistika berkaitan dengan antropologi. Etnolinguistika menggunakan rujukan materi berupa daftar kata-kata, deskripsi menegnai ciri dan tata bahasa dari beragam bahasa dari suatu suku bangsa yang tersebar di berbagai tempat di Bumi. Penentuan pola dan tata bahasa diawali dengan pengumpulan berbagai jenis bahasa secara bersamaan menjadi sebuah kompendium. Bahasa-bahasa yang terkumpul ini kemudian dibandingkan satu dengan yang lainnya. Tujuannya untuk mengetahui bahasa yang paling awal dari kumpulan bahasa tersebut. Bahasa paling awal ini merupakan bahasa yang terus mengalami perkembangan di dalam masyarakat. Sumbangsih etnolinguistika khususnya pada penelitian budaya manusia dalam antropologi yang berkaitan dengan struktur sosial dan perilaku sosial manusia.[22]

Neurolinguistika

sunting

Neurolinguistika merupakan salah satu cabang linguistika terapan yang kedudukannya sama dengan psikolinguistika dan sosiolinguistika. Landasan neurolinguistik adalah teori Noam Chomsky mengenai struktur dalam dan struktur permukaan. Neurolinguistika menggunakan teori kritis sebagai landasan filsafatnya. Sifat dari filosofi neurolinguistika adalah tafsiran dengan paham pascamodernisme.[23] Kajian dalam neurolinguistika berkaitan dengan hubungan antara bahasa dan otak. Neurolinguistika dibangun oleh konsep dan teknik-teknik psikolinguistika, neuoranatomi, kedokteran dan kecerdasan buatan.[24]

Linguistika komputasi

sunting

Linguistika komputasi dikenal juga dengan nama mekanolinguistika. Cakupan keilmuannya berkaitan dengan penggunaan linguistika dalam pemrograman komputer untuk penyelidikan bahasa dan penerjemahan. Salah satu penerapannya adalah pembuatan mesin penerjemah untuk konkordansi teks, penjumlahan frekuensi kata dalam kamus, dan pengajaran bahasa.[25] Mesin penerjemah merupakan suatu teknologi linguistika komputasi yang paling awal. Kemampuannya dalam menerjemahkan suatu bahasa ke bahasa yang lain dengan aspek semantik maupun sintaksis dari kalimat. Pada beberapa kasus penerjemahan, mesin penerjemah dapat memahami konteks sosial dan budaya dari kalimat yang diterjemahkan.[26]

Linguistika forensik

sunting

Linguistika forensik merupakan jenis linguistika terapan yang mengaitkan antara linguistika dan hukum.[27] Analisa ilmu forensik pada jenis linguistika ini berlaku untuk penggunaan bahasa lisan maupun tulisan. Pada bahasa lisan, analisa dilakukan terhadap suatu pidato, iklan, presentasi, maupun penuturan langsung. Sementara pada bahasa tulisan, analisa dilakukan terhadap konteks tulisan pada buku dan status atau percakapan pada media sosial.[28]

Linguistika edukasional

sunting

Linguistika edukasional berkaitan dengan pengelolaan dan pengembangan teori dan praktik pembelajaran bahasa dari segi linguistika. Landasan keilmuannya adalah teori-teori kebahasaan.[29] Teori-teori ini dihasilkan oleh mikrolinguistika maupun makrolinguistika. Dari mikrolinguistika, linguistika edukasional mengkaji tentang semantik, morfologi dan fonologi. Sementara dari makrolinguistika, linguistika edukasional mengkaji sejarah bahasa, psikolinguistika, sosiolinguistika, dan antropologi linguistik. Selain itu, linguistika edukasional juga mengkaji psikologi, sosiologi dan teori pendidikan yang termasuk dalam lingkup makrolinguistika.[30]

Leksikografi

sunting

Leksikografi mengkaji tentang teknik-teknik penyusunan kamus beserta dengan metode-metodenya.[31] Teknik penyusunan kamus dalam leksikografi menggunakan data berupa kata. Proses penyusunan dimulai dengan pengumpulan dan penyeleksian kata. Setelah diseleksi, kata tersebut diberi deskripsi dan diberikan kombinasi ke dalam satu atau lebih bahasa. Lingkup leksikografi mencakup perencanaan hingga penerbitan kamus. Dalam penyusunan kata, leksikografi tidak hanya mengurutkan kata sesuai urutuan alfabet. Leksikografi juga membahas cara untuk menentukan kata yang baku dan kata yang tidak baku dari segi penulisan dan pembentukan katanya.[32]

Stilistika

sunting

Stilistika dapat digabungkan ke dalam linguistika terapan maupun kajian sastra. Kondisi ini dikarenakan bentuk dan makna bahasa merupakan salah satu indikator dalam linguistika terapan. Stilistika digunakan untuk pembelajaran yang menggunakan gaya bahasa dengan konteks maupun bebas konteks.[33] Pendekatan yang digunakan dalam stilistika adalah gaya bahasa yang mampu menghasilkan efek tertentu melalui pemilihan kata di dalam penyusunan kalimat.[34] Sumbangsih stilistika sebagai bagian dari linguistika terapan adalah memahami ekspresi karya sastra melalui analisis sastra. Pemahaman yang diperoleh dapat berupa pemanfaatan atau potensi pengolahan bahasa yang merupakan bagian dari pengolahan gagasan.[35]

Pendekatan

sunting

Analisis kesalahan berbahasa

sunting

Analisis kesalahan berbahasa merupakan salah satu pendekatan dalam linguistika terapan. Fungsi utamanya dalam pembalajaran adalah untuk mengetahui kebutuhan belajar dari peserta didika yang kesulitan memahami materi pembelajaran. Analisis kesalahan berbahasa berperan dalam menemukan kesalahan-kesalahan dalam pemahaman peserta didik terhadap suatu materi pembelajaran. Setelah kesalahan ditemukan, maka diadakan analisa strategi pengurangan terjadinya potensi kesalahan tersebut.[36]

Variasi bahasa

sunting

Variasi bahasa di dalam satu bahasa dapat ditentukan oleh faktor geografi, waktu dan kondisi sosial. Variasi bahasa yang ditentukan oleh letak geografi disebut dialektologi sinkronis, sedangkan yang dipengaruhi oleh waktu disebut dialektologi diakronis. Sementara variasi bahasa yang dipengaruhi oleh kondisi sosial disebut sosiolinguistika. Ketiga bidang ilmu ini merupakan bagian dari linguistika terapan.[37]

Analisis wacana kritis

sunting

Analisis wacana kritis digunakan dalam linguistika terapan untuk mengetahui makna dari suatu wacana ideologi. Individu atau kelompok umumnya memanfaatkan bahasa untuk meyakinkan masyarakat untuk meyakini suatu ideologi dengan cara yang nyata maupun terselubung. Wacana dijadikan sebagai alat untuk membentuk kontruksi sosial yang berdampak pada pembentukan realitas sosial.[38] Sifat dari analisis wacana kritis adalah mengandung deskripsi dan narasi.[39]

Pelaporan hasil penelitian

sunting

Linguistika terapan merupakan salah satu disiplin ilmiah di bidang ilmu sosial yang membahas mengenai humaniora. Salah satu pola pelaporan penelitian yang digunakan pada linguistika terapan yaitu pola IMRD. Pola IMRD digunakan pada penelitian kuantitatif atau penelitian yang menggunakan bukti empiris berupa sekumpulan data dan kecenderungannya.[40] IMRD sendiri merupakan singkatan dari introduction (pendahuluan), method (metode), results (hasil) dan discussion (pembahasan). Pola IMRD merupakan salah satu jenis struktur penulisan artikel ilmiah.[41]

Penerapan praktis

sunting

Penerjemahan

sunting

Penerjemahan merupakan kegiatan pengalihan pesan secara lisan maupun tulisan. Proses penerjemahan tidak dapat hanya melibatkan lisan saja atau hanya melibatkan tulisan saja.[42] Pertimbangan utama dalam penerjemahan adalah pesan yang terkandung pada bahasa sumber.[43] Prinsip penerjemahan adalah mempertimbangkan ideologi yang terkandung di dalam dua bahasa dan dua masyarakat penutur bahasa yang berbeda. Dalam penerjemahan, ideologi dijadikan sebagai landasan mengenai apa yang benar dan salah untuk diartikan.[44] Permasalahan bahasa yang utama pada penerjemahan adalah menentukan padanan kata. Faktor utama yang menentukannya adalah penulis teks dan penerjemah.[45]

Pengajaran bahasa

sunting

Dalam linguistika terapan, pengajaran bahasa merupakan bidang yang paling berkembang dibandingkan bidang lainnya. Perkembangannya yang pesat dipengaruhi oleh daya jual yang tinggi di masyarakat.[46] Pengajaran bahasa meliputi pengajaran bahasa ibu dan pengajaran bahasa asing. Tujuan pengajaran bahasa adalah memberikan kemahiran dalam berbicara, mendengar, membaca dan menulis. Kemahiran berbicara dan mendengar digolongkan sebagai kemahiran produktif. Sementara kemahiran membaca dan menulis digolongkan sebagai kemahiran reseptif. Keberhasilan pengajaran bahasa ditentukan oleh urutan pengajaran kemahiran yang dimulai dari berbicara, lalu mendengar, membaca, hingga menulis.[47] Sementara itu, pemecahan praktis terhadap masalah dalam pengajaran bahasa menggunakan psikolinguistika, pragmatika dan sosiolinguistika.[48]

Metode yang umum digunakan adalah metode membaca yang disusun oleh Coleman dan rekan-rakannya pada tahun 1929. Pengajaran bahasa menggunakan metode ini mengkhususkan kegiatan membaca. Penerapannya secara umum di sekolah-sekolag dan perguruan tinggi pada negara-negara benua Amerika dan Eropa. Metode ini dianggap lebih realistis dibandingkan metode pengajaran bahasa yang lainnya dan sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Pada metode membaca terdapat pula latihan menulis dan berbicara tetapi dalam jangka waktu yang terbatas.[49]

Referensi

sunting
  1. ^ Yendra (2018). Mengenal Ilmu Bahasa (Linguistik). Sleman: Deepublish. hlm. 54. ISBN 978-602-453-782-1. 
  2. ^ Siminto (2013). Irawati, Retno Purnama, ed. Pengantar Linguistik (PDF). Semarang: Penerbit Cipta Prima Nusantara Semarang. hlm. 29. 
  3. ^ Siregar, Roswani (2017). Strategi Penerjemahan Dokumen Kontrak (PDF). Medan: Pustaka Bangsa Press. hlm. 17. ISBN 978-602-1183-31-1. 
  4. ^ Purwo, Bambang Kaswanti, ed. (2000). Kajian Serba Linguistik untuk Anton Moeliono Pereksa Bahasa. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia. hlm. 761. ISBN 979-687-004-5. 
  5. ^ Mulyani (2020). Praktik Penelitian Linguistik. Sleman: Deepublish. hlm. 8. ISBN 978-623-02-1364-9. 
  6. ^ Ekowati, Sri Harini (2021). Insani, Siti Jamalul, ed. Kajian Pendidikan Bahasa dan Sastra. Solok: Penerbit Insan Cendekia Mandiri. hlm. 3. ISBN 978-623-6090-22-0. 
  7. ^ Azwardi (2018). Bahry, Rajab, ed. Metode Penelitian: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Banda Aceh: Syiah Kuala University Press. hlm. 93. ISBN 978-602-5679-44-5. 
  8. ^ Al-Khuliy, Muhammad Ali (2016). Hidayat, Dudung Rahmat, ed. Model Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung: Royyan Press. hlm. 3. ISBN 978-602-8841-54-2. 
  9. ^ Abidin, Yunus (2019). Tarmizi, ed. Konsep Dasar Bahasa Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara. hlm. 8–9. ISBN 978-602-444-733-5. 
  10. ^ Putra, Pebri Prandika (2021). Teknik dan Ideologi Penerjemahan Bahasa Inggris: Teori dan Praktik. Bantul: Penerbit Samudra Biru. hlm. 23. ISBN 978-623-261-259-4. 
  11. ^ Simpen, I Wayan (2020). Azzahrah, Faatimah, ed. Morfologi: Kajian Proses Pembentukan Kata. Jakarta: Bumi Aksara. hlm. 2. ISBN 978-602-444-958-2. 
  12. ^ Busri, H., dkk. (2020). Linguistik Terapan: Konsep Pembelajaran dan Penelitian Linguistik Mutakhir. Batu: Literasi Nusantara. hlm. 4–5. ISBN 978-623-329-197-2. 
  13. ^ Akasahtia, Lukman Taufik (2021). Marhani, Irfan, ed. Strategi Pembelajaran Bahasa Arab: (Menggelitik PAKEM) Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Bengkalis: DOTPLUS Publisher. hlm. 115. ISBN 978-623-96347-7-3. 
  14. ^ Alwasilah, A. Chaedar (2005). Pengantar Metodologi Penelitian Linguistik Terapan (PDF). Jakarta: Pusat Bahasa. hlm. 7–8. ISBN 979-685-512-7. 
  15. ^ Suharti, S., dkk. (2021). Andayani, ed. Kajian Psikolinguistik. Pidie: Yayasan Penerbit Muhammad Zaini. hlm. 7. ISBN 978-623-97050-8-4. 
  16. ^ Harras , K. A., dan Bachari, A. D. (2009). Dasar-Dasar Psikolinguistik (PDF). UPI Press. hlm. 5–6. ISBN 979-378-906-9. 
  17. ^ Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1995). Sosiolinguistik (PDF). Diterjemahkan oleh Rochayah dan Djamil, M. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. hlm. 1. ISBN 979-459-571-3. 
  18. ^ Wahyuni, Tutik (2021). Andriyanto, ed. Sosiolinguistik. Klaten: Penerbit Lakeisha. hlm. 18. ISBN 978-623-6948-44-6. 
  19. ^ Rahardi, R. Kunjana (2020). Pragmatik: Konteks Ekstralinguistik dalam Perspektif Cyberpragmatics (PDF). Yogyakarta: Penerbit Amara Books. hlm. 131–132. ISBN 978-623-7042-46-4. 
  20. ^ Fradana, A. N., dan Suwarta, N. (2020). Rezania, Vanda, ed. Buku Ajar Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Sidoarjo: Umsida Press. hlm. 7. ISBN 978-623-6833-95-7. 
  21. ^ Nasution, Sahkholid (2017). Kholison, Moh., ed. Pengantar Linguistik Bahasa Arab (PDF). Sidoarjo: CV. Lisan Arabi. hlm. 11–12. ISBN 978-602-70113-8-0. 
  22. ^ Nurmansyah, G., Rodliyah, N., dan Hapsari, R. A. (2019). Pengantar Antropologi: Sebuah Ikhtisar Mengenal Antropologi. Bandar Lampung: AURA. hlm. 9. ISBN 978-623-211-107-3. 
  23. ^ Hamidah (2017). Filsafat Pembelajaran Bahasa: Perspektif Strukturalisme dan Pragmatisme (PDF). Bantul: Naila Pustaka. hlm. 4. ISBN 978-602-1290-43-9. 
  24. ^ Indah, Rohmani Nur (2017). Gangguan Berbahasa: Kajian Pengantar (PDF). Malang: UIN-MALIKI Press. hlm. 81. ISBN 978-602-958-401-1. 
  25. ^ Iqbal, M., Azwardi, dan Taib R. (2017). Linguistik Umum. Banda Aceh: Syiah Kuala University Press. hlm. 33. ISBN 978-602-5679-00-1. 
  26. ^ Rokhman, F., dan Surahmat (2019). Azzahrah, Faatimah, ed. Linguistik Disruptif: Pendekatan Kekinian Memahami Perkembangan Bahasa. Jakarta: Bumi Aksara. hlm. 49. ISBN 978-602-444-737-3. 
  27. ^ Heriyadi, Wahyu (2015). Imelda, ed. Bahasa dan Hukum. Ciamis: Kéntja Press. hlm. 37. ISBN 978-602-72957-4-2. 
  28. ^ Kuntarto, Niknik M. (2021). Selisik Linguistik Forensik. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. hlm. 14. ISBN 978-623-00-2825-0. 
  29. ^ Arwana, Nengah (2008). Wawasan Linguistik dan Pengajaran Bahasa (PDF). Denpasar: Pelawa Sari. hlm. 119. ISBN 978-979-17302-6-6. 
  30. ^ Luthfi, Khabibi Muhammad (2020). Sya'roni, I., dan Musyrifa, F. A., ed. Epistemologi Naḥwu (Pedagogis) Modern. Sleman: Zahir Publishing. hlm. 30. ISBN 978-623-7707-09-7. 
  31. ^ Markhamah dan Sabardila, A. (2014). Analisis Kesalahan dan Karakteristik Bentuk Pasif. Surakarta: Muhammadiyah University Press. hlm. 28. ISBN 978-602-70429-3-3. 
  32. ^ Setiawan, Teguh (2015). Leksikografi (PDF). Yogyakarta: Penerbit Ombak. hlm. 2. ISBN 978-602-258-329-5. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2022-07-01. Diakses tanggal 2021-12-10. 
  33. ^ Siswono (2014). Teori dan Praktik Diksi, Gaya Bahasa, dan Pencitraan. Sleman: Deepublish. hlm. 29. ISBN 978-602-280-398-0. 
  34. ^ Rohman, F., dan Wahyudin, A. (2016). Mahfudloh, Maida, ed. Stilistika Pendidikan: Mengupas Konsep Pendidikan Kitab Nusantara dengan Pisau Stilistika (PDF). Mojotengah: CV. Mangku Bumi Media. hlm. 120. ISBN 978-602-60656-3-6. 
  35. ^ Al-Ma'ruf, A. I., dan Nugrahani, F. (2017). Saddhono, Kundharu, ed. Pengkajian Sastra: Teori dan Aplikasi (PDF). Surakarta: CV. Djiwa Amarta Press. hlm. 11. ISBN 978-602-60585-8-4. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2022-06-08. Diakses tanggal 2021-12-10. 
  36. ^ R., Mantasiah dan Yusri (2020). Analisis Kesalahan Berbahasa: Sebuah Pendekatan dalam Pengajaran Bahasa. Sleman: Deepublish. hlm. 2. ISBN 978-623-02-1825-5. 
  37. ^ Arifin, M. B., dan Rijal, S. (2019). Rokhmansyah, Alfian, ed. Bahasa Daerah di Kalimantan Utara. Yogyakarta: CV Istana Agency. hlm. 25. ISBN 978-623-7313-24-3. 
  38. ^ Ekasani, K. A., dkk. (2020). Linguistik Terapan dalam Berbagai Perspektif (PDF). Denpasar: Penerbit YAGUWIPA. hlm. 41. ISBN 978-623-93519-2-2. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2021-12-10. Diakses tanggal 2021-12-10. 
  39. ^ Ratnaningsih, Dewi (2019). Sumarno dan Widayat, S., ed. Analisis Wacana Kirtis: Sebuah Teori dan Implementasi (PDF). Lampung Utara: Universitas Muhammadiyah Kotabumi. hlm. 19. ISBN 978-602-60227-3-8. 
  40. ^ Adnan, Z., dan Zifirdaus (2005). Merebut Hati Audiens Internasional: Strategi Ampuh Meraih Publikasi di Jurnal Ilmiah. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. hlm. 12. ISBN 979-22-1737-1. 
  41. ^ Hutabarat, L. E., dkk. (2018). Gamal, Ahmad, ed. Menguasai Penulisan Akademis: Serial Produk Pengetahuan Smart City (PDF). Depok: Rajawali Pers. hlm. XV. ISBN 978-602-425-602-9. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2021-12-11. Diakses tanggal 2021-12-11. 
  42. ^ Ardi, Havid (2015). Zulfadli, ed. Pengantar Penerjemahan (Introduction to Translation). Padang: Penerbit Sukabina Press. hlm. 15. ISBN 978-602-1650-70-7. 
  43. ^ Said, Mashadi (2019). Arifin, Zaenal, ed. Penerjemahan: Teori dan Praktik (PDF). Tangerang: PT Pustaka Mandiri. hlm. 2. ISBN 978-602-359-041-4. 
  44. ^ Baihaqi, Akhmad (2017). Penerjemahan dan Kesepadanan dalam Penerjemahan (PDF). Pandeglang: STAISMAN Press. hlm. 92. ISBN 978-602-97983-2-6. 
  45. ^ Hartono, Rudi (2017). Pengantar Ilmu Menerjemah:Teori dan Praktek Penerjemahan (PDF). Semarang: Cipta Prima Nusantara. hlm. 1. ISBN 978-602-6589-43-9. 
  46. ^ Makinuddin, Mohammad (2021). Maftuh, ed. Strategi Pembentukan Lingkungan Bahasa Arab di Pesantren. Lamongan: Academia Publication. hlm. 74. ISBN 978-623-96392-2-8. 
  47. ^ Hidayatullah, Moch. Syarif (2017). Cakrawala Linguistik Arab. Gramedia Widiasarana Indonesia. hlm. 152. ISBN 978-602-452-369-5. 
  48. ^ Zaim, M. (2014). Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural (PDF). Padang: Penerbit FBS UNP Press Padang. hlm. 36. ISBN 978-602-17017-5-1. 
  49. ^ Ahmadi dan Ilmiani, A. M. (2020). Hamidah, ed. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab: Konvensial hingga Era Digital (PDF). Yogyakarta: Ruas Media. hlm. 44. ISBN 978-623-7735-13-7.