Loh Batu[1], Loh Assyahadat,[2] atau Lempeng Batu[3] (bahasa Ibrani: לוחות הבריתLuchot HaBrit - "loh/lempeng perjanjian") atau Tablet Batu (bahasa Inggris: Tablets of Stone) di dalam Alkitab, merupakan dua batu istimewa yang ditulisi dengan Sepuluh perintah Allah ketika Nabi Musa menaiki Gunung Sinai seperti tertulis di dalam Keluaran 31:18 merujuk kepada loh-loh ini sebagai "Loh Assyahadat" karena loh-loh ini menunjukkan sifat Tuhan.

Musa menerima kedua loh hukum Allah, loh batu yang ditulisi oleh jari Allah.

Menurut Alkitab, ada dua set batu ini: yang pertama, ditulisi oleh Tuhan dan dihancurkan oleh Musa ketika Ia marah melihat kaum Israel menyembah patung anak lembu emas; dan yang kedua ditulis ulang oleh Tuhan.

Menurut ajaran tradisional Yudaisme di Talmud, batu-batu ini terbuat dari safir sebagai simbol akan langit, sorga, dan akhirnya Takhta Tuhan; namun banyak pakar Torah yang menyatakan bahwa "safir" dalam Alkitab sejatinya adalah lapis lazuli. Baik set pertama atau kedua disimpan di dalam Tabut Perjanjian (Aron Habrit dalam bahasa Ibrani).

Dalam tradisi Yudaisme, pengaturan hukum-hukum dalam loh batu itu ditafsirkan dalam beberapa cara. Rabbi Hanina ben Gamaliel mengatakan bahwa tiap tablet memuat lima perintah, "tetapi para orang tua (Sage) mengatakan bahwa sepuluh di satu loh dan sepuluh di loh yang lain".[4] Karena perintah-perintah itu merupakan suatu perjanjian, adalah mungkin ditulis dalam dua salinan di kedua loh batu. Ini dapat disejajarkan dengan surat perjanjian diplomatik di Mesir kuno, di mana dibuat satu salinan untuk setiap pihak yang membuat perjanjian.

Dalam Al-Qur'an

sunting

Al-Quran menyatakan bahwa loh-loh (disebut "Lauh" dalam Quran) diberikan kepada Musa, tanpa mengutip isinya secara eksplisit:

Dan telah Kami tuliskan untuk Musa pada lauh-lauh (Taurat) segala sesuatu sebagai pelajaran dan penjelasan untuk segala hal; maka (Kami berfirman), "Berpegangteguhlah kepadanya dan suruhlah kaummu berpegang kepadanya dengan sebaik-baiknya, Aku akan memperlihatkan kepadamu negeri orang-orang fasik." (Quran: Al-A'raf:145)

Loh-loh ini tidak dipecahkan dalam Al-Qur'an, tetapi diambil kemudian:

Dan ketika Musa telah kembali kepada kaumnya, dengan marah dan sedih hati dia berkata, "Alangkah buruknya perbuatan yang kamu kerjakan selama kepergianku! Apakah kamu hendak mendahului janji Tuhanmu?" Musa pun melemparkan lauh-lauh (Taurat) itu dan memegang kepala saudaranya (Harun) sambil menarik ke arahnya. (Harun) berkata, "Wahai anak ibuku! Kaum ini telah menganggapku lemah dan hampir saja mereka membunuhku, sebab itu janganlah engkau menjadikan musuh-musuh menyoraki melihat kemalanganku, dan janganlah engkau jadikan aku sebagai orang-orang yang zhalim." (Quran: Al-A'raf:150)

Dan setelah amarah Musa mereda, diambilnya (kembali) lauh-lauh (Taurat) itu; di dalam tulisannya terdapat petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang takut kepada Tuhannya. (Quran: Al-A'raf:154)

Gambar

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ "Loh" dalam KBBI: Lauh; (Indonesia) Arti kata Lauh dalam situs web Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia.
  2. ^ Menurut Alkitab Terjemahan Lama
  3. ^ Menurut Akitab Terjemahan Bahasa Indonesia Sehari-hari (1985)
  4. ^ Rabbi Ishmael. Horowitz-Rabin (ed.), ed. Mekhilta. hlm. 233, Tractate de–ba–Hodesh, 5.